Seni Karawitan adalah seni mengolah bunyi benda atau alat bunyi-bunyian (instrumen) tradisional. Di Bali, kaprahnya, alat bunyi-bunyian tradisional disebut gamelan atau gambelan. Dalam gamelan ada alat musik tabuh, gesek, tiup, petik dan sebagainya.
Menurut jamannya, Gamelan Bali dibagi menjadi 3 bagian besar:
Gamelan Wayah
Gamelan wayah atau gamelan tua diperkirakan telah ada sebelum abad XV. Umumnya didominir oleh alat-alat berbentuk bilahan dan tidak mempergunakan kendang.
Kalaupun ada kendang, dapat dipastikan bahwa peranan instrumen ini tidak begitu menonjol.
Beberapa gamelan golongan tua antara lain :
* Angklung - Gender Wayang
* Balaganjur - Genggong
* Bebonangan - Gong Beri
* Caruk - Gong Luwang
* Gambang - Selonding
Gamelan Madya
Barungan madya, yang berasal dari sekitar abad XVI-XIX, merupakan barungan gamelan yang sudah memakai kendang dan instrumen-instrumen bermoncol (berpencon). Dalam barungan ini, kendang sudah mulai memainkan peranan penting.
Beberapa gamelan golongan Madya adalah:
* Batel Barong
* Bebarongan
* Gamelan Joged Pingitan
* Gamelan Penggambuhan
* Gong Gede
* Pelegongan
* Semar Pagulingan
Gamelan Anyar
Gamelan Anyar adalah gamelan golongan baru, yang meliputi jenis-jenis barungan gamelan yang muncul pada abad XX. Barungan gamelan ini nampak pada ciri-ciri yang menonjolkan permainan kendang.
Beberapa gamelan golongan Anyar sebagai berikut:
* Adi Merdangga - Gamelan Manikasanti
* Bumbung Gebyog - Gamelan Semaradana
* Gamelan Bumbang - Gong Suling
* Gamelan Geguntangan - Jegog
* Gamelan Genta Pinara Pitu - Kendang Mabarung
* Gamelan Gong Kebyar - Okokan / Grumbungan
* Gamelan Janger - Tektekan
* Gamelan Joged Bumbung
Suara gong/ gamelan di Pura juga sering mengganggu kehidmatan upacara, karena gambelan ditempatkan di utama mandala apalagi irama gongnya tidak sesuai dengan suasana hening yang ingin diciptakan. Gambelan mestinya berada di Madya Mandala, iramanya yang lambat tetapi sakral misalnya tabuh telu, lelambatan, dll.
Di Bali jenis gambelan disesuaikan dengan tujuan upacara.
Misalnya untuk suasana sedih ketika meninggal dunia sampai ngaben digunakan angklung, namun ketika ke setra perlu kebulatan tekad dan semangat tinggi, digunakan gong baleganjur; ketika ngaskara perlu suasana sakral magis bervibrasi perjalanan atma ke sunia loka, digunakan gambang.
Pada upacara manusia yadnya digunakan gender, upacara di Pura: gong gede, juga untuk Nyekah yang dilaksanakan di dalam sanggah pamerajan.
Menurut jamannya, Gamelan Bali dibagi menjadi 3 bagian besar:
Gamelan Wayah
Gamelan wayah atau gamelan tua diperkirakan telah ada sebelum abad XV. Umumnya didominir oleh alat-alat berbentuk bilahan dan tidak mempergunakan kendang.
Kalaupun ada kendang, dapat dipastikan bahwa peranan instrumen ini tidak begitu menonjol.
Beberapa gamelan golongan tua antara lain :
* Angklung - Gender Wayang
* Balaganjur - Genggong
* Bebonangan - Gong Beri
* Caruk - Gong Luwang
* Gambang - Selonding
Gamelan Madya
Barungan madya, yang berasal dari sekitar abad XVI-XIX, merupakan barungan gamelan yang sudah memakai kendang dan instrumen-instrumen bermoncol (berpencon). Dalam barungan ini, kendang sudah mulai memainkan peranan penting.
Beberapa gamelan golongan Madya adalah:
* Batel Barong
* Bebarongan
* Gamelan Joged Pingitan
* Gamelan Penggambuhan
* Gong Gede
* Pelegongan
* Semar Pagulingan
Gamelan Anyar
Gamelan Anyar adalah gamelan golongan baru, yang meliputi jenis-jenis barungan gamelan yang muncul pada abad XX. Barungan gamelan ini nampak pada ciri-ciri yang menonjolkan permainan kendang.
Beberapa gamelan golongan Anyar sebagai berikut:
* Adi Merdangga - Gamelan Manikasanti
* Bumbung Gebyog - Gamelan Semaradana
* Gamelan Bumbang - Gong Suling
* Gamelan Geguntangan - Jegog
* Gamelan Genta Pinara Pitu - Kendang Mabarung
* Gamelan Gong Kebyar - Okokan / Grumbungan
* Gamelan Janger - Tektekan
* Gamelan Joged Bumbung
Suara gong/ gamelan di Pura juga sering mengganggu kehidmatan upacara, karena gambelan ditempatkan di utama mandala apalagi irama gongnya tidak sesuai dengan suasana hening yang ingin diciptakan. Gambelan mestinya berada di Madya Mandala, iramanya yang lambat tetapi sakral misalnya tabuh telu, lelambatan, dll.
Di Bali jenis gambelan disesuaikan dengan tujuan upacara.
Misalnya untuk suasana sedih ketika meninggal dunia sampai ngaben digunakan angklung, namun ketika ke setra perlu kebulatan tekad dan semangat tinggi, digunakan gong baleganjur; ketika ngaskara perlu suasana sakral magis bervibrasi perjalanan atma ke sunia loka, digunakan gambang.
Pada upacara manusia yadnya digunakan gender, upacara di Pura: gong gede, juga untuk Nyekah yang dilaksanakan di dalam sanggah pamerajan.
0 Comments to "Gambelan Bali"