Macam/Jenis Perlindungan Flora Dan Fauna / Hewan Dan Tumbuhan - Metode Pelestarian Alam

Flora dan fauna adalah kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan sangat berguna bagi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya di bumi. Untuk melindungi binatang dan tanaman yang dirasa perlu dilindungi dari kerusakan maupun kepunahan, dapat dilakukan beberapa macam upaya manusia dengan Undang-Undang, yaitu seperti :

1. Suaka Margasatwa
Suaka margasatwa adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada hewan/binatang yang hampir punah. Contoh : harimau, komodo, tapir, orangutan, dan lain sebagainya.

2. Cagar Alam
Pengertian/definisi cagar alam adalah suatu tempat yang dilindungi baik dari segi tanaman maupun binatang yang hidup di dalamnya yang nantinya dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan di masa kini dan masa mendatang. Contoh : cagar alam ujung kulon, cagar alam way kambas, dsb.

3. Perlindungan Hutan
Perlindungan hutan adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada hutan agar tetap terjaga dari kerusakan. Contoh : hutan lindung, hutan wisata, hutan buru, dan lain sebagainya.

4. Taman Nasional
Taman nasional adalah perlindungan yang diberikan kepada suatu daerah yang luas yang meliputi sarana dan prasarana pariwisata di dalamnya. Taman nasional lorentz, taman nasional komodo, taman nasional gunung leuser, dll.

5. Taman Laut
Taman laut adalah suatu laut yang dilindungi oleh undang-undang sebagai teknik upaya untuk melindungi kelestariannya dengan bentuk cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata, dsb. Contoh : Taman laut bunaken, taman laut taka bonerate, taman laut selat pantar, taman laut togean, dan banyak lagi contoh lainnya.

6. Kebun Binatang / Kebun Raya
Kebun raya atau kebun binatang yaitu adalah suatu perlindungan lokasi yang dijadikan sebagai tempat obyek penelitian atau objek wisata yang memiliki koleksi flora dan atau fauna yang masih hidup.

Jumat, 30 April 2010 di 09.06 , 0 Comments

Rencana & Strategi Balai Kliring Kehati 2005-2010

MISI

Memberikan kontribusi secara signifikan dalam implementasi Konvensi Keanekaragaman Hayati beserta program tematik dan isu lintas tema, khususnya target 2010 melalui promosi dan fasilitasi kerjasama ilmiah dan teknis diantara Negara Pihak, Pemerintah dan stakeholders lainnya



TUJUAN, SASARAN DAN AKSI-AKSI YANG HARUS DILAKUKAN OLEH BALAI KLIRING KEHATI NASIONAL BERDASARKAN PROGRAM KERJA KONVENSI KEANEKAGAMAN HAYATI SAMPAI 2010



Tujuan 1: Mempromosikan dan memfasilitasi kerjasama ilmiah dan teknis





1.1. Balai Kliring Kehati memberikan kontribusi dalam implementasi konvensi khususnya pencapaian target 2010



Identifikasi dan mengimplementasikannya peluang-peluang untuk memfasilitasi kerjasama ilmiah dan teknis yang akan meningkatkan kapasitas untuk mengimplementasikan aksi-aksi prioritas dalam Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia (Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan) 2003-2020



1.2. Balai Kliring Kehati memfasilitasi transfer dan kerjasama teknologi





Identifikasi dan mengimplementasikannya peluang-peluang untuk memfasilitasi transfer teknologi yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan aksi-aksi prioritas dalam Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia (Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan) 2003-2020





Tujuan 2:Mempromosikan dan memfasilitasi pertukaran informasi diantara Negara Pihak, Pemerintah dan Stakeholder lainnya



2.1. Balai Kliring Kehati menyediakan informasi terkait dengan Konvensi dan Konvensi menyediakan melalui sarana elektronik dan tradisional





Balai kliring menyediakan informasi tentang kegiatan-kegiatan yang sesuai untuk implementasi Konvensi



2.2. Balai Kliring Kehati bekerjasama dengan para pemrakarsa, organisasi, dan partner lainnya memfasilitasi akses dan repatriasi informasi tentang keanekaragaman hayati



* Mempublikasikan informasi melalui Balai Kliring tentang proyek digitasi data pengamatan dan koleksi herbarium data spesimen;
* Mempromosikan akses terbuka terhadap data pengamatan yang sudah didigitasi dan data spesimen di koleksi herbarium serta mengembangkan jaringan distribusi data terbuka;
* Mempromosikan partisipasi dalam proyek yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas nasional untuk mendigitasi, mengakses dan menggunakan data pengamatan elektronik serta data spesimen dari koleksi herbarium dan mempublikasikan hasilnya;
* memfasilitasi akses terhadap data dan informasi yang relevan seperti genetik, pengamatan, lingkungan, geospatial dan literatur ilmiah

2.3. Balai Kliring Kehati membantu negara pihak dan pemerintah lainnya dan organisasi yang relevan dalam menyediakan data dan informasi dalam mendukung kegiatan-kegiatan implementasi Konvensi dan pencapaian target 2010

* Mendorong kerjasama teknis dengan menyediakan, termasuk dalam website, tentang keahlian teknis, teknologi informasi baru, GIS dan data modelling;
* Mengembangkan dan mempublikasikan informasi tentang sumber-sumber yang disyaratkan untuk membantu negara pihak dalam pencapaian target 2010;
* Memfasilitasi akses terhadap database nasional tentang informasi keanekaragaman hayati

Tujuan 3:Beroperasi secara penuh dengan partisipasi seluruh negara pihak dan memperluas jejaring





3.1. Semua negara pihak yang sudah membangun dan yang sedang mengembangkan Balai Kliring Kehati melalui pendanaan berkelanjutan

* Melakukan studi untuk pendanaan berkelanjutan, dukungan dan investasi;
* Negara pihak yang belum membangun Balai Kliring dapat menggunakan pendanaan dari Global Environment Facility (GEF) untuk membangunnya;
* Negara pihak yang sudah membangun diharapkan berpartisipasi dalam program-program pelatihan untuk membantu negara pihak lainnya yang belum membangun Balai Kliring

3.2. Partner yang relevan berpartisipasi dalam pengembangan jejaring Balai Kliring Kehati

*
Mengembangkan partnership dengan jejaring yang ada;
*
Mempublikasikan informasi melalui Balai Kliring tentang kegiatan-kegiatan dari jejaring partner

3.3. Negara pihak yang sudah membangun Balai Kliring Kehati dan menggunakan mekanisme yang efektif untuk memfasilitasi kerjasama ilmiah dan teknis, termasuk jejaring tematik bilamana sesuai, dalam mendukung implementasi Konvensi dan pencapaian target 2010

*
mengidentifikasi area kerja, dimana jejaring antar pakar berjalan secara aktif, akan memfasilitasi aksi-aksi prioritas dalam dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia (Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan) 2003-2020 dan menjajaki pengembangan jejaring

3.4. Balai Kliring Kehati memberikan kontribusi untuk mengembangkan jejaring komunikasi, edukasi dan penyadaran masyarakat secara global

*
Berpartisipasi dalam pengembangan modul-modul pendidikan untuk membantu implementasi kegiatan-kegiatan terkait dengan implementasi Konvensi;
*
Menyusun modul-modul pelatihan tentang pemanfaatan teknologi informasi dan teknologi berbasis-web terbaru untuk digunakan dalam pelatihan dan workshop;
*
Mendukung kegiatan-kegiatan untuk menciptakan jejering pendidikan keanekaragaman hayati dan pelatihan;
*
Meningkatkan penggunaan sarana komunikasi elektronik dan teknologi berbasis-web yang memfasilitasi pertukaran dan diseminasi informasi tentang Balai Kliring dan kegiatannya

di 09.04 , 0 Comments

Daftar Istilah

Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman Hayati merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya, daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragmannya; mencakup keanekaragaman di dalam spisies, antara spisies dan ekosistem


Agro-ekosistem

Sistem pertanian yang didasarkan ada hubungan timbal balik antara sekelompok manusia dan lingkungan fisiknya guna memungkinkan kelangsungan hidup kelompok manusia.


Agroforestri

Sistem-sistem dan teknologi tata guna lahan dimana pepohonan berumur panjang (termasuk semak, palem, bambu, kayu, dll) dan tanaman pangan dan tau pakan ternak berumur pendek diusahakan pada petak lahan yang sama dalam suatu pengaturan ruang dan waktu


Arboretum

Tempat berbagai pohon ditanam dan dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian atau pendidikan


Biogeografi

Penyebaran tumbuh-tumbuhan dan binatang secara geografis di muka bumi.


Biopirasi (biopiracy)

Eksplorasi dan pemanfaatan pengetahuan local dan sumber daya genetis tanpa pengetahuan ataupun persetujuan pemiliknya/masyarakat setempat.


Bioprospecting (bioprospeksi)

Penilaian terhadap sumberdaya genetic dan sumber daya hayati. Dalam praktiknya kegiatan ini dibarengi dengan munculnya isu-isu hak kepemilikan intelektual, pembagian keuntungan yang adil dan merata, serta dampak negatif akibat pemanfaatan produk rekayasa genetis.


Bioregion

Kawasan/lingkungan fisik yang pengelolaanya tidak ditentukan oleh batasan politik dan administrasi, tetapi oleh batasan geografi, komunitas manusia serta system ekologi. Dengan demikian, bioregion jugamempunyai pengertian ekoregion, yaitu pengelolaan kawasan yang didasarkan pada prioritas ekosistem dan habitat alami setempat.


Bioteknologi

Penerapan teknologi berbasis ilmu biologi untuk memanfaatkan makhluk hidup bagi kebutuhan manusia.


Cagar Biosfer

Kawasan di dalam suatu negara yang mendapat yang mendapat status khusus dari Negara-negara yang tergabung dalam program Man and Biosphere (MAB) dibawah UNESCO, sebagai kawasan konservasi khusus dengan fungsi ekonomi, ekologi dan social.



Cagar Warisan Dunia (World Heritage Site)

Menurut World Heritage Convention yang dikeluarkan oleh UNESCO, ada dua kategori
1) “Cultural World Heritage” mengacu pada monumen, karya arsitektur, pahatan dan lukisan, elemen atau struktur arkeologis, prasasti, gua-gua hunian, dan kombinasi dari unsure-unsur tesebut yang secara universal sangat bernilai tinggi dari sisi sejarah, seni dan ilmu pengetahuan.

2) “Natural World Heritage” mengacu pada ekosistem, habitat atau kelompok formasi geologis dan fisiografis beserta spesies flora dan fauna yang terancam


Sumber Daya Hayati


mencakup sumber daya genetik, organisme atau bagiannya, populasi atau komponen biotik ekosistem -ekosistem lain dengan manfaat atau nilai yang nyata atau potensial untuk kemanusiaan


Kawasan Terlindungi


mrupakan kawasan yang ditetapkan secara geografis yang dirancang atau diatur dan dikelola untuk mencapai tujuan konservasi yang spesifik


Pemanfaatan berkelanjutan


merupakan pemanfaatan komponen-komponen keanekaragaman hayati dengan cara dan pada laju yang tidak menyebabkan penurunnannya dalam jangka panjang, dengan demikian potensinya dapat dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi generasi-generasi masa kini dan masa depan


Bioteknologi

merupakan penerapan teknologi yang menggunakan sistem-sistem hayati, makhluk hidup atau derivatifnya, untuk membuat atau memodifikasiproduk-produk atau proses-proses untuk penggunaan khusus


Ekosistem

kompleks komunitas tumbuhan, binatang dan jasad renik yang dinamis dan lingkungan tak hayati/abiotik-nya yang berinteraksi sebagai unit fungsional


Konservasi ex-situ


Konservasi komponen-komponen keanekaragaman hayati di luar habitat alaminya


Material Genetik


merupakan bahan dari tumbuhan, binatang, jasad, renik atau masal lain yang mengandung unit-unit fungsional pewarisan sifat (heriditas)


Sumber Daya Genetik


bahan genetik yang mempunyai nilai nyata atau potensial




Habitat

tempat atau tipe tampak tempat organisme atau populasi secara alami


Kondisi in-situ


kondisi sumber daya genetik yang terdapat di dalam ekosistem dan habitat alami, dan dalam hal jenis-jenis terdomestikasi atau budaya, didalam lingkungan tempat sifat-sifat khususnya bertahan


Konservasi In-situ


merupakan konservasi ekosistem dan habitat alami serta pemeliharaan dan pemulihan populasi jenis-jenis budaya hidup dalam lingkungan alaminya, dan dalam hal jenis-jenis terdomestikasi atau budidaya, di dalam lingkungan tempat sifat-sifat khususnya berkembang

di 09.03 , 0 Comments

Pembangunan dan Pengembangan Taman Keanekaragaman Hayati

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat keterancaman dan kepunahan spesies tertinggi di dunia, dari dunia flora sekitar 240 spesies tanaman dinyatakan langka, sebagian besar adalah kerabat tanaman budidaya. Berdasarkan kondisi tersebut Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan Universitas Negeri Semarang (UNES) Jawa Tengah, telah melakukan upaya konservasi eksitu melalui kegiatan Pembangunan Taman Keanekaragaman Hayati yang dilaksanakan di areal Kampus UNES di desa Gunung Ledek Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang Propinsi Jawa Tengah.



Hasil dari kegiatan ini adalah:

1. Terbangunnya Kemitraan dan komitmen antara Universitas Negeri Semarang (UNES) dengan Kementerian Lingkungan Hidup untuk melestarikan keanekaragaman hayati tumbuhan lokal Jawa Tengah (MOU).
2. Terbangunnya Disain keanekaragaman hayati yang didasarkan pada jenis tanaman, jenis tanah dan kontur tanah.
3. Penanaman 15.000 tanaman (39 jenis tumbuhan lokal Jawa Tengah) pada lahan seluas 15 Ha.
4. Terbangunnya Data base 39 Jenis tumbuhan lokal Jawa Tengah
5. Peningkatan Pemahaman Masyarakat melalui penyuluhan dan sosialisasi keanekaragaman hayati
6. Pemberdayaan masyarakat melalui keterlibatan dalam penanaman dan pemeliharaan.



Taman Keanekaragaman Hayati Jawa Tengah telah diresmikan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup pada tanggal 27 November 2008 dan secara simbolis turut menanam tumbuhan lokal Jawa Tengah. Peresmian ini dihadiri oleh Sesmen KLH, Deputi III KLH, Staf Ahli Bidang Sosial Budaya dan Kemitraan KLH, Gubernur Jawa Tengah dan segenap jajarannya, Rektor UNES dan Mahasiswa UNES.


Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman Pemda dan masyarakat dalam menyelamatkan berbagai spesies tumbuhan dari ancaman kepunahan melalui pembudidayaan asli daerah.

di 09.00 , 0 Comments

Country Profile

Nama negara
:

Indonesia

Bentuk pemerintahan
:

Republik

Ibu kota negara
:

Jakarta

Koordinat Geografis
:

5 00 LS, 120 00 BT

Lokasi
:

Asia Tenggara, kepulauan antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik

Batas Negara
:

Timor Timur (228 km), Malaysia (1,782 km), Papua Nugini (820 km)

Bahasa
:

Bahasa resmi : Bahasa Indonesia
Bahasa kedua : Inggris

Wilayah
:

Total: 1,919,440 km2
Luas perairan : 93,000 km2
Luas daratan : 1,826,440 km2
Panjang garis Pantai: 54,716 km
Batas teritorial laut : 12 mil
Zona Ekonomi Eksklusif : 200 mil

Jumlah Pulau
:

17.000 (6.000 tidak berpenghuni)

Iklim
:

Tropis

Musim
:

Kemarau (Juni ? Oktober)
Hujan (November ? Mei)

Populasi
:

234.893.453

Struktur Umur
:

0-14 tahun : 29.7% (laki-laki 35,437,274; perempuan 34,232,824)
15-64 tahun : 65.4% (laki-laki 76,743,613; perempuan 76,845,245)
65 tahun : 4.9% (laki-laki 5,086,465; perempuan 6,548,032)

Tingkat pertumbuhan populasi
:

1.52%

Tingkat harapan hidup
:

Laki-laki : 66.54 tahun
Perempuan : 71.47 tahun

Etnis
:

Jawa 45%, Sunda 14%, Madura 7.5%, Melayu 7.5%, lainnya 26%

Agama
:

Islam 88%, Kristen Protestan 5%, Katolik 3%, Hindu 2%, Budha 1%, lainnya 1% (1998)

Bentang lahan
:

Dataran pantai dan pegunungan

Elevasi
:

Titik terendah : Samudera Hindia 0 m;
Titik tertinggi : Puncak Jayawijaya 5,030 m

Sumber daya alam
:

Minyak, timah, gas alam, nikel, kayu, bauksit, tembaga, batubara, emas, dan perak
Keanekaragaman Hayati

Indonesia merupakan salah satu megadiverse country, yang terletak dalam lintasan distribusi keanekaragaman hayati benua Asia (Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan) dan benua Australia (Pulau Papua) serta sebaran wilayah peralihan Wallacea (Pulau Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara).



Walaupun hanya melingkupi 1,3% dari luas total daratan dunia, Indonesia memiliki keanekaragaman spesies satwa yang sangat tinggi yaitu 12% (515 spesies, 39% endemik) dari total spesies binatang menyusui; 7,3% (511 spesies, 150 endemik) dari total spesies reptilia; 17% (1531 spesies, 397 endemik) dari total spesies burung; 270 spesies amfibi, 100 endemik; 2827 spesies binatang tidak bertulang belakang selain ikan air tawar. Selain itu Indonesia memiliki 35 spesies primate, 18% endemik; 121 spesies kupu-kupu, 44% endemik; 1400 spesies ikan air tawar (Dephut 1994; Mittermeier dkk. 1997).



Dalam hal keanekaragaman tumbuhan, Indonesia memiliki lebih dari 38.000 spesies, 55% endemik. Keanekaragaman palem mencapai 477 spesies, 225 endemik. Spesies penghasil kayu bernilai ekonomi penting (dari famili Dipterocarpaceae ) mencapai 350 spesies, 155 endemik (Dephut, 1994; Newman 1999).



Keanekaragaman terumbu karang mencapai lebih dari 480 spesies karang keras mencakup sekitar 60% dari spesies karang yang telah diidentifikasi di dunia ( Dahuri dan Dutton, dalam Burke dkk. 2002). Keanekaragaman ikan karang mencapai lebih dari 1650 spesies (Suharsono dan Purnomohadi, dalam Burke dkk. 2002).



Keanekaragaman hayati memberikan nilai konsumsi dalam bentuk pangan, sandang maupun papan. Masyarakat Indonesia mengonsumsi tidak kurang dari 100 spesies tumbuhan biji-bijian dan ubi-ubian sebagai sumber karbohidrat. Tidak kurang dari 100 spesies kacang-kacangan, 450 spesies buah-buahan serta 250 spesies sayur-sayuran dan jamur juga digunakan dalam menu makanan masyarakat, sementara 940 spesies tanaman menghasilkan bahan untuk obat tradisional (KMNLH, 1997). Berbagai spesies liar dari hutan seperti Pasak bumi ( Euriycoma longifolia ), Tabat barito ( Ficus deltoidea ), dan Akar kuning ( Arcangelisia flava ), serta berbagai spesies budidaya seperti Jahe ( Zingiber officinale ), Kunyit ( Curcuma domestica ), Kencur ( Kaempferia galanga ), Kumis Kucing ( Orthosiphon aristatus ) dan Kapulaga ( Amomum cardamomum ) juga telah digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh masyarakat local. Beberapa spesies seperti Kayu angin dan Tapak dara bahkan telah digunakan sebagai bahan obat modern. Lebih dari 100 spesies kayu, 56 spesies bamboo dan 150 spesies rotan juga telah digunakan masyarakat untuk membangun rumah dan membuat peralatan rumah tangga (KMNLH, 1997)



Keanekaragaman hayati memberikan nilai pasar dari perdagangan baik di pasar lokal, nasional maupun internasional. Sepanjang dekade 1970-1980-an, ekspor produk kehutanan merupakan komoditas ekspor nonmigas serta sumber penerimaan negara yang penting (Resosudarmo, 2000). Sementara untuk tahun 1998 ekspor rumput laut menghasilkan devisa sebesar US$ 45 juta dan eskpor produk perikanan setara dengan US$ 2 miliar untuk tahun 2000 (Dirjen P3K-DKP 2001). Penjualan domestik produk jamu olahan mencapai Rp. 200-400 miliar pada tahun 1999 dan terus meningkat sebesar 10% setiap tahunnya (Putterman 1999). Penjualan domestic produk hutan non kayu seperti terpentin, minyak kayu putih, kopal dan sutera, memberikan kontribusi setara Rp. 41 miliar bagi perekonomian dalam negeri (Departemen Kehutanan, 2000)

di 08.56 , 0 Comments

Flora & Fauna Identitas Indonesia

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya alam hayati yang tinggi dan tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan sumberdaya alam hayati menjadi tumpuan baru bagi pembangunan nasional selain penggunaan sumberdaya alam takterbarukan seperti minyak bumi dan gas alam.

Kemajuan pembangunan nasional terus berlanjut menuju era industrialisasi, sementara itu pemantauan mutu lingkungan memerlukan perhatian khusus sebagai dampak dari sisi lain pembangunan nasional, meskipun Indonesia telah menganut azas pemanfaatan secara lestari namun kerusakan lingkungan akibat pembangunan tidak dapat dihindarkan.

Upaya pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam hayati tidak dapat terlepas dari UUD 1945, khususnya Pasal 33 Ayat (3) yang berbunyi "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran Rakyat". Pengertian dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat tidak berarti pemanfaatannya dilakukan dengan semena-mena namun juga harus memperhatikan aspek-aspek keserasian, keselarasan, keseimbangan, keadilan yang merata dan berkelanjutan, baik bagi generasi masa kini maupun yang akan datang.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk tetap menjaga keutuhan dan keberlanjutan dari sumberdaya alam hayati yang dapat terperbarukan sebagai tumpuan pembangunan saat ini, sehingga daya dukung lingkungan tetap seimbang. Ditetapkannya Undang-undang No.4 Tahun 1982 mengenai Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang­undang No. 5 Tahun 1990 mengenai Konservasi Sumberdaya Alam. Hayati dan Ekosistemnya serta Undang-undang No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Keanekaragam Hayati), mencerminkan bahwa Pemerintah tidak mengabaikan keberadaan lingkungan yang tetap utuh dan seimbang sehingga tidak mengkhawatirkan bagi generasi penerusnya.
Sumberdaya alam hayati yang meliputi keanekaragaman flora dan fauna mempunyai fungsi dan manfaat sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup yang kehadirannya tidak dapat diganti. Mengingat sifatnya yang tidak dapat diganti dan memiliki kedudukan serta berperan penting bagi kehidupan manusia, maka upaya konservasi sumberdaya alam hayati flora dan fauna menjadi kewajiban mutlak bagi setiap generasi.

Upaya-upaya konservasi tidak akan mendapatkan hasil seperti yang diharapkan tanpa dukungan dan peran serta aktif dari segenap lapisan masyarakat. Oleh karena itu salah satu upaya yang dianggap strategis dan efektif oleh Pemerintah adalah dengan menetapkan berbagai macam kekayaan sumberdaya alam hayati tersebut ke dalam bentuk Identitas Flora dan Fauna Daerah. Penetapan Identitas Flora dan Fauna Daerah merupakan upaya nyata yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional. Dengan ditetapkannya Flora dan Fauna Identitas Daerah Tingkat I ini dapat dilanjutkan pula dengan pemilihan Flora dan Fauna di Tingkat II, Kecamatan dan Desa. Diharapkan dengan demikian akan dapat mendorong upaya-upaya perlindungan, pengawetan, serta pemanfaatan secara berkelanjutan sumberdaya alam hayati flora dan fauna baik oleh aparat Pemerintah di Daerah maupun masyarakat secara keseluruhan sampai dengan ke Tingkat II bahkan Kecamatan dan Pedesaan.

di 08.55 , 0 Comments

KIMONO JEPANG

Kimono yang dikenal sekarang ini berbentuk seperti huruf “T”, berupa mantel berkerah yang panjangnya sampai ke pergelangan kaki. Kimono untuk pria terdiri dari setelan atas-bawah, sedangkan kimono untuk wanita berbentuk baju terusan.

Kimono bukanlah sebuah pakaian yang mudah dikenakan apalagi disebut simple, ada tata cara khususnya lho, tidak sembarangan bahkan terkadang perlu seorang yang ahli untuk membantu mengenakannya, tata cara itu disebut Kitsuke. Untuk memakai Kimono tidak boleh asal, harus disesuaikan dengan keperluanya, singkat kata jenis-jenis kimono, hingga aksesori harus sesuai dengan acaranya.

Bahan Kimono sangat bernilai karena acap kali ditenun dan dijahit dengan menggunakan tangan (hand made) kebayang kan mahalnya? dan lagi Kimono ukurannya harus disesuaikan dengan orang yang mau memakainya sehingga harus pesan jika ingin memilikinya, jarang ditemui Kimono yang sudah jadi, tetapi Kimono modern ada juga kok toko atau butik yang memajangnya, sudah dalam keadaan siap pakai plus aksesorinya, tapi tidak dijamin bakal ngepas sama bodi kamu-kamu.

Untuk wanita Kimono dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :

Tomesode
Tomesode adalah jenis kimono yang paling formal, umumnya berwarna hitam dan hanya dikenakan oleh wanita yang sudah menikah.

Furisode
Furisode adalah kimono formal untuk wanita muda yang belum menikah. Ciri khas Furisode pada bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Bahan berwarna-warni cerah dengan motif mencolok di seluruh bagian.

Homongi
Homongi (secara harafiah: baju untuk berkunjung) adalah kimono formal untuk wanita yang sudah menikah atau wanita dewasa yang belum menikah. Homongi dikenakan wanita yang sudah menikah untuk menghadiri resepsi pernikahan, pesta-pesta resmi, Tahun Baru, atau upacara minum teh.

Iromuji
Iromuji kimono semiformal yang bisa dijadikan kimono formal jika mempunyai lambang keluarga (kamon). Bahan umumnya tidak bermotif dan berwarna merah jambu, biru muda, kuning muda atau warna-warna lembut lainnya. Iromuji dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan atau upacara minum teh.

Tsukesage
Tsukesage adalah kimono semi formal untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Tsukesage biasa dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan, pesta resmi, Tahun Baru, atau upacara minum teh yang sifatnya tidak begitu resmi.

Komon
Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas pada motif sederhana yang kecil-kecil yang berulang. Komon bisa dikenakan untuk menghadiri pesta alumni, makan malam, bertemu dengan teman-teman, atau menonton pertunjukan di gedung.

Tsumugi
Tsumugi adalah kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas Tsumugi pada bahan yang merupakan bahan tenunan sederhana dari katun atau benang sutera kelas rendah yang tebal dan kasar sehingga kimono jenis ini tahan lama. Pada zaman dulu, Tsumugi digunakan untuk bekerja di ladang.

Yukata
Yukata adalah jenis kimono santai yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis yang dipakai untuk kesempatan santai di musim panas.

Kimono juga memiliki asesoris, yang sangat variatif, diantaranya :

Hakama
Hakama adalah semacam celana panjang yang dikenakan pria yang juga terbuat dari bahan berwarna gelap. Hakama berasal dari daratan Tiongkok dan mulai dikenal sejak zaman Asuka. Hakama umumnya dikenakan pendeta kuil Shinto . Di kalangan olah raga tradisional Jepang seperti Kendo dan Kyudo, Hakama dikenakan baik oleh laki-laki maupun perempuan.

Geta
Geta adalah sandal dari kayu yang mempunyai hak, dipakai oleh pria maupun wanita yang memakai Yukata. Geta berhak tinggi dan tebal yang dipakai oleh Maiko disebut Pokkuri

Junihitoe
Junihitoe adalah kimono 12 lapis yang dipakai oleh wanita Jepang zaman dulu di istana kaisar.

Kanzashi
Kanzashi adalah hiasan rambut seperti tusuk konde yang disisipkan ke rambut sewaktu memakai kimono.

Obi
Obi adalah sabuk dari kain yang seperti stagen yang dililitkan ke badan pemakai untuk
mengencangkan kimono

Tabi
Tabi adalah kaus kaki sepanjang betis yang dibelah dua pada bagian jari kaki untuk memisahkan jempol kaki dengan jari-jari kaki yang lain. Tabi dipakai sewaktu memakai sandal, walaupun ada Tabi dari kain keras yang dapat dipakai begitu saja seperti sepatu bot.

Waraji
Waraji adalah sandal dari anyaman tali jerami.

Zori
Zori adalah sandal tradisional Jepang yang bisa terbuat dari kain atau anyaman sejenis
rumput (Igusa).

Kamis, 29 April 2010 di 14.01 , 0 Comments

Meminta Maaf dalam Budaya Jepang

Secara umum, mengenai kata maaf, entah kenapa saya pribadi sering mengucapkannya.

Secara khas, orang-orang Jepang menyatakan permintaan maaf lebih sering dibanding orang Barat. Mungkin hal ini disebabkan adanya perbedaan kebudayaan di antara keduanya. Orang Barat tampak enggan untuk mengakui kegagalan mereka. Sejak meminta maaf berarti mengakui kegagalan atau kesalahan seseorang, maka hal itu dianggap bukan yang terbaik dilakukan bila masalah tersebut dapat diselesaikan melalui meja pengadilan.

Meminta maaf dianggap sebagai suatu kebajikan di Jepang. Meminta maaf menunjukkan bahwa seseorang bertanggung jawab [pada sesuatu hal] dan menghindari situasi saling menyalahkan satu sama lain. Ketika seseorang meminta maaf dan menunjukkan penyesalannya, maka orang Jepang bersedia memaafkan. Bila dibandingkan dengan negara Barat, maka di Jepang jarang ditemukan kasus pengadilan.

Ketika meminta maaf, orang Jepang sering menundukkan badan. Semakin anda merasa bersalah, semakin dalamlah anda menundukkan badan.

Di bawah ini merupakan beberapa pernyataan untuk meminta maaf.

Sumimasen
Mungkin ini adalah ungkapan yang paling umum untuk menyatakan permintaan maaf. Beberapa orang Jepang mengucapkannya sebagai “Suimasen”. Sejak “Sumimasen” dapat digunakan dalam beberapa situasi yang berbeda [ketika meminta sesuatu, berterima kasih pada seseorang dan lain-lain], dengarkan baik-baik pada kalimat yang diucapkan. Kalau anda meminta maaf pada sesuatu yang telah anda lakukan, “Sumimasen deshita” dapat digunakan.

Moushiwake arimasen
Ungkapan ini bersifat sangat formal. Biasanya diucapkan pada orang yang kedudukannya lebih tinggi dibanding kita. Ungkapan ini menunjukkan perasaan yang lebih kuat dibanding “Sumimasen”. Ketika anda meminta maaf pada sesuatu yang telah anda lakukan, “Moushiwake arimasen deshita” dapat digunakan. Sama seperti “Sumimasen”, “Moushiwake arimasen” dapat digunakan pula untuk mengungkapkan terima kasih.

Shitsurei shimashita
Ungkapan ini formal, tapi kesannya tidak sekuat seperti “Moushiwake arimasen”.

Gomen nasai
Ungkapan ini bersifat umum. Tidak seperti “Sumimasen”, penggunaannya terbatas untuk meminta maaf saja. Sejak kesan yang dimiliki kurang formal dan terkesan seperti kekanak-kanakan jadi tidak cocok bila digunakan pada orang yang lebih tinggi kedudukannya.

Shitsurei
Memiliki tingkatan yang biasa. Ungkapan ini biasanya digunakan dalam bahasa laki-laki. “Shitsurei” juga dapat berarti “Permisi”.

Doumo
Bersifat umum. Ungkapan ini juga dapat digunakan untuk menyatakan “Terima kasih”.

Gomen
Tingkatannya sangat biasa. Penambahan dengan partikel akhiran “Gomen ne” atau “Gomen na” [bahasa laki-laki] juga digunakan. Ungkapan ini hanya dapat digunakan kepada teman dekat atau anggota keluarga.

Sumber: Artikel Namiko Abe

di 14.00 , 0 Comments

Struktur pemberian nama Jepang

Struktur nama sekarang (nama keluarga + nama pemberian) belum terwujud sebelum 1870an ketika pemerintah membuat sistem registrasi keluarga baru. Di masa feodal Jepang, nama merefleksikan status sosial seseorang. Nama juga merefleksikan keanggotaan seseorang misalnya terhadap kepercayaan seperti Buddhist dan Shintō, militer-feodal, perdagangan, pelayan, atau budak, dan sebagainya.

Sebelum masa feodal, nama klan di Jepang ditonjolkan, yaitu nama dengan menggunakan no (no berarti dari, walaupun asosiasinya dalam urutan terbalik dalam bahasa Jepang, dan umumnya tidak secara eksplisit dituliskan dalam penamaan seperti ini). Sehingga, nama Minamoto no Yoritomo adalah Yoritomo dari klan Minamoto, contoh lain adalah Fujiwara no Kamatari, Ki no Tsurayuki , dan Taira no Kiyomori.

Kaisar Jepang dan keluarganya tidak memiliki nama keluarga karena alasan sejarah, hanya nama pemberian seperti Hirohito yang jarang digunakan di Jepang. Ketika anak lahir dalam keluarga kekaisaran, mereka diberikan nama pemberian sebagaimana gelar istimewa. Misalnya gelar Akihito (Tsugu-no-miya Akihito) adalah Tsugu-no-miya ( “Pangeran Tsugu”) dan dikenal sebagai Pangeran Tsugu semasa kecilnya. Gelar ini biasanya digunakan hingga dia menjadi pewaris tahta atau mewarisi salah satu nama keluarga kepangeranan dalam sejarah (Hitachi-no-miya, Mikasa-no-miya, Akishino-no-miya, etc). Banyak anggota dari keluarga imperial yang menjadi rakyat biasa setelah Perang Dunia II, dan mengadopsi nama keluarga imperial sebagai nama biasa, seperti Asaka Yasuhiko.

Nama Jepang (Jinmei) di masa sekarang ini biasanya terbentuk dari nama keluarga diikuti nama pemberian. Urutan nama sudah hal yang biasa di negara-negara yang telah lama menjadi bagian dari lingkungan budaya China, termasuk China, Korea, dan Vietnam. Tidak ada perbedaan antara nama tengah dan nama pemberian seperti di negara-negara barat. Setiap orang Jepang memiliki satu nama keluarga dan satu nama pemberian tanpa nama tengah (kecuali untuk keluarga kekaisaran yang tidak memiliki nama keluarga/nama akhir seperti yang dijelaskan sebelumnya). Nama pemberian disebut namae atau shita no namae (yang berarti nama bawah), sedangkan nama keluarga disebut myōji , uji , sei .

Secara historis, myōji, uji, dan sei memiliki perbedaan makna. Sei awalnya adalah nama keluarga matrilineal (dari keluarga ibu), yang kemudian hanya bisa diperuntukkan bagi kaisar. Uji awalnya digunakan untuk keturunan patrilineal, tetapi kemudian dilebur dengan myōji bersamaan waktu ketika sei kehilangan arti matrilineal. Nama keluarga yang umum di Jepang adalah Sato (yang paling umum), Suzuki (yang umum kedua), Takahashi (yang umum ketiga), dan Kato (yang umum kesepuluh). Berdasarkan perkiraan, terdapat kira-kira 10.000 nama keluarga yang berbeda yang digunakan di Jepang saat ini. Nama keluarga mempunyai kekerapan yang berbeda di tiap daerah, misalnya nama Chinen , Higa , dan Shimabukuro sudah biasa di daerah Okinawa tapi tidak demikian di daerah lain di Jepang. Banyak nama keluarga yang diturunkan dari alam, misalnya Ishikawa yang berarti “batu sungai”, Yamamoto yang berarti “dasar gunung”, Inoue yang berarti “atas mata air”.

Nama pemberian lebih banyak perbedaan dalam penulisan dan penggunaan karakternya. Nama untuk laki-laki biasanya diakhiri dengan –ro ( “son”, but also “clear, bright”) atau –ta (“great, thick”) atau mengandung ichi ( anak pertama), kazu (ditulis juga dengan untuk anak pertama, atau beberapa kemungkinan lain), ji (anak kedua atau “next”) atau dai ( “great, large”). Sedangkan untuk perempuan menggunakan nama yang diakhiri dengan –ko ( “child”) atau -mi ( “beauty”) (Sejak akhir 1980 popularitas dari nama perempuan berakhiran –ko menurun drastis untuk nama bayi dan beberapa perempuan menghilangkan –ko ketika dewasa). Akhiran nama yang populer lainnya untuk perempuan adalah –ka ( “scent, perfume” or “flower”) dan – na ( berarti greens).

Nama Jepang biasanya ditulis dalam kanji, yang merupakan karakter dalam bahasa China tetapi dalam pengucapan dalam bahasa Jepang. Kanji untuk sebuah nama dapat memiliki banyak kemungkinan pengucapan. Nama Jepang adapula yang ditulis menggunakan hiragana atau bahkan katakana atau campuran dari kanji dan kana. Nama tradisional menggunakan pembacaan kun’yomi (berdasarkan bahasa Jepang asli) sedangkan ada pula yang menggunakan on’yomi (berdasakan bahasa China) untuk membaca nama pemberian dan nama keluarga.

Untuk menyingkat nama (biasanya untuk selebritis) umumnya adalah dengan menggunakan penggabungan dua morae dari dua kata. Misalnya, Takuya Kimura ( Kimura Takuya), aktor dan penyanyi Jepang, menjadi Kimutaku ). Hal ini kadang-kadang juga diterapkan untuk selebritis bukan asli Jepang, Misalnya Brad Pitt, yang namanya dalam bahasa Jepang adalah Buraddo Pitto biasanya dikenal dengan Burapi , Jimi Hendrix disingkat Jimihen . Beberapa selebritis juga menggunakan nama yang menggabungkan antara kanji dan katakana seperti Beat Takeshi (Takeshi Kitano), Marcy (Masashi Tashiro), Martin (Masayuki Suzuki).

Biasanya pada anak-anak dari nama pemberian pun terkadang ditambahi sufiks –chan. Ada 2 cara untuk penambahan ini. Pertama, nama pemberian yang ditambahi –chan seperti Tarō-chan dari Tarō, Kimiko-chan dari Kimiko, dan Yasunari-chan dari Yasunari. Kedua, penyingkatan dari nama pemberian yang ditambahi –chan seperti Ta-chan, Kii-chan, dan Yā-chan. Walapun umumnya diberikan pada anak-anak, tapi bisa juga nama tersebut masih dipanggil waktu dewasa karena mereka sudah saling mengenal sejak kecil.

Ketika sudah dewasa dan kita berbicara dengan orang lain atau membicarakan orang lain, ada semacam norma dan sopan-santun di dalamnya. Siapa yang kita ajak bicara dan dalam situasi bagaimana. Biasanya untuk memanggil seseorang digunakan nama keluarganya, terutama bila dalam situasi formal dan yang diajak berbicara lebih tua, atasan, dsb, dan umumnya penggunaan titel -san ditambahkan setelah nama.

Orang-orang Jepang menghindari pemanggilan senior atau atasan dengan menggunakan nama saja, tetapi dengan sebuah titel. Contohnya, di keluarga menggunakan hubungan keluarga, semisal okāsan (untuk ibu), di sekolah memanggil sensei (untuk guru), dan di perusahaan memanggil shachō (untuk presiden perusahaan). Pemanggilan seseorang tanpa title atau yang menghormati disebut yobisute dan dianggap kasar walaupun di situasi yang paling informal atau akrab sekalipun, tapi hal ini masih bisa ditoleransi untuk orang luar negeri.

di 13.58 , 0 Comments

Takhayul Orang Jepang

1. Tabeta ato, sugu yoko ni naruto, ushi ni naru!

Arti dari kalimat di atas adalah: “Kalau habis makan langsung rebahan bisa jadi sapi!” kutukan kah??

Saat ini, meski zaman telah modern, banyak orang tua Jepang yang masih memperingati anaknya dengan kata-kata seperti di atas. Secara jelas alasan kenapa kata-kata ini dipakai tidak diketahui. Tapi jika dianalisa, zaman dahulu Jepang berbeda dengan zaman sekarang yang serba canggih, mereka dulu harus bekerja keras agar dapat hidup (terutama setelah pemboman Nagasaki & Hiroshima). Agar anak-anak bersedia membantu orang tua bekerja di ladang, mereka selalu mengatakan “Tabeta ato, sugu yoko ni naruto, ushi ni naru!” (Kalau habis makan langsung rebahan bisa jadi sapi!)

Sedangkan di zaman sekarang kenapa orang tua masih menyampaikan kepercayaan ini pada anak-anaknya ialah karena mereka ingin memperingati bahwa:
” Tidak sopan – sikap buruk, jika setelah makan langsung rebahan”

2. Hinakazari wo hayakushimawanaito, yome ni ikiokureru.

Arti dari kalimat di atas adalah: “Kalau hiasan boneka `hina` tidak segera disimpan, bakalan telat nikah.”

Seperti kita ketahui, setiap tanggal 3 bulan Maret Jepang menyelenggarakan perayaan `Hina Matsuri` . Maksud dari perayaan ini adalah sebagai ucapan terima kasih kepada sang pencipta karena telah memberikan anak perempuan. Selain itu tujuan upacara ini adalah meminta keberkahan kesehatan untuk anak mereka yang perempuan.

Pada perayaan Hina Matsuri setiap keluarga yang memiliki anak perempuan, sejak bulan Februari harus memajang boneka `Hina` di ruangan tengah, yang terdiri dari pasangan putri dan pangeran disertai para dayang dan pengawalnya. Pajangan boneka Hina ini, harus segera disimpan atau dirapikan jika telah lewat dari tanggal 3 Maret. Apabila tidak segera dirapikan untuk disimpan, mereka percaya bahwa si anak perempuan tersebut akan telat menikah nantinya.

Jika dilihat dari rata-rata umur menikah orang Jepang saat ini yang berkisar diatas 30 tahunan, mereka percaya salah satu penyebabnya adalah “Hinakazari wo hayakushimawanaito, yome ni ikiokureru” (Kalau hiasan boneka `hina` tidak segera disimpan, bakalan telat nikah)

3. Shitewa ikenai koto

Shitewa ikenai koto artinya sesuatu hal tidak boleh dikerjakan. Dalam kepercayaan Jepang, ada beberapa hal yang tidak boleh dikerjakan seseorang karena mengandung firasat buruk, diantaranya:

- Tidak boleh menyuguhkan makanan dengan jumlah empat (4) buah.
kayak ini kali maksudnya

Angka empat (4) dalam bahasa jepang selain dibaca `Yon` juga dibaca `Shi`. Kata `Shi` sendiri berarti “kematian”. Berdasarkan hal tersebut, jika kita menyuguhkan kue dengan jumlah empat, maka seolah kita mengundang kematian. Orang yang memakannya akan segera meninggalkan dunia fana

di 13.57 , 0 Comments

BON dan BON ODORI

OBON atau yang biasa dikenal dengan istilah BON saja merupakan kebiasaan orang jepang yang menganut agama Budha untuk menghormati roh nenek moyang nya. Kebiasaan ini sudah menjadi tradisi reuni keluarga secara turun temurun sejak 500 tahun tahun lebih.Tradisi dan ritual seputar Obon didaerah jepang berbeda-beda misalnya didaerah Kansai juga dikenal perayaan Jizōbon yang dilakukan seusai perayaan Obon.
Menurut asal-usulnya kenapa festival Obon ada di jepang belum pasti tapi ada juga yang mengatakan ceritanya begini ada seorang biksu yang bernama mokuren yang sedang bertapa melihat ibunya terbakar oleh api neraka maka ia pun memohon kepada Budha untuk mengampuni dosa-dosa ibunya, sang Budha pun menyanggupinya asalkan Mokuren mau membuatkan persembahan makanan yang berasal dari darat dan laut kepada teman-teman biksunya.pada akhir pertapaan mereka yang berlangsung selama 90 hari dan berakhir pada pertengahan bulan juli. Setelah memenuhi perintah dari sang Budha, Mokuren menari penuh kegembiraan saat ibunya dan 7 generasi nenek moyangnya dibebaskan dari semua siksaan. Tarian inilah yg kemudian diadopsi menjadi tarian Bon Odori. Kisah ini perlahan berkembang menjadi festival peringatan untuk nenek moyang, dan mengambil wujud yg bermacam-macam di negara-negara yg memiliki banyak penganut Buddha Mahayana, terutama di China, Korea, Jepang dan Vietnam. Festival Obon di Jepang sudah dilaksanakan secara tahunan sejak tahun 657 M. Dalam sekte Jodo Shinshu (salah satu dari sekte aliran kepercayaan di Jepang), festival ini dikenal dengan nama Kangi-E.
Pada mulanya, Obon berarti meletakkan nampan berisi barang-barang persembahan untuk para arwah. Selanjutnya, Obon berkembang menjadi istilah bagi arwah orang meninggal (shōrō) yang diupacarakan dan dimanjakan dengan berbagai barang persembahan. Di daerah tertentu, Bonsama atau Oshorosama adalah sebutan untuk arwah orang meninggal yang datang semasa perayaan Obon. Asal-usul tradisi Obon di Jepang tidak diketahui secara pasti. Tradisi memperingati arwah leluhur di musim panas konon sudah ada di Jepang sejak sekitar abad ke-8. Jadi saya juga tidak begitu tahu kapan tepatnya festival Obon mulai di adakan.
BON ODORI
Acara menari bersama yang disebut Bon Odori atau Tari Bon dilangsungkan sebagai penutup perayaan Obon. Pada umumnya, Bon Odori ditarikan bersama-sama tanpa mengenal jenis kelamin dan usia di lingkungan kuil agama Buddha Konon katanya gerakan dalam Bon Odori meniru arwah leluhur yang menari gembira setelah lepas dari hukuman api neraka.
Bon Odori merupakan puncak dari semua festival musim panas (matsuri) yang diadakan di Jepang. Pelaksanaan Bon Odori memilih saat terang bulan yang kebetulan terjadi pada tanggal 15 Juli atau 16 Juli.Bon Odori diselenggarakan pada tanggal 16 Juli karena pada malam itu bulan sedang terang-terangnya dan orang bisa menari sampai larut malam.
Belakangan ini, Bon Odori tidak hanya diselenggarakan di lingkungan kuil saja dan penyelenggaranya sering tidak ada hubungan sama sekali dengan organisasi keagamaan. Bon Odori sering dilangsungkan di tanah lapang, di depan stasiun kereta api atau di ruang-ruang terbuka tempat orang banyak berkumpul.
Di tengah-tengah ruang terbuka, penyelenggara mendirikan panggung yang disebut untuk penyanyi dan pemain musik yang mengiringi Bon Odori. Penyelenggara juga sering mengundang pasar kaget untuk menciptakan keramaian agar penduduk yang tinggal di sekitarnya mau datang. Bon Odori juga sering digunakan sebagai sarana reuni dengan orang-orang sekampung halaman yang pergi merantau dan pulang ke kampung untuk merayakan Obon.

di 13.56 , 0 Comments

Manga

Manga (漫画) (baca: man-ga, atau ma-ng-ga) merupakan kata komik dalam bahasa Jepang; di luar Jepang, kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang. Mangaka (漫画家) (baca: man-ga-ka, atau ma-ng-ga-ka) adalah orang yang menggambar manga.

Perbedaan mendasar antara sebutan manga dan komik adalah pembedaan pengelompokan, di mana manga lebih terfokus kepada komik-komik Jepang (kadang juga termasuk Asia), dan komik lebih kepada komik komik buatan Eropa/Barat.

Manga di Jepang

Majalah-majalah manga di Jepang biasanya terdiri dari beberapa judul komik yang masing-masing mengisi sekitar 30-40 halaman majalah itu (satu bab). Majalah-majalah tersebut sendiri biasanya mempunyai tebal berkisar antara 200 hingga 850 halaman. Jika sukses, sebuah judul manga bisa terbit hingga bertahun-tahun.

Setelah beberapa lama, cerita-cerita dari majalah itu akan dikumpulkan dan dicetak dalam bentuk buku berukuran biasa, yang disebut tankōbon (atau kadang dikenal sebagai istilah volume). Komik dalam bentuk ini biasanya dicetak di atas kertas berkualitas tinggi dan berguna buat orang-orang yang tidak atau malas membeli majalah-majalah manga yang terbit mingguan yang memiliki beragam campuran cerita/judul.

Dari bentuk tankōbon inilah manga biasanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain di negara-negara lain seperti Indonesia.
Manga yang khusus ditujukan untuk laki-laki disebut shonen
sedangkan yang untuk perempuan disebut shoujo.

Dua penerbit manga terbesar di Jepang adalah Shogakukan (小学館) dan Shueisha (集英社).

Gaya penggambaran

Rata-rata mangaka di Jepang menggunakan gaya/style sederhana dalam menggambar manga. Tetapi, gambar latar belakangnya hampir semua manga digambar serealistis mungkin, biarpun gambar karakternya benar-benar sederhana. Para mangaka menggambar sederhana khususnya pada bagian muka, dengan ciri khas mata besar, mulut kecil dan hidung sejumput. Ada juga gaya menggambar Lolicon maupun Shotacon.

Tidak semua manga digambarkan dengan sederhana. Beberapa mangaka menggunakan style yang realistis, walaupun dalam beberapa elemen masih bisa dikategorikan manga. Seperti contohnya Vagabond, karya Takehiko Inoue yang menonjolkan penggunaan arsir, proporsi seimbang dan setting yang realistis.[rujukan?] Tetap, Vagabond dikategorikan manga karena gaya penggambaran mata, serta beberapa bagian yang simpel. Manga juga biasa digambar dalam monochrome dan gradasinya yang biasa disebut tone.

Untuk komik jangka panjang atau yang memiliki ratusan volume, umumnya seiring dengan perkembangan waktu, para mangaka akan mengalami perubahan goresan yang cukup signifikan.[rujukan?] Contoh yang umum di Indonesia mungkin karaya Hojo Tsukasa yang dari Cat Eyes berubah menjadi seperti dalam City Hunter. Atau karya lain Ah ! My Goddess yang dimulai sejak 1988 dan sampai sekarang masih terus berjalan. One Piece and Naruto pun cukup berubah bila dibandingkan pada goresan volume volume awal.

Doujinshi

Doujinshi adalah sebutan bagi manga yang dibuat oleh fans manga tersebut yang memiliki alur cerita atau ending yang berbeda dari manga aslinya. Para fans ini biasa mendistribusikannya dari tangan ke tangan, dijual secara indie di toko doujinshi, atau mengikuti konvensi akbar doujinshi yang biasa disebut Comiket. Disini dijual ribuan judul doujinshi tiap tahunnya. Pengunjungnya bisa mencapai 400.000 orang.

Doujinshi sendiri kadang menjadi batu loncatan seseorang/kelompok untuk menjadi mangaka. Ken Akamatsu (Love Hina, Negima) juga sering membuat dojin karyanya sendiri. Manga yang bertema hentai biasanya adalah dojin dari manga tertentu yang sudah terkenal. Biasanya karakter manga tersebut memang didesain untuk jadi “sasaran” para dojin-ka (sebutan bagi para pembuat dojin, sama seperi manga-ka).

Manga di Indonesia

Penerbit

Dua penerbit manga terbesar di Indonesia adalah Elex Media Komputindo dan m&c Comics yang merupakan bagian dari kelompok Gramedia.

Sekitar tahun 2005, kelompok Gramedia juga telah menghadirkan Level Comics, yang lebih terfokus pada penerbitan manga-manga bergenre Seinen (dewasa).

Tedapat beberapa penerbit ilegal di Indonesia, namun tampaknya peredarannya hanya sebatas di wilayah kota kota besar, karena untuk beberapa daerah tidak ditemukan komik-komik jenis ini. Perbedaan yang mencolok dari penerbit ilegal ini, mereka tampak lebih terbuka terhadap sensor dibandingkan dengan manga terbitan Elex yang jauh lebih ketat dalam hal sensor.

Format baca

Aslinya bahasa Jepang biasanya ditulis dari kanan ke kiri, manga digambar dan ditulis seperti ini di Jepang. Namun sebelum tahun 2000-an, ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia gambar dan halamannya umumnya dibalik sehingga dapat dibaca dari kiri ke kanan.

Untuk beberapa manga yang tidak mempermasalahkan keadaan terbalik ini, hal semacam ini tidak terlalu dipermasalahkan, namun kerancuan menjadi sangat mengganggu dalam terjemahan manga genre detektif seperti Detektif Conan, Q.E.D atau Detektif Kindaichi yang sering memberikan informasi/petunjuk yang sangat menyesatkan pembaca karena pada bagian cerita di bab depan tidak sesuai dengan hasil deduksi/kesimpulan dari tokoh utama. Bahkan dalam suatu buku cerita, kadangkala hanya satu panel yang dibalik (pada bagian deduksi) yang semakin memperparah inti cerita. (lihat gambar di samping)

Manga pertama yang mepertahankan format seperti format Jepang asli adalah Rurouni Kenshin. Selain itu, beberapa penulis komik seperti Takehiko Inoue yang menciptakan komik Slam Dunk tidak setuju karya mereka diubah begitu saja dan minta agar karya mereka dibiarkan dalam format aslinya. Kini, manga-manga yang terbit di Indonesia biasanya sudah diterbitkan dalam format aslinya kecuali untuk beberapa judul yang telah mulai diterbitkan sebelum tahun 2000-an.

Pengaruh pada kultur di Indonesia

Karena banyaknya manga yang diterbitakan di Indonesia sejak dari zaman Doraemon, Candy Candy, maupun Kungfu Boy yang membanjiri pasar Indonesia yang berlangsung selama bertahun-tahun dengan distribusi yang cukup teratur sehingga menyebabkan manga terbitan Elex Media Komputindo sangat mudah diperoleh apabila dibandingkan dengan peredaran komik Eropa/Amerika yang relatif lebih susah dan lebih mahal, kecuali Donal Bebek yang masih bisa didapat secara teratur tiap minggunya.

Hal ini mengakibatkan terjadinya debat kusir pada proses pembentukan komik karya “Indonesia”, karena secara tidak langsung banyak generasi komikus muda di Indonesia baik tanpa sadar maupun sadar, terpengaruh oleh gaya aliran Jepang (manga) ini. Hal ini pun masih diperdebatkan, namun mengingat dengan beberapa pengarang asal Korea dan Hong Kong yang memiliki goretan yang cukup mirip dengan manga Jepang, harusnya hal ini tidak dipermasalahkan.

Di Indonesia juga terdapat komunitas-komunitas penggemar manga dan anime. Biasanya mereka berkumpul dan berbagi dengan penggemar lain lewat internet atau berkumpul di suatu tempat. Para penggemar yang bertemu di internet/forum biasa mengadakan gathering (pertemuan) untuk saling berjumpa satu sama lain.

Iklan televisi

Ada sebuah iklan produk makanan yang memakai tokoh yang sangat mirip dengan tokoh Kamen Rider dan baltan (Ultraman) yang disebut lobstozilla. Namun iklan ini lebih mirip jiplakan secara kasar daripada sebuah pengaruh.

Kontroversi

Belakangan, penerbit Indonesia, seperti Level Comics, berani menerbitkan manga yang berbau DEWASA (Seinen). Pada awal kemunculannya, ini sempat ditentang keras. Bahkan manga Vagabond sempat ditarik dari peredaran. Setelah pemberlakuan sensor yang lebih ketat, para penerbit tidak lagi diprotes oleh para ibu yang anaknya membaca manga-manga tersebut. Manga juga sering dinilai tidak mengindahkan rating karena pencantumannya kurang mengena oleh sebagian kalangan yang menilai.

Manga di luar Jepang

Manga telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa di negara-negara di luar Jepang termasuk China, Perancis, Italia, Malaysia, Indonesia dan lainnya. Untuk beberapa negara terdapat sebutan tersendiri untuk menyebut komik:

* Manhua untuk China/Hongkong/Taiwan
* Manhwa untuk Korea

Jenis manga

Banyak dari jenis-jenis ini juga berlaku untuk anime dan permainan komputer Jepang.

Berdasarkan jenis pembaca :

* kodomo (子供) — untuk anak-anak.
* josei (女性) (atau redikomi) — wanita.
* seinen (青年) — pria.
* shōjo (少女) — remaja perempuan.
* shōnen (少年) — remaja lelaki.

Kategori manga pornografis

Biasanya disebut “hentai” (変態) dalam bahasa Inggris, meskipun istilah ecchi (H) lebih tepat.
Softcore :

* lolicon (perempuan muda)
* shota-con (laki-laki muda)
* yaoi (gay)
* yuri (lesbian)

Hardcore :

* ero-guro (erotic-grotesque)
* futanari (hermafrodit)
* kemono (hewan setengah manusia)

di 13.46 , 0 Comments

Sejarah berdirinya Yakuza


Sejarah panjang Yakuza dimulai kira-kira pada tahun 1612, saat Shogun Tokugawa berkuasa dan menyingkirkan shogun sebelumnya. Pergantian ini mengakibatkan kira-kira 500.000 orang samurai yang sebelumnya disebut hatomo-yakko (pelayan shogun) menjadi kehilangan tuan, atau disebut sebagai kaum ronin.

Seperti kata pepatah : “orang yang hanya punya martil cenderung melihat segala sesuatu bisa beres dengan dimartil..”, demikian juga dengan kaum ronin ini. Banyak dari mereka menjadi penjahat dan centeng. Mereka disebut sebagai kabuki-mono atau samurai nyentrik urakan yang ke mana-mana membawa pedang. Mereka berbicara satu sama lain dalam bahasa slang dan kode rahasia. Terdapat kesetiaan tingi di antara sesama ronin sehingga kelompok ini sulit dibasmi.

Apakah kaum ronin ini yang menjadi biang Yakuza? Bukan.

Untuk melindungi kota dari para kabuki-mono, banyak kota-kota kecil di Jepang membentuk machi-yokko (satgas kampung). Satgas ini terdiri dari para pedagang, pegawai, dan orang biasa yang mau menyumbangkan tenaganya untuk menghadapi kaum kabuki-mono. Walaupun mereka kurang terlatih dan jumlahnya sedikit, tetapi ternyata para anggota machi-yokko ini sanggup menjaga daerah mereka dari serangan para kabuki mono. Di kalangan rakyat Jepang abad ke 17 – kaum machi-yokko ini dianggap seperti pahlawan.

Masalah jadi rumit, karena setelah berhasil menggulung para ronin, para anggota machi-yokko ini malah meninggalkan profesi awal mereka – dan memilih jadi preman. Hal ini diperparah lagi dengan turut campurnya Shogun dalam memelihara para machi-yokko ini. Ada dua kelas profesi para machi-yokko, yaitu kaum Bakuto (penjudi) dan Tekiya (pedagang). Namanya saja kaum pedagang – tetapi pada kenyataannya, kaum Tekiya ini suka menipu dan memeras sesama pedagang. Walau begitu, kaum ini punya sistem kekerabatan yang kuat. Ada hubungan kuat antara Oyabun (Boss-bapak) dan Kobun (bawahan-anak), serta Senpai-Kohai (Senior-Junior) yang kemudian menjadi kental di organisasi Yakuza.

PEJUDI SEWAAN

Kaum Bakuto (penjudi), punya sejarah yang unik. Awalnya mereka disewa oleh Shogun untuk berjudi melawan para pegawai konstruksi dan irigasi. Untuk apa…? Agar gaji para pegawai konstruksi dan irigasi habis di meja judi – dan tenaga mereka bisa disewa dengan harga murah!

Jenis judi yang biasa dilakukan adalah menggunakan kartu Hanafuda dengan sistem permainan mirip Black Jack. Tiga kartu dibagikan dan bila angka kartu dijumlahkan – maka angka terakhir menunjukkan siapa pemenang. Nah diantara sekian banyak “kartu sial”, kartu berjumlah 20 adalah yang paling sering disumpahi orang, karena berakhiran nol. Salah satu konfigurasi kartu ini adalah kartu dengan nilai 8-9-3 – yang dalam bahasa Jepang menjadi Ya-Ku-Za – yang kemudian menjadi nama asal Yakuza.

Dari kaum Bakuto ini juga muncul tradisi menandai diri dengan tattoo sekujur badan (disebut irezumi) dan yubitsume (potong jari) sebagai bentuk penyesalan ataupun sebagai hukuman. Awalnya hukuman ini bersifat simbolik – karena ruas atas jari kelingking yang dipotong membuat si empunya tangan menjadi lebih sulit memegang pedang dengan mantap. Hal ini menjadi simbol ketaatan terhadap pimpinan.

YAKUZA MODERN

Waktu pun berlalu, kaum Bakuto dan Tekiya menjadi satu identitas sebagai Yakuza. Kaum yang asalnya bertugas melindungi masyarakat – menjadi ditakuti masyarakat. Para pimpinan Jepang memanfaatkan hal ini untuk mengendalikan masyarakat dan menggerakkan nasionalisme. Yakuza ikut direkrut oleh pemerintah Jepang dalam aksi pendudukan di Manchuria dan China oleh Jepang tahun 1930-an. Para Yakuza dikirim ke daerah tersebut untuk merebut tanah, dan memperoleh hak monopoli sebagai imbalan.

Peruntungan kaum Yakuza berubah setelah Jepang menyerang Pearl Harbor. Militer mengambil alih kendali dari tangan Yakuza. Para anggota Yakuza akhirnya harus memilih apakah bergabung dalam birokrasi pemerintah, jadi tentara atau masuk penjara. Boleh dikata pamor Yakuza tenggelam.

Setelah Jepang menyerah, para anggota Yakuza kembali ke masyarakat. Muncul satu orang yang berhasil mempersatukan seluruh organisasi Yakuza. Orang itu adalah Yoshio Kodame, seorang ex-militer dengan pangkat terakhir Admiral Muda (yang dicapainya di usia 34 tahun). Yoshio Kodame berhasil mempersatukan dua fraksi besar Yakuza, yaitu Yamaguchi-gumi yang dipimpin Kazuo Taoka, dan Tosei-kai yang dipimpin Hisayuki Machii. Yakuza pun bertambah besar keanggotaannya terutama di periode 1958-1963 – saat organisasi Yakuza diperkirakan memiliki anggota 184.000 orang – atau lebih banyak daripada anggota tentara angkatan darat Jepang saat itu. Yoshio Kodame dinobatkan sebagai godfather-nya Yakuza.

ECSTASY, PACHINKO DAN PELUNCUR ROKET

Di masa kini, keanggotaan Yakuza diperkirakan telah menurun tajam – tetapi bukan berarti tidak berbahaya. Tulang punggung bisnis illegal mereka adalah pachinko, perdagangan ampethamine (termasuk ice dan ecstasy), prostitusi, pornografi, pemerasan, hingga penyelundupan senjata.

Di era 1980-an, Yakuza mengembangkan sayap mereka hingga ke Amerika, dan ikut masuk dalam bisnis legal untuk mencuci uang mereka. Dalam operasinya, Yakuza membeli asset di Amerika – dan salah satu yang pernah mencuat ke permukaan adalah keterlibatan Prescott Bush Jr., saudara dari presiden George Bush dan paman dari Presiden George W. Bush Jr., dalam transaksi penjualan perusahaan Asset Management International Financing & Settlements di awal 1990-an.

Berdasarkan perkiraan kasar dari sumber majalah Far Eastern Economic Review edisi 17 Januari 2002 – Yakuza diperkirakan telah menanamkan uang hingga USD 50 Milyar dalam investasi saham dan perusahaan di Amerika. Bandingkan dengan cadangan devisa Indonesia yang USD 36 Milyar.

Di dalam negeri, Yakuza juga ditengarai turut berperan dalam anjloknya ekonomi Jepang selama 10 tahun terakhir. Sebagai akibat amblasnya bisnis properti dan macetnya kredit bank di Jepang pasca 1990 – banyak debitor yang menyewa anggota Yakuza agar agunan mereka tidak disita oleh bank. Selain itu, banyak perusahaan yang memperoleh pinjaman bank – pada dasarnya adalah sebuah kigyo shatei atau perusahaan boneka miliki Yakuza. Perusahaan milik Yakuza ini diperkirakan memperoleh kredit antara USD 300-400 Milyar, dan sebagian dari jumlah itu dialirkan ke induk organisasi Yakuza. Menghadapi hal seperti ini – bank Jepang jelas tidak bisa berkutik.

Di sisi lain, anggota Yakuza juga kerap membeli asset properti dengan harga miring dari perusahaan yang butuh cash – untuk dijual kembali dengan harga tinggi – apapun itu mulai dari apartemen, perkantoran hingga rumah sakit. Bila sebuah bangunan telah dibeli oleh Yakuza – siapa sih yang berani jadi tetangga mereka? Alhasil harga properti langsung amblas, dan segera naik segera setelah Yakuza menjualnya.

Selain beroperasi secara di level bawah, Yakuza juga menggurita di kalangan politisi Jepang. Beberapa praktek suap telah terbongkar termasuk dalam program tender proyek umum senilai trilyunan yen. Program rekapitalisasi perbankan Jepang yang berlarut-larut tidak kunjung selesai – diperparah oleh keterlibatan Yakuza yang sangat berkepentingan dalam bisnis properti dan kredit perbankan. Saat ini perbankan Jepang masih menanggung beban kredit macet sebesar kira-kira USD 1,2 Trilyun – dan membuat ekonomi tidak bertumbuh selama 10 tahun terakhir

di 13.43 , 0 Comments

Tradisi Tato Mentawai: Dihancurkan Secara Sistematis

Suatu hari di bulan Februari 2009. Perlahan matahari yang bulat dan merah tenggelam ke dalam Samudera Hindia. Pantulan cahayanya menjadikan permukaan laut yang tenang berwarna emas keperakan. Tepat pukul 6 sore, kapal KM Pulau Simasin bertolak dari pelabuhan kecil yang terdapat di Batang Arau, Muara Padang, menuju Muara Sikabaluan di pulau Siberut. Pulau Siberut merupakan pulau terbesar dari hamparan kepulauan Mentawai yang terdiri dari 40 pulau. Pulau Siberut terletak di Utara, tiga pulau besar lainnya adalah Sipora di tengah, Pagai Utara dan Selatan yang terdapat di Selatan. Di pulau-pulau itulah suku Mentawai menetap dengan adat dan tradisinya yang unik. Berbeda dengan suku-suku lain yang mendiami pulau tetangganya, Sumatera.

Di dek depan kapal kayu yang mengangkut lebih dari dua ratus penumpang ini, Durga dan Pance Satoko sedang menikmati keindahan panorama alam sambil berbincang-bincang tentang perjalanan yang akan kami tempuh kurang lebih selama 12 jam. Saya tidak menyia-nyiakan momen ini dan langsung merekam frame dem[[[iframe]]] suasana di atas KM Pulau Simasin ke dalam kaset mini DV. Kapal ini ditumpangi penduduk pulau-pulau sekitar, pedagang-pedagang dadakan dengan barang-barang dagangannya; kardus-kardus sembako, keranjang dan karung-karung yang berisi buah-buahan dan sayuran. Di dalam kapal kayu ini juga terdapat beberapa orang turis asing dari Amerika dan Australia, peselancar (surfer) yang sedang berburu ombak ke Mentawai. Konon bagi banyak peselancar, keelokan ombak Mentawai termasuk salah satu yang terindah di dunia.

Tidak seperti leluhurnya dari suku Mentawai, Pance Satoko tidak memiliki tato di tubuhnya dan tidak lagi mempraktekkan ritual-ritual Arat Sabulungan. Arat Sabulungan merupakan satu sistem pengetahuan, nilai dan aturan hidup yang dipegang kuat yang diwariskan oleh leluhur suku Mentawai. Mereka meyakini adanya dunia roh-roh dan jiwa. Setiap benda yang ada, hidup atau mati mempunyai jiwa dan roh seperti manusia. Mereka harus diperlakukan seperti manusia. Karena itu orang-orang tidak boleh menebang pohon sembarangan, tanpa izin panguasa hutan (taikaleleu) serta kesediaan dari roh dan jiwa dari kayu itu sendiri. Untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan dengan dunia roh-roh, manusia dan alam suku Mentawai mempersembahkan berbagai sesaji dan melakukan berbagai ritual.

Pance Satoko adalah mahasiswa akhir Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) jurusan Antropologi Universita Andalas Padang. Ibu Srimulyani yang mengepalai Laboratorium Antropoligi Universitas Andalas merekomendasikan agar Pance Satoko menjadi pemandu dan penerjemah kami. Jurusan Antropologi yang dipimpinya banyak melakukan riset dan penelitian kepulauan Mentawai. Salah satunya adalah di desa Mototonan, di pedalaman Siberut Selatan.

Dengan modal nekat dan kamera hadycam pinjaman, kami sedang memulai sebuah proyek independen yang kami beri nama Mentawai Tattoo Revival atau Kebangkitan Kembali Tato Mentawai. Sebuah proyek yang diprakarasi oleh Durga yang bertujuan membuat dokumentasi tato Mentawai dan melakukan workshop tato dengan sikerei (dukun) rajah yang tersisa di desa Matotonan. Durga pernah belajar di Fakultas Seni Rupa program studi Desain Komunikasi Visual di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogkarta dan kini ia beralih ke seni tato setelah menetap di Los Angeles (LA), Amerika Serikat, antara tahun 2006—2008. Di LA ia terpilih menjadi murid program Tattoo Apprenticeship, berguru dan bekerja untuk Black Wave tattoo studio di LA, secara langsung tiap hari di bawah bimbingan Sua Sulu’ape Freewind. Seorang master tato yang ternama dan dihormati karena menjalankan dan memelihara tradisi tatau (tehnik tato tradisional Tahiti, Samoa, Polinesia). Sua Sulu’ape Freewind pernah hidup di Polinesia dan kerap berkunjung ke suku Dayak Iban di Serawak, Kalimantan.

Durga memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan mempelajari motif-motif tato tribal yang ada di Nusantara, seperti yang terdapat pada suku Dayak di Kalimantan, orang-orang yang menetap di pulau Rote dan di kepulauan Mentawai.

Tradisi rajah atau dalam bahasa Mentawai titi merupakan salah satu bentuk pengungkapan jati diri dan identitas orang Mentawai yang telah diwariskan leluhur mereka secara turun-temurun. Tato Mentawai merupakan bentuk seni rupa tradisional yang sangat terkenal di dunia, namun kini di daerah asalnya terancam kepunahannya. Jika kita berkunjung ke pulau Pagai dan Sipora, di sana kita tidak lagi menemukan orang-orang Mentawai yang melanjutkan tradisi tato dan ritual-ritual Arat Sabulungan hanya tinggal carita dari leluhur di masa-masa yang telah berlalu.

Kapal KM Pulau Simasin bergerak dengan kecepatan yang stabil dan kini mulai menembus malam. Leluhur orang Mentawai meninggalkan kisah tentang asal-usal mereka yang datang dari pulau Nias, di sebelah utara kepulauan Mentawai. Adapun nama Mentawai berasal dari “Aman Tawe.”

Konon, dahulu kala Ama Tawe pergi memancing ke laut dan terjadilah badai yang dahsyat sehingga menyeret Ama Tawe dan mendamparkannya di suatu tempat yang asing. Ama Tawe menemukan di pulau yang baru itu tanah yang amat subur. Terdapat banyak sumber makanan. Pohon sagu dan keladi tumbuh sendiri tanpa ada yang menanam dan merawatnya. Kemudian Ama Tawe kembali ke Nias, memutuskan untuk mengajak istri dan anak-anaknya untuk menetap di Mentawai. Keturunan Ama Tawe lah yang mendiami daerah itu dan lama-kelamaan menyebar ke seluruh kepulauan.

Legenda tentang asal-usul suku Mentawai itu meragukan bagi banyak peneliti. Dan para peneliti itupun, dari berbagai hipotesa yang mereka paparkan, belum ada kesepakatan tentang asal-usul suku Mentawai ini. Misalnya Neumann dan Von Rosenberg mengajukan hipotesa bahwa orang Mentawai berasal dari Polinesia. Neuman yakin orang Mentawai adalah sisa orang Polinesia yang terusir oleh kedatangan orang Melayu yang mendominasi pulau Sumetera. Sementara itu, karena berbagai persamaannya dengan suku-suku yang mendiami kepulauan Pasifik, Von Rosenberg menyatakan bahwa suku Mentawai langsung berasal dari Lautan Pasifik (Orao Neptutinuanus).

Adapun dua peneliti lainnya, Mess dan Morris mengungkapkan bahwa orang Mentawai tidak identik dengan orang Melayu dan bahasa Mentawai ada kemiripan dengan bahasa Batak. Dan Dr. Oudemans mengatakan bahwa orang Mentawai serumpun dengan orang Batak dan pulau-pulau Batu di Nias.

Pukul 05.00 KM Pulau Simasin berlabuh di Muara Sikabaluan, Siberut Utara. Lebih cepat satu jam dari yang diperkirakan. Tujuan kami adalah Matotonan di Siberut Selatan yang akan dicapai dari Muara Siberut. Kapal KM Pulau Simasin transit selama 6 jam. Pedagang dadakan menjajakan barang-barang kebutuhan pokok, pangan dan sandang yang dibongkar dari kapal. Kebanyakan pedagang berasal dari Minangkabau dan Inang-inang dari Tapanuli. Mereka menajajakan barang-barang dagangannya selama kapal KM Pulau Simasin transit dan akan mengemasi barang-barang dagangannya jika kapal bertolak ke tujuan selanjutnya.

Selama transit kami tidak menemukan orang-orang Mentawai dengan ciri khas mereka yang mengenakan kabit (cawat) dan tubuhnya yang penuh tato. Menurut Pak Man, seorang pendatang yang menetap di Muara Sikabaluan, tradisi tato dan Arat Sabulungan dilarang oleh Camat Sikabaluan. Jika kita ingin mencari tato di Sikabaluan, kita mesti ke pedalaman Simatalu yang mesti dilewati melalui pesisir utara Samudra Hindia. Dan jika musim badai kapal-kapal kecil tidak ada berani yang melintasi lautnya.

Memang Arat Sabulungan tidak bisa disamakan dengan “aliran kepercayaan” sebab kepercayaan ini sudah ada turun-temurun sejak leluhur suku Mentawai ada pertama sekali. Tetapi kategorisasi yang dibuat pemerintah sejak jaman Presiden Soekarno, memasukkan Arat Sabulungan sebagai bentuk aliran kepercayaan, juga kepercayaan animisme lainnya yang sudah ada pada leluhur bangsa-bangsa di Nusantara. Karena dianggap meresahkan kehidupan beragama, bermasyarakat dan berbangsa, Arat Sabulungan dihapuskan oleh Pemerintah melalui satu kebijakan melalui SK No.167/PROMOSI/1954. Kemudian di Mentawai, Rapat Tiga Agama (1954), mengadakan aksi nyata yang initinya memerintahkan kepada orang Mentawai untuk meninggalkan Arat Sabulungan dengan mememilih satu agama yang diakui Pemerintah. Dan puncaknya terjadi pada jaman Orde Baru Soeharto antara tahun 1970 sampai dengan tahun 1980an, dimana secara represif orang-orang Mentawai dipaksa untuk meninggalkan tradisi tato dan Arat Sabulungan dengan menangkapi mereka yang ketahuan mempraktekkannya dan dengan membakari perangkat-perangkat upacara mereka.

Pukul 11.00 kapal KM Pulau Simasin meninggalkan Muara Sikabaluan. Kami tiba di Muara Siberut sekita pukul 6.00 lewat. Selama perjalan sempat turun hujan yang tidak lebat. Dan dalam perjalanan itu, Durga sempat menato juru mudi kapal Ucok Zae, 25 tahun. Ucok Zae bukan berasal dari Batak, tetapi dari Nias dan ia minta ditato bola api di pergelangan kakinya. Mungkin inilah satu-satunya peristiwa di dunia, di mana seorang juru mudi kapal ditato sambil mengemudikan kendali kapal. Dan setiba di pelabuhan Maileppet, Muara Siberut, Bang Roby kontak yang direkomendasikan Ibu Srimulyani dari Laboratorium Antropologi Universitas Andalas menjemput kami. Bang Roby memiliki warung makan dan pondok sederhana tempat kami istirahat dan bermalam. Esoknya Bang Roby dan Rinaldi Samoanpora akan membawa kami menyusuri sungai dengan perahu bot milik menuju ke desa Mototonan.

Setelah berbelanja berbagai kebutuhan selama di pedalaman kami mulai menyusuri sungai-sungai yang bercabang menuju ke Matotonan. Sepanjang perjalanan kami menyaksikan ibu-ibu dan anak-anak perempuan yang mencari lokan di sungai, berpapasan dengan pompong (perahu tradisional dengan mesin tempel) hilir mudik dari sepanjang sungai.

Pemberhentian pertama kami adalah di desa Rorogot yang dihuni kira-kira 30 KK. Kami menyantap bekal yang tadi pagi dibungkuskan ibunda Bang Roby di rumah panggung pinggir sungai milik Markus Tuamasin. Di bawah rumah panggung, tempat kami beristirahat terdapat kandang babi yang berlumpur serta bercampur dengan kupasan kulit-kulit pinang yang telah membusuk. Sambil menyantap bekal, kami berbincang-bincang dan merokok bersama dengan tuan rumah. Rupanya turis-turis dan para peneliti asing yang sering mampir ke desa Rogrogot sering memberi uang jika berfoto bersama. No money no foto. Begitulah istilah mereka. Seuasai makan dan istirahat sejenak, kami pun melanjutkan perjalanan dengan mengurungkan niat untuk berfoto bersama.

Semakin ke hulu sungai semakin dangkal, sehingga kira-kira pukul 14.30 kami mesti berhenti di desa selanjutnya, di Madobag. Pance Satoko memiliki kakak sepupu yang mendapat penugasan untuk mengajar di SMP Negeri setempat. Bang Roby menitipkan mesin boatnya di rumah kakaknya Pance dan mencarikan dua pongpong yang akan mengangkut kami menyusuri hulu sungai Matotonan yang semakin dangkal.

Matotonan adalah tanaman kecombrang, kincrung atau onje. Tanaman yang buahnya terasa asam ini merupakan tanaman obat bagi suku Mentawai dan bunganya dikonsumsi sebagai sayuran. Sepanjang perjalanan menyusuri hulu sungai hingga sampai di Matotonan memang tanaman kecombrang dan bambu mendominasi, dan di kawasan muara di dekat pantai adalah berawa-rawa dan di penuhi pohon-pohon sagu.

Medan yang kami tempuh dengan pompong ini semakin sulit. Sesekali perahu oleng dan menabrak bongkah-bongkah pohon, kandas di bebatuan karena air sungai yang dangkal, bahkan salah satu pongpong sempat sekrup baling-balingnya copot dan baling-balingnya patah menghantam batu. Untung saja ada baling-baling cadangan.

Melalui berbagai medan yang berat, menjelang gelap akhirnya kami tiba di desa Matotonan. Kami disambut penduduk setempat dengan hangat dan kami menginap di salah satu rumah di sebelah rumah kepala desa Matotonan. Kepala desa Matotonan bernama Christinus Basyir. Dari namanya kita tahu bahwa ketika kecil dulu dia pernah dibaptis. Setelah dewasa pindah ke agama Islam, dari situlah nama Basyir ia dapatkan. Sementara orang-tuanya yang masih hidup, masih menganut kepercayaan Arat Sabulungan, bertato, berburu dan memelihara babi. Rumah yang kami tempati ini adalah Pos Dinas Sosial, di mana Ibu Srimulyani juga menjadi salah seorang konsultannya.

Biarpun masyarakat menyambut kami dengan hangat, ternyata respon mereka sangat beragam, misalnya ada yang mencurigai kedatangan kami, bahkan ada yang meminta uang jika kami ingin mendokumentasikan tato yang masih tersisa. Tetapi setelah Pance menjelaskan maksud kedatangan kami, akhirnya mereka mengerti dan banyak dari mereka yang ingin di tato. Selain mendokumentasikan dan mecatat ulang desain-desain yang ada di Matotonan, kami juga menawarkan kepada mereka untuk melanjutkan tato mereka yang belum selesai dengan mesin yang kami bawa. Di desa Matotonan tinggal seorang sipaniti (pembuat tato), Tegora Manai. Ia menato untuk yang terakhir kalinya kira-kira sepuluh tahun yang lalu dan kini ia sudah mengalami kerabunan.

Sambil menikmati kopi dan rokok, malam itu juga Durga mendiskusikan beberapa desain tato Mentawai yang kami fotocopy dari buku-buku yang tersedia. Ternyata setiap wilayah memiliki ciri khas tato yang tidak sama dengan wilayah suku lainnya. Pengetahuan ini belum kami dapatkan pada bahan-bahan bacaan yang kami punya.

Dulu orang Mentawai membuat tato di tempat yang jauh dari pemukiman penduduk, yang hanya dilakukan oleh sikerei dan orang yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan generasi muda juga jarang yang menyaksikan proses pembuatan tato dan mereka enggan mempelajarinya. Apalagi setelah masuknya berbagai pengaruh modern dan dibangku sekolah mereka diajarkan bahwa kepercayaan leluhur mereka adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tradisi penyembahan terhadap berhala dan roh-roh. Bahkan seorang pemuda setempat yang ingin memiliki tato tengkorak, ketika kami tanya kenapa dia tidak ingin dibuat tato Mentawai, pemuda belasan tahun tersebut mengatakan bahwa tato Mentawai dan kepercayaan leluhurnya—Arat Sabulungan— adalah kepercayaan setan.

Pada tahun 1970 dan 1980an ketika Orde Baru dengan ganas-ganasnya membasmi kepercayaan animisme suku-suku di pedalaman, masyarakat di Matotonan juga mengalaminya. Aman Eriana menceritakan bagaimana ia mendampingi istrinya yang ditangkap polisi pamong praja dan dibawa ke Muara Sikabaluan untuk bekerja memberishkan jalan, membuka ladang sebagai sangsi atas kepercayaan lelehurnya yang mereka anut dan tato yang menghiasi tubuhnya.

Aman Derei Kerei juga menceritkan hal yang sama. Yang ia ingat mereka lebih dari seratus orang ditangkap dan diburu dan dua puluh orang berasal dari Matotonan. Selain diburu, alat-alat upacara mereka di bakar dan mereka ditodong dengan senjata laras panjang. Jika ketahuan petugas ada sanak famili dari mereka yang meninggal dan mereka melakukan upacara Arat Sabulungan maka mereka mesti membawa lari mayat tersebut ke dalam hutan. Jika tidak aparat polisi yang kadang juga disertai KORAMIL setempat akan menangkap dan tak jarang memukuli mereka. Salah seorang dari polisi tersebut bernama Nico. Bahkan kepala desa sebelum yang sekarang ini juga melarang tradisi tato dan segala yang berhubungan dengan Arat Sabulungan.

Aman Sogagi adalah sikerei (dukun) paling muda yang kami temui di desa Mototonan. Ia berusia 40an. Seorang sikerei, selain memiki pengetahuan tentang obat-obatan, mereka juga dianggap punya pengetahuan untuk menghubungkan manusia yang ada di dunia ini dengan roh-roh leluhur dan alam. Kami sangat berterimakasih kepada Ibu Srimulyani dari Laboratorium Antropologi FISIP Universitas Andalas yang memungkinkan kami sampai ke tempat ini. Sebelum tradisi ini benar-benar punah seperti yang terjadi di pulau Pagai dan Sipora. Dari desa ini bersama dukungan sikerei-sikerei yang tesisa kami akan melakukan pendokumentasian dan bersama mereka melakukan workshop tato. Beberapa orang sikerei sudah bersedia untuk melanjutkan tatonya yang belum selesai karena represi yang dilakukan Orde Baru. Dengan mesin tato yang kami bawa dari Jakarta, Durga akan melalukan kolaborasi dengan Tegora Manai. Master Tato yang tersisa di pedalaman Matotonan—salah satu banteng terakhir dari tradisi tato Mentawai dan kepercayaan leluhur mereka: Arat Sabulungan.

di 13.30 , 0 Comments

Sejarah Ninja

Shinobi atau Ninja( Seseorang yang bergerak secara rahasia ) adalah seorang pembunuh yang terlatih dalam seni ninjutsu jepang. Ninja, seperti samurai, mematuhi peraturan khas mereka sendiri, yang disebut ninpo. Menurut sebagian pengamat ninjutsu, keahlian seorang ninja bukanlah pembunuhan
tetapi penyusupan. Ninja berasal dari bahasa Jepang yang berbunyi Nin yang artinya menyusup. Jadi, keahlian khusus seorang ninja adalah menyusup dengan atau tanpa suara. Kagetora, Naruto, Ninja Rantaro, adalah contoh kecil manga yang mengangkat ninja sebagai tema utamanya. Apa ninja itu? Sama seperti yang dikisahkan dalam berbagai cerita bahwa ninja itu penuh rahasia. Ninja biasanya segera dikaitkan dengan sosok yng terampil beladiri, ahli menyusup dan serba misterius seperti yang tampak di dalam film atau manga. Dalam kenyataannya penampilan ninja yang serba hitam ada benarnya, namun jika ada anggapan bahwa ninja identik dengan pembunuh brutal, berdarah dingin, pembuat onar, tukang sabotase, tidak demikian adanya.

Kata ninja terbentuk dari dua kata yaitu nin dan sha yang masing-masing artinya adalah tersembunyi dan orang. Jadi ninja adalah mata-mata profesional pada zaman feudal jepang. Sejarah ninja juga sangat sulit dilacak. Info mengenai keberadaan mereka tersimpan rapat-rapat dalam dokumen-dokumen rahasia. Ninja juga bisa diartikan sebagai nama yang diberikan kepada seseorang yang menguasai dan mendalami seni bela diri ninjutsu. Nin artinya pertahanan dan jutsu adalah seni atau cara. Kata ninja juga diambil dari kata ninpo. Po artinya adalah falsafah hidup atau dengan kata lain ninpo adalah falsafah tertinggi dari ilmu beladiri ninjutsu yang menjadi dasar kehidupan seorang ninja. Jadi ninja akan selalu waspada dan terintregasi pada prinsip ninpo.

Ninja dalah mata-mata profesionl di jaman ketika para samurai masih memegang kekuasaan tertinggi di pemerintahan jepang pada abad 12. Pada abad 14 pertarungan memperebutkan kekuasaan semakin memanas, informasi tentang aktifitas dan kekuatan lawan menjadi penting, dan para ninja pun semakin aktif. Para ninja dipanggil oleh daimyo untuk mengumpulkan informasi, merusak dan menghancurkan gudang persenjataan ataupun gudang makanan, serta untuk memimpin pasukan penyerbuan di malam hari.karena itu ninja memperoleh latiham khusus. Ninja tetap aktif sampai jaman edo (1600-1868), dimana akhirnya kekuasaan dibenahi oleh pemerintah di zaman edo.

B. Asal-usul Ninja
Kemunculan ninja pada tahun 522 berhubungan erat dengan masuknya seni nonuse ke Jepang. Seni nonuse inilah yang membuka jalan bagi lahirnya ninja. Seni nonuse atau yang biasa disebut seni bertindak diam-diam adalah suatu praktek keagamaan yang dilakukan oleh para pendeta yang pada saat itu bertugas memberikan info kepada orang-orang di pemerintahan. Sekitar tahun 645, pendeta-pendeta tersebut menyempurnakan kemampuan bela diri dan mulai menggunakan pengetahuan mereka tentang nonuse untuk melindungi diri dari intimidasi pemerintah pusat.

Pada tahun 794-1192, kehidupan masyarakat jepang mulai berkembang dan melahirkan kelas-kelas baru berdasarkan kekayaan. Keluarga kelas ini saling bertarung satu sama lain dalam usahanya menggulingkan kekaisaran. Kebutuhan keluarga akan pembunuh dan mata-mata semakin meningkat untuk memperebutkan kekuasaan. Karena itu permintaan akan para praktisi nonuse semakin meningkat. Inilah awal kelahiran ninja. Pada abad ke-16 ninja sudah dikenal dan eksis sebagai suatu keluarga atau klan di kota Iga atau Koga. Ninja pada saat itu merupakan profesi yang berhubungan erat dengan itelijen tingkat tinggi dalam pemerintah feodal para raja di jepang. Berdasarkan hal itu, masing-masing klan memiliki tradisi mengajarkan ilmu beladiri secara rahasia dalam keluarganya saja. Ilmu beladiri yang kemudian dikenal dengan nama ninjutsu. Dalah ilmu yang diwariskan dari leluhur mereka dan atas hasil penyempurnaan seni berperang selama puluhan generasi. Menurut para ahli sejarah hal itu telah berlangsung selama lebih dari 4 abad. Ilmu itu meliputi falsafah bushido, spionase, taktik perang komando, tenaga dalam, tenaga supranatural, dan berbagai jenis bela diri lain yang tumbuh dan berkembang menurut jaman.

Namun ada sebuah catatan sejarah yang mengatakan bahwa sekitar abad ke-9 terjadi eksodus dari cina ke jepang. Hal ini terjadi karena runtuhnya dinasti tang dan adanya pergolakan politik. Sehingga banyak pengungsi yang mencari perlindungan ke jepang.sebagian dari mereka adalah jendral besar, prajurit dan biksu. Mereka menetap di propinsi Iga, di tengah pulau honsu. Jendral tersebut antara lain Cho Gyokko, Ikai Cho Busho membawa pengetahuan mereka dan membaur dengan kebudayaan setempat. Strategi militer, filsafat kepercayaan, konsep kebudayaan, ilmu pengobatan tradisional, dan falsafah tradisional. Semuanya menyatu dengan kebiasaan setempat yang akhirnya membentuk ilmu yang bernama ninjutsu.

C. Bela diri Ninjutsu
Gerakan beladiri ninjutsu hanya tendangan, lemparan, patahan, dan serangan. Kemudian dilengkapi dengan teknik pertahanan diri seperti bantingan, rolling dan teknik bantu seperti meloloskan diri, mengendap, dan teknik khusus lainnya. Namun, dalam prakteknya ninja menghindari kontak langsung dengan lawannya, oleh karena itu berbagai alat lempar, lontar, tembak, dan penyamaran lebih sering digunakan. Berbeda dengan seni beladiri lain. Ninjutsu mengajarkan teknik spionase, sabotase, melumpuhkan lawan, dan menjatuhkan mental lawan. Ilmu tersebut digunakan untuk melindungi keluarga ninja mereka. Apa yang dilakukan ninja memang sulit dimengerti. Pada satu sisi harus bertempur untuk melindungi, di sisi lain ninja harus menerapkan “berperilaku kejam dan licik” saat menggunakan jurus untuk menghadapi lawan. Disisi lain ajaran ninpo memberi petunjuk bahwa salah satu tujuan ninjutsu adalah mengaktifkan indra keenam mereka. paduan intuisi dan kekuatan fisik pada jangka waktu yang lama memungkinkan para ninja untuk mengaktifkan indra keenamnya. Sehingga dapat mengenal orang lain dengan baik dan mengerti berbagai persoalan dalam berbagai disiplin ilmu.

Di dalam ninpo terdapat teknik beladiri tangan kosong (taijutsu), teknik pedang (kenjutsu), teknik bahan peledak dan senjata api (kajutsu), teknik hipnotis (saimonjutsu), dan teknik ilusi(genjutsu). Pada aliran togaku ryu dikenal adanya energi yang disebut kuji kiri. Prinsipnya adalah penggabungan antara kekuatan fisik dan mental. Penyaluran energi yang tepat dari tenaga kuji kiri dapat bersifat menghancurkan, namun disisi lain jika digunakan untuk olah pikir dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang pelik.

Ninjutsu akan sia-sia jika ninja tidak memiliki mental dan spiritual yang kuat. Untuk itu ninja harus menguasai kuji-in, yaitu kekuatan spiritual dan mental berdasarkan simbol yang terdapat di telapak tangan yang dipercaya menjadi saluran energi. Simbol di tangan di ambil dari praktek pada massa awal penyebaran agama budha. Kuji-in digunakan untuk membangun kepercayaan diri dan kekuatan seorang ninja. Kuji-in mampu meningkatkan kepekaan terhadap keadaan bahaya dan mendeteksi adanya kematian.

Dari 81 simbol yang ada, hanya 9 yang utama, yaitu rin(memberi kekuatan tubuh), hei (memberi kekuatan menyamarkan kehadiran seseorang), Toh (menyeimbangkan bagian padat dan cair pada tubuh), sha (kemampuan menyembuhkan), kai(memberi kontrol menyeluruh terhadap fungsi tubuh), jin(meningkatkan kekuatan telepati), retsu (memberi kekuatan telekinetik), zai (meningkatkan keselarasan terhadap alam), dan zen (memberi pencerahan pikiran dan pemahaman). Seorang ninja akan menjadi master sejati dengan menguasai simbol-simbol ini.

Walaupun terdapat banyak keluarga ninja di jepang, baru sekitar tahun enam puluhan keluarga ninja baru dapat di dekati oleh orang luar. Sejak ninja dinyatakan terlarang oleh shogun tokugawa pada abad 17. pada tahun 1950 larangan tersebut dicabut oleh pemerintah Jepang. Pada tahun 1960 televisi jepang menayangkan laporan dokumentasi dan sejarah ninja. Setelah itu salah satu aliran yang dapat membuka diri dan memperkenalkan ninja ke dunia luar adalah aliran togakure-ryu dengan pewaris dari generasi ke 34, masaaki hatsume,.yang profesi sehari-harinya adalah seorang tabib ahli penyembuhan dan pengobatan tulang. Pada tahun 1978 ninjutsu berhasil di publikasikan dan diajarkan ke amerika oleh stephen k. hayes. Sejak saat itu ninjutsu menjadi cabang beladiri yang paling banyak diminati.

D. Peralatan Ninja
Ninja diharuskan untuk bisa bertahan hidup di tengah alam, karena itu mereka menjadi terlatih secara alamiah untuk mampu membedakan tumbuhan yang bisa dimakan, tumbuhan racun, dan tumbuhan obat. Mereka memiliki metode cerdik untuk mengetahui waktu dan mata angin. Ninja menggunakan bintang sebagai alat navigasi mereka ketika menjalankan misi di malam hari.mereka juga mahir memasang perangkap, memasak hewan, membangun tempat berlindung, menemukan air dan membuat api.

Ninja memakai baju yang menutup tubuh mereka kecuali telapak tangan dan seputar mata. Baju ninja ini disebut shinobi shozoko. shinobi shozoko memiliki 3 warna. Baju warna hitam biasanya dipakai ketika melakukan misi di malam hari dan bisa juga sebagai tanda kematian yang nyata bagi sang target. Warna putih digunakan untuk misi di hari bersalju. Warna hijau sebagai kamuflase agar mereka tidak terlihat dalam lingkungan hutan.

Shinobi shozoko memiliki banyak kantong di dalam dan luarnya. Kantong ini digunakan untuk menyimpan peralatan kecil dan senjata yang mereka butuhkan, seperti racun, shuriken, pisau, bom asap dan lain-lain. Ninja juga membawa kotak P3K kecil tradisional, yang diisi dengan cairan dan minuman. Ninja juga memakai tabi yang mirip sepatu boot. Celah yang memisahkan jempol kaki dengan jari lainnya memudahkan ninja saat memanjat tali atau dinding.

Ninja wanita atau kunoichi yang biasanya bekerja dengan menggunakan kefemininan mereka ketika melakukan pendekatan pada sang target menggunakan manipulasi kejiwaan dan perang batin sebagai senjata mereka. mereka bisa mendekati target dan membunuhnya tanpa jejak. Kunoichi memiliki misi yang berbeda dengan ninja laki-laki. Mereka lebih sering dekat dengan target, sehingga mereka juga lebih sering menggunakan senjata jarak dekat seperti metsubishi, racun, golok, tali, dan tessen. Selain itu senjata-senjata tersebut juga praktis dibawa tanpa kelihatan.

Ninja memiliki senjata dalam berbagai jenis, bentuk, dan ukuran. Selain senjata standar seperti pedang, naginata, panah, dan pisau, ada pula tessen (kipas yang bila dikibaskan keluar racun), shobo, kyoketsu shogei, neko te, dan lain-lain. Peralatan canggih ninja lainnya adalah kaginawa(jangkar bertali) untuk memanjat dinding, ashiaro untuk membuat jejak kaki palsu agar tidak terlacak saat menjalankan misi, metsubishi(cangkang telur yang diisi dengan pasir dan serbuk logam, biasanya juga kotoran tikus) yang berfungsi untuk membutakan lawan.

E. Pelatihan Ninja
Pada saat anak-anak ninja telah dilatih untuk waspada dan dididik dalam kerahasiaan dan tradisi ilmu mereka. Pada umur 5-6 tahun mereka diperkenalkan dengan permainan ketangkasan dan keseimbangan tubuh. Anak-anak disuruh berjalan diatas papan titian yang sangat keci, mendaki papan yang terjal, dan melompati semak-semak yang berduri. Pada umur 9 tahun mereka dilatih untuk kelenturan otot. Anak-anak berlatih berguling dan meloncat. Setelah itu anak-anak diajarkan teknik memukul dan menendang pada target jerami yang di ikat. Setelah itu pelatihan meningkat ke seni bela diri tanpa senjata dan setelahnya dasar-dasar menggunakan pedang dan tongkat.

Pada masa remaja mereka diajari cara menggunakan senjata khusus. Melempar pisau, penyembunyian senjata, teknik tali, berenang, taktik bawah air, dan teknik menggunakan alam untuk mendapat informasai atau untuk menyembunyikan diri. Waktu mereka dihabiskan dalam ruang tertutup atau bergelantungan di pohon untuk membangun kesabaran, daya tahan, dan stamina. Terdapat pula latihan gerak tanpa suara dan lari jarak jauh. Mereka juga diajarkan teknik melompat dari pohon ke pohon atau atap ke atap.

Pada masa akir remaja ninja belajar menjadi aktor dan psikologi melalui tingkah laku mereka sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Mereka mulai mengerti cara bekerja jiwa manusia, menggunakan kelemahan orang lain untuk keuntungan mereka. Mereka juga belajar membuat obat-obatan, mendapatkan jalan masuk rahasia ke dalam sebuah bangunan, cara memanjat dinding, melewati atap, mencuri di bawah rantai, mengikat musuh, cara kabur, dan menggambar peta, rute, petunjuk jalan, serta wajah.

Ada 18 tingkat ilmu dan seni berperang ninjutsu dari banyak keahlian yang dimiliki oleh ninja yang dapat dipelajari oleh umum pada saat ini. Selebihnya di luar keterampilan fisik dan penguasaan jiwa, para pendekar ini harus mempelajari latihan batin. Setelah menguasai level ini, ninja bisa sangat ahli dan bahkan dianggap sebagai orang bijak atau dukun, karena kemampuannya menyatu dengan alam dan siklus di sekitarnya.

Delapan belas keahlian tersebut adalah:
1. seishin teki kyoyo (pemurnian jiwa)
ninja aliran tokakure sangat mengandalkan pengenalan jati diri. Seorang ninja harus mengetahui dengan tepat komitmen dan motivasi hidupnya. Dengan pemahaman dan penghayatan terhadap proses pematangan seorang ninja bisa menjadi seorang pendekar yang bijak. Keterlibatan ninja dalam pertarungan dimotivasi oleh alasan untuk melindungi. Tidak dibenarkan jika alasannya semata-mata hanya karena uang.

2. tai jutsu (bertarung dengan tangan kosong)
paduan dari ilmu daken taijutsu(pukul, tendng, tangkis), ju taijutsu(gumul, mencekik, meloloskan dari kuncian), taihen jutsu(gerak tanpa suara, berguling, melompat, cara jatuh). Keterampilan ini di perlukan pada situasi terancam atau bertahan

3. ninja ken (pedang ninja)
pedang ninja adalah pedang pedek lurus bermata tunggal. Pedang adalah senjata utama ninja. Untuk menggunakan pedang dituntut dua keahlian utama yaitu ilmu menarik pedang (dg kecepatan namun halus gerakannya ) sekaligus mengayun untuk memotong.

4. bo jutsu (jurus tongkat dan bilah)
ada 2 jenis tongkat, tongkat panjang sekitar 2 meter(bo) dan tongkat pendek sekitar satu meter(hanbo). Ada lagi senjata dari bilah bambu yang bila di buka di dalamnya ada mata pedang yang sekilas tampak seperti tongkat biasa.

5. shuriken jutsu (senjata lempar)
ilmu lempar berupa lempeng baja dengan mata tajam bersisi empat seperti bintang(senban shuriken) atau paku lempar(bo shuriken). Senban shuriken dilempar dengan cara dipuntir agar bisa menancap dan memberi efek gergaji. Bo shuriken dilempar bersamaan beberapa buah sehingga terlihat seperti kilatan jarum.

6. yari jutsu(jurus tombak)
tombak digunakan untuk pertarungan jarak sedang untuk menangkis dan meredam serangan lawan.

7. naginata jutsu(jurus pedang bertongkat)
pedang pendek yang gagangnya dibuat panjang seukuran tombak. Digunakan ninja untuk memotong lawan yang berada dalam jarak sedang. Bisa digunakan untuk menyerang samurai dan merobohkan tentara berkuda.

8. kusari gama (jurus rantai dan bandul)
berupa rantai sepanjang 2-3 meter yang diberi bandul pada salah satu ujungnya. Pada ujung yang lain dikaitkan pada gagang arit tradisional jepang. Rantai digunakan untuk menangkis serangan senjata lawan.sedangkan bilah arit digunakan untuk menghabisi lawan yang sudah terjerat. Senjata rantai dan bandul yang disukai oleh para ninja aliran togakure adalah kyoketsu yaitu belati lengkung yang gagangnya dipasangi tali halus dari rambut kuda dan ujung tali satu lagi diberi cincin baja besar.

9. henso jutsu (ilmu menyamar dan membaur)
ilmu ini sangat diperlukan pada saat spionase. Ninja membuat identitas palsu dan mengalihkan perhatian orang. Ninja juga bergerak tanpa bisa di lacak.

10. shinobi iri (ilmu mengintai dan menyusup)
ilmu ini mengajarkan bergerak tanpa suara dan bersembunyi di bawah bayangan.

11. ba jutsu
seorang ninja harus bisa bertempur di atas kuda selain menunggang kuda dengan baik di segala medan.

12. sui ren (ilmu tempur dalam air)
meliputi teknik mengintai dengan cara berenang, bergerak tanpa suara dalam air, cara menggunakan perahu khusus untuk mengapung dalam air, dan teknik perkelahian dalam air.

13. bo ryaku (ilmu strategi)
ilmu taktik yang tak lazim digunakan dalam kondisi bertahan atau pertarungan terbuka. Ninja sering memanfaatkan kondisi sekitarnya untuk melaksanakan tugasnya, tanpa banyak mengeluarkan energi.

14. cho ho (ilmu spionase)
ilmu mata-mata termasuk merekrut dan memakai orang yang digunakan sebagai mata-mata.

15. inton jutsu (teknik meloloskan diri dan menghilang)
ninja pandai meloloskan diri dengan memanfaatkan keadaan alam yang ada.

16. ten mon (meteorologi)
memanfaatkan cuaca juga merupakan senjata utama ninja. Sejak kecil mereka dilatih mengendalikan cuaca dari tanda-tanda alam yang kecil.

17. chi mon (geografi)
teknik pemanfaatan lahan.

E. Filosofi Ninja
Filosofi ninja adalah meraih hasil maksimal dengan tenaga minimum. Muslihat dan taktik lebih sering dilakukan daripada konfrontasi langsung. Ninja tidak memiliki status mulia seperti samurai, sehingga ninja bebas melakukan apapun untuk mengatasi masalah, tanpa terikat oleh nama baik keluarga dan kehormatan.

di 13.21 , 0 Comments

Asal-usul nama Pulau besar Indonesia

Sumatera:
Nama asli Sumatera, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-cerita rakyat, adalah “Pulau Emas”. Istilah pulau ameh (bahasa Minangkabau, berarti pulau emas) kita jumpai dalam cerita Cindur Mata dari Minangkabau. Dalam cerita rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau Sumatera. Seorang musafir dari Cina yang bernama I-tsing (634-713), yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya (Palembang sekarang) pada abad ke-7, menyebut Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti “negeri emas”.

Dalam berbagai prasasti, Sumatera disebut dengan nama Sansekerta: Suwarnadwipa (“pulau emas”) atau Suwarnabhumi (“tanah emas”). Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Buddha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Suwarnabhumi. Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa.

Para musafir Arab menyebut Sumatera dengan nama Serendib (tepatnya: Suwarandib), transliterasi dari nama Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib. Namun ada juga orang yang mengidentifikasi Serendib dengan Srilangka, yang tidak pernah disebut Suwarnadwipa.

Lalu dari manakah gerangan nama “Sumatera” yang kini umum digunakan baik secara nasional maupun oleh dunia internasional? Ternyata nama Sumatera berasal dari nama Samudera, kerajaan di Aceh pada abad ke-13 dan ke-14. Para musafir Eropa sejak abad ke-15 menggunakan nama kerajaan itu untuk menyebut seluruh pulau.

Peralihan Samudera (nama kerajaan) menjadi Sumatera (nama pulau) menarik untuk ditelusuri. Odorico da Pardenone dalam kisah pelayarannya tahun 1318 menyebutkan bahwa dia berlayar ke timur dari Koromandel, India, selama 20 hari, lalu sampai di kerajaan Sumoltra. Ibnu Bathutah bercerita dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) bahwa pada tahun 1345 dia singgah di kerajaan Samatrah. Pada abad berikutnya, nama negeri atau kerajaan di Aceh itu diambil alih oleh musafir-musafir lain untuk menyebutkan seluruh pulau.

Pada tahun 1490 Ibnu Majid membuat peta daerah sekitar Samudera Hindia dan di sana tertulis pulau Samatrah. Peta Ibnu Majid ini disalin oleh Roteiro tahun 1498 dan muncullah nama Camatarra. Peta buatan Amerigo Vespucci tahun 1501 mencantumkan nama Samatara, sedangkan peta Masser tahun 1506 memunculkan nama Samatra. Ruy d’Araujo tahun 1510 menyebut pulau itu Camatra, dan Alfonso Albuquerque tahun 1512 menuliskannya Camatora. Antonio Pigafetta tahun 1521 memakai nama yang agak ‘benar’: Somatra. Tetapi sangat banyak catatan musafir lain yang lebih ‘kacau’ menuliskannya: Samoterra, Samotra, Sumotra, bahkan Zamatra dan Zamatora.

Catatan-catatan orang Belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir Francis Drake abad ke-16, selalu konsisten dalam penulisan Sumatra. Bentuk inilah yang menjadi baku, dan kemudian disesuaikan dengan lidah kita: Sumatera

Jawa:
Asal-usul nama 'Jawa' tidak jelas. Salah satu kemungkinan adalah bahwa para musafir dari India menamakan pulau ini berdasarkan tanaman jáwa-wut, yang sering dijumpai . Ada kemungkinan lain sumber: kata Jau dan variasinya berarti "di luar" atau "jauh". Dan, dalam bahasa Sansekerta yava berarti barley atau Jelai atau Jawawut, tanaman yang terkenal pulau itu. Sumber lain menyatakan bahwa kata "Jawa" berasal dari Proto-Austronesia yang berarti 'rumah'.

Kalimantan:

• Pertama.
Borneo dari kata Kesultanan Brunei Darussalam yang sebelumnya merupakan kerajaan besar dan luas (mencakup Serawak dan sebagian Sabah karena sebagian Sabah ini milik kesultanan Sulu-Mindanao. Para pedagang Portugis menyebutnya Borneo dan digunakan oleh orang-orang Eropa. Di dalam Kakimpoi Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 Kerajaan Brunei kuno disebut "Barune", sehingga ada pula yang menyebutnya "Waruna Pura". Namun penduduk asli menyebutnya sebagai pulo Klemantan.
• Kedua.
Menurut Crowfurd dalam Descriptive Dictionary of the Indian Island (1856), kata Kalimantan adalah nama sejenis mangga sehingga pulau Kalimantan adalah pulau mangga namun dia menambahkan bahwa kata itu berbau dongeng dan tidak populer.
• Ketiga.
Menurut Dr. B. Ch. Chhabra dalam jurnal M.B.R.A.S vol XV part 3 hlm 79 menyebutkan kebiasaan bangsa India kuno menyebutkan nama tempat sesuai hasil bumi seperti jewawut dalam bahasa sanksekerta yawa sehingga pulau itu disebut yawadwipa yang dikenal sebagai pulau Jawa sehingga berdasarkan analogi itu pulau itu yang dengan nama Sansekerta Amra-dwipa atau pulau mangga.
• Keempat.
Menurut dari C.Hose dan Mac Dougall menyebutkan bahwa kata Kalimantan berasal dari 6 golongan suku-suku setempat yakni Dayak Laut (Iban), Kayan, Kenya, Klemantan, Munut, dan Punan. Dalam karangannya, Natural Man, a Record from Borneo (1926), C Hose menjelaskan bahwa Klemantan adalah nama baru yang digunakan oleh bangsa Melayu.
• Kelima.
Menurut W.H Treacher dalam British Borneo dalam jurnal M.B.R.A.S (1889), mangga liar tidak dikenal di Kalimantan utara. Lagi pula Borneo tidak pernah dikenal sebagai pulau yang menghasilkan mangga malah mungkin sekali dari sebutan Sago Island (pulau Sagu) karena kata Lamantah adalah nama asli sagu mentah.
• Keenam.
Menurut Prof. Dr. Slamet Muljana dalam bukunya Sriwijaya (LKIS 2006), kata Kalimantan bukan kata melayu asli tapi kata pinjaman sebagai halnya kata malaya, melayu yang berasal dari India (malaya yang berarti gunung). Kalimantan atau Klemantan berasal dari Sanksekerta, Kalamanthana yaitu pulau yang udaranya sangat panas atau membakar (kal[a]: musim, waktu dan manthan[a]: membakar). Karena vokal a pada kala dan manthana menurut kebiasaan tidak diucapkan, maka Kalamanthana diucap Kalmantan yang kemudian disebut penduduk asli Klemantan atau Quallamontan yang akhirnya diturunkan menjadi Kalimantan.

Sulawesi:
Orang Portugis adalah yang pertama merujuk ke Sulawesi sebagai 'Celebes'. Arti nama ini tidak jelas. Satu teori mengklaim kalau itu berarti "sulit untuk dicapai" karena pulau tersebut dikelilingi arus laut dan air dan sungai yang deras. Nama modern 'Sulawesi' mungkin berasal dari kata-kata sula ( 'pulau') dan besi ( 'besi') dan dapat merujuk kepada sejarah ekspor besi dari Danau Matano yang kaya akan deposit bijih besi.

Irian Jaya atau Papua:
Pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea).

Setelah berada di bawah penguasaan Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002. Irian sendiri merupakan kependekan dari Ikut Republik Indonesia, Anti Nederland (join/follow the Republic of Indonesia, rejecting the Netherlands)

Nama provinsi ini diganti menjadi Papua sesuai UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua. Pada 2003, disertai oleh berbagai protes (penggabungan Papua Tengah dan Papua Timur), Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia; bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (setahun kemudian menjadi Papua Barat). Bagian timur inilah yang menjadi wilayah Provinsi Papua pada saat ini.

Kata Papua sendiri berasal dari bahasa melayu yang berarti rambut keriting, sebuah gambaran yang mengacu pada penampilan fisik suku-suku asli.

di 13.07 , 0 Comments