Benarkah malam Siwaratri merupakan malam penebusan dosa?
Pandita tidak sepakat jika malam Siwaratri itu dikatakan malam penebusan dosa, karena dosa tidak dapat ditebus dengan begitu saja. Dosa manusia menurut kepercayaan Hindu sebagaimana disebut dalam Lontar Wrehspati Tattwa, Sarasamuscaya, dll., hanya dapat diimbangi dengan perbuatan dharma.
Pada malam Siwaratri lakukanlah ritual sebagaimana mestinya, dan renungkanlah dosa-dosa yang telah dilakukan pada masa lalu dengan mengacu pada dharma sastra, kemudian bersumpahlah di hadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa bahwa anda tidak akan mengulangi lagi perbuatan dosa atau perbuatan adharma.
Ketika melakukan brata Siwaratri:
1. pelajari acuan dharma sastra: trikaya parisuda, sad ripu, sad atatayi, sapta timira, dll.
2. renungkan apa yang telah dilakukan di masa lampau yang melanggar dharma sastra itu; tulis sejujurnya di kertas secara rahasia (hanya anda yang tahu); baca berkali-kali tulisan dosa-dosa itu serta tumbuhkan rasa malu dan menyesal.
3. sembahyang, puja Ida Sanghyang Widhi Wasa mohon ampun atas dosa-dosa/ pelanggaran yang telah dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja, serta bersumpah tidak akan mengulangi dosa-dosa itu atau yang sejenis dengan dosa-dosa itu di kemudian hari (sejak hari itu).
4. bakar kertas yang berisi data dosa anda.
Bila sudah mampu melaksanakan itu dan senantiasa mengingat-ingat serta melaksanakan dharma, itulah yang namanya terjaga, sadar, dan waspada.
Brata Siwaratri dilaksanakan pada sasih kapitu yaitu:
1. Jagra (tidak tidur): sejak matahari terbit di hari panglong ke-14 sampai matahari terbenam di hari panglong ke-15 (36 jam).
2. Mona dan upawasa (tidak berbicara dan tidak makan/ minum) sejak matahari terbit di hari panglong ke-14 sampai matahari terbit di hari panglong ke-15 (24 jam).
Brata itu dilaksanakan di tempat-tempat suci yang membawa suasana suci dan sakral misalnya di Pura, mata air, danau, gunung, pantai, dll.
Brata Siwaratri bersumber dari Lontar Siwaratrikalpa karangan Mpu Tanakung. Beliau adalah rohaniawan kerajaan Tumapel ketika Raja Singhawikramawardhana bertahta (1466-1468 M).
Siwaratrikalpa berbentuk kekawin yang disosialisasikan ke masyarakat dengan tujuan meningkatkan ke-dharmaan, diilhami oleh purana-purana kepustakaan sanskerta: padma purana, siwa purana, skanda purana, dan garuda purana
Pandita tidak sepakat jika malam Siwaratri itu dikatakan malam penebusan dosa, karena dosa tidak dapat ditebus dengan begitu saja. Dosa manusia menurut kepercayaan Hindu sebagaimana disebut dalam Lontar Wrehspati Tattwa, Sarasamuscaya, dll., hanya dapat diimbangi dengan perbuatan dharma.
Pada malam Siwaratri lakukanlah ritual sebagaimana mestinya, dan renungkanlah dosa-dosa yang telah dilakukan pada masa lalu dengan mengacu pada dharma sastra, kemudian bersumpahlah di hadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa bahwa anda tidak akan mengulangi lagi perbuatan dosa atau perbuatan adharma.
Ketika melakukan brata Siwaratri:
1. pelajari acuan dharma sastra: trikaya parisuda, sad ripu, sad atatayi, sapta timira, dll.
2. renungkan apa yang telah dilakukan di masa lampau yang melanggar dharma sastra itu; tulis sejujurnya di kertas secara rahasia (hanya anda yang tahu); baca berkali-kali tulisan dosa-dosa itu serta tumbuhkan rasa malu dan menyesal.
3. sembahyang, puja Ida Sanghyang Widhi Wasa mohon ampun atas dosa-dosa/ pelanggaran yang telah dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja, serta bersumpah tidak akan mengulangi dosa-dosa itu atau yang sejenis dengan dosa-dosa itu di kemudian hari (sejak hari itu).
4. bakar kertas yang berisi data dosa anda.
Bila sudah mampu melaksanakan itu dan senantiasa mengingat-ingat serta melaksanakan dharma, itulah yang namanya terjaga, sadar, dan waspada.
Brata Siwaratri dilaksanakan pada sasih kapitu yaitu:
1. Jagra (tidak tidur): sejak matahari terbit di hari panglong ke-14 sampai matahari terbenam di hari panglong ke-15 (36 jam).
2. Mona dan upawasa (tidak berbicara dan tidak makan/ minum) sejak matahari terbit di hari panglong ke-14 sampai matahari terbit di hari panglong ke-15 (24 jam).
Brata itu dilaksanakan di tempat-tempat suci yang membawa suasana suci dan sakral misalnya di Pura, mata air, danau, gunung, pantai, dll.
Brata Siwaratri bersumber dari Lontar Siwaratrikalpa karangan Mpu Tanakung. Beliau adalah rohaniawan kerajaan Tumapel ketika Raja Singhawikramawardhana bertahta (1466-1468 M).
Siwaratrikalpa berbentuk kekawin yang disosialisasikan ke masyarakat dengan tujuan meningkatkan ke-dharmaan, diilhami oleh purana-purana kepustakaan sanskerta: padma purana, siwa purana, skanda purana, dan garuda purana
0 Comments to "Malam Saraswati"