Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Depbudpar Sambudjo Parikesit mengatakan 16 destinasi pariwisata menyerap sekitar 90 % total wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara di Indonesia.
"Dari total 33 destinasi, ada 16 destinasi yang menyerap lebih dari 90 % wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara," kata Sambudjo dalam sebuah acara di Jakarta, Selasa.
Sambudjo menjelaskan keenambelas destinasi tersebut yaitu Bandung, Jakarta, Borobudur-Yogya-Solo, Batam-Bintan, Bali, Bromo-Tengger-Semeru, Toba-Nias, Krakatau-Ujung Kulon, Tana Toraja, Lombok, Semarang-Demak-Karimun Jawa, Padang-Bukittinggi, Manado-Bunaken, Derawan-Sangalaki, Komodo dan Kupang.
Dia menjelaskan seperti dikutip dari data BPS tahun 2004, 16 destinasi tersebut menyerap 91,21 % total wisatawan Indonesia, dimana 97,86 % wisman dari total kunjungan wisman dan 89,80 % wisnus dari total total kunjungan wisnus.
Hal tersebut, kata Sambudjo, merupakan potret kondisi destinasi pariwisata Indonesia belum secara merata tersebat di seluruh wilayah Indonesia.
"Hal ini menggambarkan kesenjangan penyebaran destinasi yang ada. Oleh karena itu, arah dan kebijakan pengembangan destinasi pariwisata nasional memerlukan pendekatan pertumbuhan dan pemerataan pengembangan destinasi yang memiliki daya saing di seluruh Indonesia," lanjut Sambudjo.
Dia mengatakan daya saing destinasi pariwisata merupakan kemampuan sebuah destinasi pariwisata untuk menarik dan memenuhi kebutuhan calon wisatawan yang ditentukan oleh faktor spesifik parwisata yaitu atraksi atau daya tarik, dan faktor umum yaitu meliputi sarana, prasarana, serta fasilitas pendukung.
"Karena itu berbagai stakeholder dalam entitas kepariwisataan suatu destinasi pariwisata seyogyanya mampu menciptakan produk dari sumber daya yang dimiliki, memberikan nilai tambah, meningkatkan jaringan pasar secara berkelanjutan dan mempertahankan serta memelihara pasar," kata Sambudjo.
Ia melanjutkan pengembangan destinasi pariwisata tidak hanya untuk akselerasi peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia tetapi juga untuk memberi kesempatan bagi destinasi diluar 16 destinasi tersebut untuk tumbuh.
"Secara spasial kawasan barat Indonesia memang lebih cepat tumbuh dibanding kawasan timur. Ini harus didistribusikan. Keberpiha-kan ke kawasan timur mulai dilakukan secara bertahap," kata Sambudjo.
Ia melihat ada beberapa destinasi di kawasan timur Indonesia yang mulai berkembang terutama destinasi wisata bahari, antara lain Derawan, Wakatobi, dan Raja Ampat.
"Tapi kendala destinasi di kawasan timur antara lain infrastruktur tidak memadai, budaya pariwisata yang rendah, dan arahan pengembangan destinasi yang kuran," tambah Sambudjo.
Dia mengatakan untuk itu pihaknya telah membuat cetak biru kebijakan dan strategi pengembangan destinasi pariwisata nasional.
Arah kebijakan dan strategi pengembangan destinasi pariwisata nasional mencakup antara lain peningkatan daya saing destinasi, produk dan usaha nasional; pengembangan destinasi pariwisata berbasis masyarakat setempat (community based tourism development), peningkatan pangsa pasar pariwisata melalui pemasaran terpadu di dalam maupun luar negeri.
Selain itu juga dilakukan peningkatan kualitas, pelayanan dan informasi wisata, pengembangan sistem insentif usah dan investasi di bidang pariwisata, pengembangan infrastruktur pendukung pariwisata (terutama aksesibilitas), pengembangan SDM (standarisasi, akreditasi dan sertifikasi kompetensi) dan sinergi dari berbagai stakeholders dalam desain program kepariwisataan.
Sumber : http://www.kapanlagi.com
"Dari total 33 destinasi, ada 16 destinasi yang menyerap lebih dari 90 % wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara," kata Sambudjo dalam sebuah acara di Jakarta, Selasa.
Sambudjo menjelaskan keenambelas destinasi tersebut yaitu Bandung, Jakarta, Borobudur-Yogya-Solo, Batam-Bintan, Bali, Bromo-Tengger-Semeru, Toba-Nias, Krakatau-Ujung Kulon, Tana Toraja, Lombok, Semarang-Demak-Karimun Jawa, Padang-Bukittinggi, Manado-Bunaken, Derawan-Sangalaki, Komodo dan Kupang.
Dia menjelaskan seperti dikutip dari data BPS tahun 2004, 16 destinasi tersebut menyerap 91,21 % total wisatawan Indonesia, dimana 97,86 % wisman dari total kunjungan wisman dan 89,80 % wisnus dari total total kunjungan wisnus.
Hal tersebut, kata Sambudjo, merupakan potret kondisi destinasi pariwisata Indonesia belum secara merata tersebat di seluruh wilayah Indonesia.
"Hal ini menggambarkan kesenjangan penyebaran destinasi yang ada. Oleh karena itu, arah dan kebijakan pengembangan destinasi pariwisata nasional memerlukan pendekatan pertumbuhan dan pemerataan pengembangan destinasi yang memiliki daya saing di seluruh Indonesia," lanjut Sambudjo.
Dia mengatakan daya saing destinasi pariwisata merupakan kemampuan sebuah destinasi pariwisata untuk menarik dan memenuhi kebutuhan calon wisatawan yang ditentukan oleh faktor spesifik parwisata yaitu atraksi atau daya tarik, dan faktor umum yaitu meliputi sarana, prasarana, serta fasilitas pendukung.
"Karena itu berbagai stakeholder dalam entitas kepariwisataan suatu destinasi pariwisata seyogyanya mampu menciptakan produk dari sumber daya yang dimiliki, memberikan nilai tambah, meningkatkan jaringan pasar secara berkelanjutan dan mempertahankan serta memelihara pasar," kata Sambudjo.
Ia melanjutkan pengembangan destinasi pariwisata tidak hanya untuk akselerasi peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia tetapi juga untuk memberi kesempatan bagi destinasi diluar 16 destinasi tersebut untuk tumbuh.
"Secara spasial kawasan barat Indonesia memang lebih cepat tumbuh dibanding kawasan timur. Ini harus didistribusikan. Keberpiha-kan ke kawasan timur mulai dilakukan secara bertahap," kata Sambudjo.
Ia melihat ada beberapa destinasi di kawasan timur Indonesia yang mulai berkembang terutama destinasi wisata bahari, antara lain Derawan, Wakatobi, dan Raja Ampat.
"Tapi kendala destinasi di kawasan timur antara lain infrastruktur tidak memadai, budaya pariwisata yang rendah, dan arahan pengembangan destinasi yang kuran," tambah Sambudjo.
Dia mengatakan untuk itu pihaknya telah membuat cetak biru kebijakan dan strategi pengembangan destinasi pariwisata nasional.
Arah kebijakan dan strategi pengembangan destinasi pariwisata nasional mencakup antara lain peningkatan daya saing destinasi, produk dan usaha nasional; pengembangan destinasi pariwisata berbasis masyarakat setempat (community based tourism development), peningkatan pangsa pasar pariwisata melalui pemasaran terpadu di dalam maupun luar negeri.
Selain itu juga dilakukan peningkatan kualitas, pelayanan dan informasi wisata, pengembangan sistem insentif usah dan investasi di bidang pariwisata, pengembangan infrastruktur pendukung pariwisata (terutama aksesibilitas), pengembangan SDM (standarisasi, akreditasi dan sertifikasi kompetensi) dan sinergi dari berbagai stakeholders dalam desain program kepariwisataan.
Sumber : http://www.kapanlagi.com
0 Comments to "90% Pelancong Masih Terkonsentrasi di 16 Destinasi Wisata"