Membedah Konsep Pariwisata Berkelanjutan

Sejak sepuluh tahun terakhir, perlunya kesadaran pembangunan berkelanjutan semakin kuat didengungkan berbagai kalangan. Menurut beberapa ahli, pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah sebuah proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dan kesesuaian dari sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia.
”Berkelanjutan” dapat diartikan kelestarian yang menyangkut aspek fisik, sosial, dan politik dengan memperhatikan pengelolaan sumber daya alam (resources management) yang mencakup hutan, tanah, dan air, pengelolaan dampak pembangunan terhadap lingkungan, serta pembangunan sumber daya manusia (human resources development). Kondisi ini dapat tercapai apabila perangkat kelembagaan memasukkan unsur-unsur multisektor yang mencakup pemerintah, swasta, LSM, serta badan-badan internasional.

Pariwisata Berkelanjutan
Pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan yang telah dicanangkan oleh pemerintah sesuai dengan tujuan pembangunan nasional. Pariwisata yang bersifat multisektoral merupakan fenomena yang sangat kompleks dan sulit didefinisikan secara baku untuk diterima secara universal. Sehingga menimbulkan berbagai persepsi pemahaman terhadap pariwisata, baik sebagai industri, sebagai aktivitas, atau sebagai sistem.
Pariwisata yang melibatkan antara lain pelaku, proses penyelenggaraan, kebijakan, supply dan demand, politik, sosial budaya yang saling berinteraksi dengan eratnya, akan lebih realistis bila dilihat sebagai sistem dengan berbagai subsistem yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Dalam kerangka kesisteman tersebut, pendekatan terhadap fungsi dan peran pelaku, dampak lingkungan, peningkatan pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat, serta kesetaraan dalam proses penyelenggaraan menjadi semakin penting.
Kecenderungan yang berkembang dalam sektor kepariwisataan maupun pembangunan melahirkan konsep pariwisata yang tepat dan secara aktif membantu menjaga keberlangsungan pemanfaatan budaya dan alam secara berkelanjutan dengan memperhatikan apa yang disebut sebagai pilar dari pariwisata berkelanjutan yaitu ekonomi masyarakat, lingkungan dan sosial budaya. Pembangunan pariwisata berkelanjutan, dapat dikatakan sebagai pembangunan yang mendukung secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat.
Untuk itu maka perlu diperhatikan bahwa faktor yang menjadi penentu keberhasilan penyelenggaraan pariwisata berkelanjutan. Penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) yang melibatkan partisipasi aktif secara seimbang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Selanjutnya berdasarkan konteks pembangunan berkelanjutan di atas, pariwisata berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai: pembangunan kepariwisataan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan dengan tetap memperhatikan kelestarian dan memberi peluang bagi generasi muda untuk memanfaatkan dan mengembangkannya.
Ketiga pilar pariwisata berkelanjutan tersebut harus dijabarkan ke dalam prinsip-prinsip operasionalisasi yang disepakati oleh para pelaku (stakeholder) dari berbagai sektor (multisektor). Dengan harapan, kesepakatan dan kesamaan pandang tersebut dapat mewujudkan orientasi pengembangan pembangunan kepariwisataan yang juga sama dan terpadu. Prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan yang dimaksud adalah ”Berbasis Masyarakat”.
Prinsip ini menekankan keterlibatan masyarakat secara langsung, terhadap seluruh kegiatan pembangunan pariwisata dari mulai perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan. Masyarakat diletakkan sebagai faktor utama, yang memiliki kepentingan berpartisipasi secara langsung dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui upaya konservasi serta pemanfaatan sumber daya alam dengan dilandaskan pada opsi pemilikan sendiri sarana dan prasarana pariwisata oleh masyarakat setempat, kemitraan dengan pihak swasta dan sewa lahan atau sumber daya lainnya baik oleh masyarakat maupun kerja sama dengan swasta.
Kegiatan pariwisata secara langsung memberi akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman intelektual dan budaya masyarakat lokal, dan ini yang akan menjadi ancaman berupa pengambilan secara ilegal pengetahuan tentang sumber daya lokal. Oleh karenanya, perlu upaya perlindungan melalui pemberdayaan masyarakat dalam hal antara lain hak untuk menolak atas pengembangan pariwisata di daerahnya yang tidak berkelanjutan; hak akses atas informasi baik negatif maupun positif; dan akses serta berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan.
Untuk mengantisipasi dampak negatif pariwisata, perlu pendekatan daya dukung dalam pengelolaan pariwisata sesuai dengan batas-batas yang dapat diterima. Daya dukung pariwisata dipengaruhi faktor motivasi wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata.
Perspektif daya dukung pariwisata tidak hanya terbatas pada jumlah kunjungan, namun juga meliputi aspek-aspek lainnya seperti kapasitas ekologi (kemampuan lingkungan alam untuk memenuhi kebutuhan wisatawan), kapasitas fisik (kemampuan sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan wisatawan), kapasitas sosial (kemampuan daerah tujuan untuk menyerap pariwisata tanpa menimbulkan dampak negatif pada masyarakat lokal), dan kapasitas ekonomi (kemampuan daerah tujuan untuk menyerap usaha-usaha komersial namun tetap mewadahi kepentingan ekonomi lokal).
Dari sisi kebutuhan pariwisata, pendidikan dan pelatihan harus dilakukan untuk melakukan alih teknologi, menghadapi persaingan demi terwujudnya prinsip pariwisata berkelanjutan.
Keberhasilan pariwisata berkelanjutan sangat ditentukan tingkat pendidikan masyarakat lokal. Oleh karenanya peningkatan akses dan mutu pendidikan bagi masyarakat lokal menjadi sasaran dan tujuan yang sangat utama.
Promosi merupakan kesatuan kegiatan yang meliputi: memperkenalkan, menyosialisasikan, dan mengampanyekan. Produk diperkenalkan; peraturan disosialisasikan; prinsip-prinsip keberlanjutan dan nilai-nilai lokal dikampanyekan. Promosi pariwisata berkelanjutan bertujuan meningkatkan kesadaran stakeholder. Menguatkan informasi tentang pariwisata berkelanjutan dapat meningkatkan kesadaran atas seluruh rangkaian kegiatan pariwisata serta dampaknya terhadap lingkungan alam serta budaya.
Instrumen yang dapat digunakan antara lain melalui penerapan peraturan serta sanksi-sanksi, promosi melalui media, pemantauan dan menyusun kode etik, serta penyebaran informasi, penelitian serta pendidikan dan pelatihan.

Indikator Pariwisata Berkelanjutan
Secara garis besar, indikator yang dapat dijabarkan dari karakteristik berkelanjutan antara lain adalah lingkungan. Artinya industri pariwisata harus peka terhadap kerusakan lingkungan, misalnya pencemaran limbah, sampah yang bertumpuk, dan kerusakan pemandangan yang diakibatkan pembalakan hutan, gedung yang letak dan arsitekturnya tidak sesuai, serta sikap penduduk yang tidak ramah. Dengan kata lain aspek lingkungan lebih menekankan pada kelestarian ekosistem dan biodiversitas, pengelolaan limbah, penggunaan lahan, konservasi sumber daya air, proteksi atmosfer, dan minimalisasi kebisingan dan gangguan visual.
Selain lingkungan, sosial budaya pun menjadi aspek yang penting diperhatikan. Interaksi dan mobilitas masyarakat yang semakin tinggi menyebabkan persentuhan antarbudaya yang juga semakin intensif. Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang memberi kontribusi persentuhan budaya dan antaretnik serta antarbangsa. Oleh karenanya penekanan dalam sosial budaya lebih kepada ketahanan budaya, integrasi sosial, kepuasan penduduk lokal, keamanan dan keselamatan, kesehatan publik.
Aspek terakhir adalah ekonomi. Penekanan aspek ekonomi lebih kepada Pemerataan Usaha dan Kesempatan Kerja, Keberlanjutan Usaha, Persaingan Usaha, Keuntungan Usaha dan Pajak, Untung-Rugi Pertukaran Internasional, Proporsi Kepemilikan Lokal, Akuntabilitas.***

Penulis adalah peneliti Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

sumber : http://www.sinarharapan.co.id/feature/wisata/2004/0513/wis02.html

Rabu, 29 September 2010 di 11.01 , 1 Comment

PENGERTIAN DAN JENIS USAHA PARIWISATA

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha lain yang terkait dengan bidang tersebut. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan/mengusahakan objek wisata dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait dengan bidang tersebut. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Kawasan wisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
Soekadijo (2000) mendefinisikan pariwisata sebagai segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Pariwisata memberikan peluang kepada masyarakat untuk berusaha atau berwirausaha, jenis-jenis usaha yang ada kaitannya dengan pariwisata tergantung dari kreativitas para pengusaha swasta baik yang bermodal kecil maupun besar untuk memberikan jasa atau menawarkan produk yang sekiranya diperlukan oleh wisatawan. Usaha pariwisata secara menyeluruh dapat dikatakan sebagai industri pariwisata, tetapi tidak diibaratkan sebagai pabrik yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi, serta ada produknya. Industri pariwisata adalah keseluruhan usaha-usaha yang dapat dinikmati wisatawan semenjak awal mula proses ketertarikan untuk berwisata, menikmati lokasi daerah tujuan wisata sampai pada proses akhir wisatawan tersebut pulang menginjakkan kakinya sampai di rumah, kemudian mengenangnya.
Damardjati (1992) dalam Karyono (1997) mendefinisikan industri pariwisata sebagai rangkuman dari berbagai macam bidang usaha, yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk maupun jasa-jasa/layanan-layanan atau services, yang nantinya baik secara langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh para wisatawan selama perlawatannya. Usaha-usaha pariwisata, dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) golongan besar, sebagai berikut.
a.Transportasi.
b.Akomodasi dan Perusahaan Pangan.
c.Perusahaan Jasa Khusus.
d.Penyediaan Barang.

Dari ke empat pengelompokan tersebut secara rinci dapat dilihat sebagai berikut.
a.Transportasi
1)Dengan kapal.
2)Dengan kereta api.
3)Dengan mobil dan bus.
4)Dengan pesawat terbang.

b.Akomodasi dan Perusahaan Pangan
1)Jenis akomodasi: hotel, apartemen, sanatorium, bungalow, pondok, perkemahan, pusat peristirahatan, dan sebagainya.
2)Jenis perusahaan pangan: restoran, rumah makan, cafe, warung, kantin. Bar, pub dan sebagainya..

c.Perusahaan Jasa Khusus
Dapat berupa biro perjalanan, agen perjalanan, pelayanan wisata, pramuwisata, pelayanan angkutan barang atau porter, perusahaan hiburan, penukaran uang, asuransi wisata dan lain sebagainya.

d.Penyediaan Barang
Barang disini adalah sesuatu benda ataupun hasil bumi yang dapat ditawarkan atau dijual kepada wisatawan yang mempunyai keterkaitan dengan lokasi daerah tujuan wisata. Barang tersebut dapat berupa souvenir, kerajinan tangan, patung seni dari kayu dan batu, soeseki, papan selancar, buah-buahan dan sebagainya.

Referensi
Soekadijo, R.G. 2000. Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata sebagai “Systemic Linkage”. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Karyono, A.H. 1997. Kepariwisataan. PT. Grasindo. Jakarta.

sumber : http://totoksuharto.blogspot.com/2010/04/pengertian-dan-jenis-usaha-pariwisata.html

di 09.56 , 1 Comment

Perilaku Konsumen & Faktor Pengaruhnya

Perilaku konsumen dan faktor yang mempengaruhinya
Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Sedangkan untuk mempelajari mengenai alasan perilaku membeli konsumen bukan hal yang mudah dan jawabannya seringkali tersembunyi jauh dalam benak konsumen.
American Marketing Association mengemukakan (Peter & Olson, 1999:6): definisi perilaku konsumen sebagai Interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian disekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.
Mempelajari atau menganalisa perilaku konsumen adalah suatu yang sangat kompleks terutama karena banyaknya faktor yang mempengaruhi dan kecendrungan untuk saling berinteraksi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen meliputi (Peter & Olson, 1999:7) :
a. Budaya
Budaya adalah penentu paling dasar dari keinginan dan tingkah laku seseorang yang tercermin dari cara hidup, kebiasaan dan tradisi dalam permintaan akan bermacam-macam barang dan jasa. Dalam hal ini perilaku konsumen yang satu akan berbeda dengan perilaku konsumen lainnya karena tidak adanya homogenitas dalam kebudayaan itu sendiri.
b. Sosial
Faktor sosial juga mempengaruhi tingkah laku pembeli. Pilihan produk amat dipengaruhi oleh kelompok kecil, keluarga, teman, peran dan status sosial konsumen.
c. Pribadi
Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian konsumen.
d. Psikologi
Pilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh empat faktor psikologi yang penting yaitu: motivasi, persepsi, pengetahuan, seta keyakinan dan sikap.
Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa persepsi termasuk salah satu sub faktor psikologi yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen.
2.3 Persepsi Konsumen Terhadap Suatu Produk
Salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi bentuk perilaku konsumen adalah persepsi. Bagaimana individu-individu mengambil keputusan atau membuat pilihan dari dua alternatif atau lebih, dan bagaimana kualitas pilihan terakhir mereka sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Definisi persepsi menurut Kotler (1997:156) adalah: Proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti mengenai dunia.
Dari definisi tersebut diatas, kita mengetahui bahwa seseorang termotivasi untuk membeli adalah dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya, sedangkan apa yang dipersepsikan seseorang dapat cukup berbeda dari kenyataan yang objektif. Individu-individu mungkin memandang pada satu benda yang sama tetapi mempersepsikannya secara berbeda.
Hal ini disebabkan karena adanya sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan kadang-kadang memutar balik persepsi. Persepsi seseorang dengan orang lain dapat berbeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh tiga hal yaitu:
a. Perhatian selektif
Yaitu kecendrungan bagi manusia untuk menyaring sebagian informasi yang mereka hadapi. Sehingga informasi yang lebih menonjol yang akan mendapat tanggapan.
b. Distorsi selektif
Yaitu kecendrungan orang untuk menginterpretasikan informasi dangan cara yang mendukung apa yang telah mereka yakini.
c. Ingatan selektif
Yaitu kecendrungan orang untuk mengingat informasi yang mendukung sikap dan keyakinan mereka . (Kotler, 1997:156)
Persepsi membantu individu dalam memilih, mengatur, menyimpan, dan menginterprestasikan rangsangan menjadi gambaran dunia yang utuh dan berarti.
Definisi lainnya adalah bahwa: Persepsi sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman yang lalu, stimulus (rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui panca indera. (Stanton,1991:128). Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah menetukan arah dan bentuk perilaku konsumen terhadap sesuatu hal. Mengingat bahwa persepsi sifatnya sangat subyektif, dimana hal ini dipengaruhi oleh kepercayaan, sikap dan pandangannya terhadap suatu produk.

REFERENSI:
Assauri, Sofjan. 1999. Manajemen Pemasaran, Dasar, Konsep dan Strategi, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Gibson,L. James,dkk. 1996. Organisasi, Edisi ketujuh, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kotler, Philip & Amstrong Gary. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran Principles of Marketing 7e, Penerbit PT. Prehalindo, Jakarta.
Kotler, Philip. 1997. Manajemen pemasaran analisis perencanaan, Implementasi dan kontrol, jilid I, Penerbit PT. Prehallindo, Jakarta.
Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, jilid II, Penerbit PT. Prehallindo, Jakarta.
Kotler, Philips. 1995. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, Jilid I, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Malo, Manasse, Dr. 1986. Metode Penelitian Sosial, Modul 1-5, Penerbit Karinika, Universitas terbuka, Jakarta.
Mc. Carthy E. Jerome. 1993. Dasar-Dasar Pemasaran, Penerbit Erlangga, Yogyakarta.Nasir, Moh, Ph.D. 1999. Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Nitisemito, S. Alex. 1993. Marketing, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Peter, J. Paul & Olson, Jerry C. 2000. Consumer Behavior Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran, Jilid I, Edisi keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Robbins Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi : Konsep, Kontoversi dan Aplikasi, Jilid 1, Penerbit PT. Prehallindo, Jakarta.
Stanton, J. William,1988. Prinsip Pemasaran, Edisi ketujuh, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Stanton, J. William.1991. Prinsip Pemasaran, Jilid I, Edisi ketujuh, Penerbit Erlangga,Jakarta.
Swatha, Basu. DH, Irawan. 1990. Manajemen Pemasaran Modern, Edisi kedua, cetakan keempat, Penerbit Liberthy, Yogyakarta.

di 09.55 , 1 Comment

Teori Harga

2.3. Pengertian Harga dan Tujuan Penetapan Harga
Pengertian Harga
Masalah kebijaksanaan penetapan harga merupakan hal yang kompleks dan rumit. Untuk itu dibutuhkan suatu pendekatan yang sistematis, yang melibatkan penetetapan tujuan dan mengembangkan suatu struktur penetapan harga yang tepat. Karenanya akan dibahas terlebih dahulu pengertian mengenai harga.
Sebutan/istilah mengenai harga untuk berbagai produk tidak selalu sama dan dengan berbagai nama, Menurut Kotler ( 2002 : 518 ) bahwa harga ada di sekeliling kita.Anda membayar sewa untuk apartemen, uang kuliah dan uang jasa untuk dokter atau dokter gigi. Perusahaan penerbangan, kereta api, taxi dan bis mengenakan ongkos; perusahaan pelayanan iimum mengenakan tarif; dan bank mengenakan bunga atas uang yang anda pinjam.
Menurut Basu Swastha pengertian harga adalah sebagai berikut : (Swastha, 1998; 241 ) ” Harga adalah jumlah uang ( ditambah beberapa barang kalau mungkin ) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.”
Dari kedua definisi tentang harga tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa harga adalah nilai suatu bararig atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang atau jasa berikut pelayanannya.
Dalam menyusun kebijakan penetapan harga, perusahaan mengikuti prosedur enam tahap penetapan harga yaitu : (Kotler, 2002 : 550):
1. Perusahaan memilih tnjuan penetapan harga.
2. Perusahaan memperkirakan kurva permintaan, probabilitas kuantitas yang akan terjual pada tiap kemungkinan harga.
3. Perusahaan memperkirakan bagaimana biaya bervariasi pada berbagai level produksi dan pada berbagai level akumulasi pengalaman produksi.
4. Perusahaan menganalisa biaya, harga, dan tawaran pesaing.
5. Perusahaan menyeleksi metode penetapan harga
6. Perusahaan memilih harga akhir.

Tujuan Penetapan Harga
Dalam menetapkan harga, perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu tujuan dari penetapan harga itu sendiri. Makin jelas tujuannya, makin mudah harga ditetapkan. Pada dasamya, tujuan penetapan harga dapat dikaitkan dengan laba atau volume tertentu. Tujuan ini haras selaras dengan tujuan pemasaran yang dikembangkan dari tujuan perusahaan secara keseluruhan.

2.4. Faktor-faktor Yamg Mempengaruhi Tingkat Harga
Perusahaan hanya mempertimbangkan berbagai faktor dalam menetapkan kebijakan harga. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perasahaan dalam menetapkan tingkat harga bagi produknya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat harga antara lain :
a. Kurva permintaan
Kurva yang menunjukkan tingkat pembelian pasar pada berbagai harga. Kurva tersebut menjumlahkan reaksi berbagai individu yang memiliki kepekaan pasar yang beragam. Langkah pertama dalam memperkirakan permintaan karena itu adalah memahami faktor - faktor yang mempengaruhi harga pembeli. Negal telah mendefinisikan sembilan faktor yang mempengaruhi permintaan akan suatu produk yaitu : (Kotler, 2002:522)
1. Pengaruh nilai unik.
Pembeli kurang peka terhadap harga jika produk tersebut lebih bersifat unik.
2. Pengaruh kesadaran atas produk pengganti
Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidakmenyadari adanya produk pengganti.
3. Pengaruh perbandingan yang sulit
Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka dapat dengan mudah membandingkan kualitas barang pengganti
4. Pengaruh pengeluaran total
Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut semakin rendah dibandingkan total pendapatan.
5. Pengaruh manfaat akhir
Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersbut semakin kecil dibandingkan biaya total produk akhirnya.
6. Pengaruh biaya yang dibagi
Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika sebagian biaya ditanggung pihak lain.
7. Pengaruh investasi tertanam
Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika produk tersebut digunakan bersama dengan aktiva yang telah dibeli sebelumnya.
8. Pengaruh kualitas harga
Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika produk tersebut dianggap memiliki kualitas.
9. Pengaruh persediaan
Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak dapat menyimpan produk tersebut.
b. Biaya
Biaya merupakan faktor penting dalam menentukan harga minimal yang harus ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Perasahaan ingin menetapkan harga yang dapat menutup biaya produksi, distribusi, dan penjualan produknya, termasuk pengembalian yang memadai atas usaha dan resikonya. Untuk dapat menetapkan harga dengan tepat, manajemen perlu untuk mengetahui bagaimana biaya bervariasi bila level produksinya berubah.
Biaya perusahaan ada dua jenis yaitu :
1. Biaya tetap adalah biaya - biaya yang tidak dipengaruhi oleh produksi atau penjualan. Perusahaan harus membayar tagihan bulanan untuk sewa, gaji karyawan, dan lainnya.
2. Biaya variable adalah biaya yang tidak tetap dan akan berubah menurut level produksi. Biaya ini disebut biaya variabel karena biaya totalnya berabah sesuai dengan jumlah unit yang diproduksi.
c. Persaingan
Persaingan dalam suatu industri dapat dianalisis berdasarkan faktor-faktor seperti:
1. Jumlah perusahaan dalam industri
Bila hanya ada satu perusahaan dalam industri, maka secara teoritis perusahaan yang bersangkutan bebas menetapkan harganya seberapapun.
2. Ukuran relatif setiap perasahaan dalam industri.
Bila perasahaan memiliki pangsa pasar yang besar, maka perusahaan yang bersangkutan dapat memegang inisiatif perubahan harganya.
3. Diferensiasi produk
Apabila perusahaari berpeluang melakukan diferensiasi dalam industrinya, maka perusahaan tersebut dapat mengendalikan aspek penetapan harganya, bahkan sekalipun perusahaein itu kecil dan banyak pesaing dalam industri.
4. Kemudahan untuk masuk (Ease ofentry) dalam industri.
Jika suatu industri mudah untuk dimasuki, maka perusahaan yang sudah ada akan sulit mempengaruhi atau mengendalikan harga.
d. Pelanggan
Permintaan pelanggan didasarkan pada beberapa faktor yang saling terkait dan bahkan seringkali sulit memperkirakan hubungan antar faktor secara akurat.

2.5. Metode-Metode Penetapan Harga
Penetapan harga atas barang atau jasa yang efisien sering menjadi masalah yang sulit bagi suatu perusahaan. Meskipun cara atau metode penetapan harga yang dipakai adalah sama bagi perusahaan (didasarkan pada biaya, persaingan, permintaan, laba dan sebagainya), tetapi kombinasi optimal dari faktor-faktor tersebut berbeda sesuai dengan sifat prodiiknya, pasamya, dan tujuan perusahaan.
Perusahaan memilih penetapan harga yang menyertakan satu atau lebih dari pertimbangan tersebut. Kotler mengemukakan enam metode-metode penetapan harga (2002 : 529 - 534), antara lain :
• Penetapan harga mark-up
• Penetapan harga berdasarkan pengembalian yang diharapkan
• Penetapan harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan
• Penetapan harga nilai
• Penetapan harga sesuai harga berlaku
• Penetapan harga penawaran tertutup

2.6 Metode Penentuan Harga Jual
Secara khusus, skripsi ini menggunakan metode penentuan harga jual dengan metode Cost Plus Pricing Method (Penetapan harga berdasarkan biaya plus).
Dasar penetapan ini adalah menambah tingkat keuntungan (mark up) yang standar pada setiap biaya yang dibebankan pada setiap barang.
Pertimbangan menggunakan metode ini adalah minimnya ketidakpastian pada biaya dibanding permintaan. Dengan mendasarkan pada biayanya, penetapan harga jual ini menjadi lebih sederhana dan penjual tidak perlu lagi membuata penyesuaian harga terhadap permintaan.
Penggunaan metode ini dapat menguntungkan perusahaan dalam memaksimalkan laba. Dengan asumsi bahwa jika seluruh perusahaan dalam suatu jenis industri kerupuk menggunakan prosentase mark up yang sama, maka persaingan harga yang terjadi akan semakin berkurang.
Dalam metode tersebut penjual maupun produsen menetapkan harga jual untuk satu unit barang yang besarnya sama dengan jumlah biaya per unit ditambah dengan laba yang diharapkan (marjin) pada unit tersebut, sehingga dapat diformulasikan dengan rumus sebagai berikut:
Profit Margin = Net Operating Income x 100 %
Net Sales x 100 %

DAFTAR PUSTAKA

Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi Indonesia, Edisi Milenium,Edisi Kesepuluh , Penerbit PT. Prenhallindo, Jakarta,2002
Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, Jilid II, Edisi Indonesia, Edisi Milenium,Edisi Kesepuluh, Penerbit PT. Prenhallindo, Jakarta,2002
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary, Prinsip - prinsip Pemasaran, Jilid 2, Edisi Kedelapan,Penerbit Erlangga, Jakarta,2001
Sumarni, Murti dan Soeprihanto, John, Pengantar Bisnis (Dasar - Dasar Ekonomi Perusahaan), Edisi Kelima, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1998
Sutojo, Siswanto dan Kleinsteuber, Friz, Strategi Manajemen Pemasaran, Edisi Pertama, Penerbit PT. Damair Mulia Pustaka, Jakarta, 2002
Swastha, Basu, Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Ketiga, Penerbit Liberty, Yogyakarta,1998

di 09.53 , 1 Comment

ATRIBUT PRODUK WISATA SEBAGAI FAKTOR KEPUASAN WISATAWAN GUNA MENINGKATKAN WISATAWAN PADA TEMPAT WISATA TAMAN X

1. Judul Penelitian
ATRIBUT PRODUK WISATA SEBAGAI FAKTOR KEPUASAN WISATAWAN GUNA MENINGKATKAN WISATAWAN PADA TEMPAT WISATA TAMAN X

2. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki obyek-obyek wisata yang sangat menarik telah secara serius memperhatikan perkembangan sektor pariwisata, hal ini ditunjukkan dengan dicanangkannya sektor ini sebagai penghasil devisa utama di tahun 2008 dengan program ”Visit Indonesia 2008”
Penetapan tahun 2008 sebagai tahun kunjungan wisata mengharuskan sektor ini berbenah diri karena sektor ini sangat diandalkan untuk bisa menyumbang devisa yang sangat berarti bagi negara kita yang sedang mengalami keterpurukan ekonomi ini. Perkembangan dunia wisata diharapkan akan berdampak pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, hal ini perlu didukung dengan tersedianya fasilitas-fasilitas umum pendukung industri pariwisata, di samping dengan terus memperbaiki outlook dari daya tarik wisata yang ditawarkan.
Upaya pengelolaan obyek-obyek daerah tujuan wisata di Kabupaten XXX juga telah menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, hal ini ditunjukan dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke XXX terutama pantai Plengkung yang telah dikenal hingga ke mancanegara. Hal ini merupakan sinyalmen positif bagi pengembangan daerah kunjungan wisata di sekitar karena hal tersebut juga menunjukkan adanya minat dari calon wisatawan untuk mengunjungi XXX.
Kawasan wisata Taman XXX sebagai salah satu aset pariwisata XXX perlu diperhatikan mengingat kawasan wisata ini memiliki daya tarik alami yang tidak dimiliki oleh obyek wisata sejenis. Penanganan yang profesional atas aset pariwisata ini juga perlu ditingkatkan terutama perencanaan dan penataan yang berwawasan alam dan budaya.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian ini yaitu : “Pengaruh Atribut Produk Wisata Terhadap Kepuasan Wisatawan Pada Kawasan Wisata Taman XXX XXX”.

3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan pokok dalam penelitian ini yaitu :
a. Apakah terdapat pengaruh atribut produk wisata yang meliputi atraksi wisata, fasilitas, dan akses menuju obyek wisata terhadap kepuasan wisatawan pada kawasan wisata Taman XXX XXX ?
b. Atribut produk wisata manakah yang paling dominan dalam memberikan pengaruh terhadap kunjungan wisatawan pada kawasan wisata Taman XXX XXX?

4. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada atribut produk wisata yang meliputi atraksi wisata, fasilitas obyek wisata, dan akses menuju obyek wisata serta pengaruhnya terhadap kepuasan wisatawan pada kawasan wisata Taman XXX XXX.

5. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
5.1 Tujuan dan Penelitian
Berdasarkan pada pokok permasalahan yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk menjelaskan pengaruh atribut produk wisata terhadap kepuasan kunjungan wisatawan ke kawasan wisata Taman XXX XXX;
2. Untuk mengetahui atribut produk wisata yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap kunjungan wisatawan ke Taman XXX XXX

5.2 Manfaat Penelitian
Untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola wisata Taman XXX dalam kaitannya dengan upaya menciptakan kepuasan wisatawan.

6. Tinjauan Pustaka
6.1 Pengertian Manajemen Pemasaran
Pemasaran telah didefinisikan dengan banyak cara oleh banyak ahli ekonomi. Salah satunya Philip Kotler (2002:8) mendefinisikan pemasaran sebagai berikut: ” Pemasaran adalah suatu proses sosial dan managerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.”
Philip Kotler (2002:9) lebih lanjut menyatakan bahwa definisi pemasaran ini bersandar pada konsep inti pemasaran yakni:
- Kebutuhan (needs ) : apa yang dirasa untuk dipenuhi yang bersifat alami.
- Keinginan (wants) ; apa yang dirasa untuk dipenuhi karena keberadaannya dalam lingkungan hidup.
- Permintaan (demans); apa yang dirasa untuk dipenuhi karena mempunyai daya beli.

Pemasaran berarti bekerja dengan pasar untuk mewujudkan transaksi potensial guna memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Konsep pertukaran mengarah pada konsep pasar, menurut Philip Kotler (2002:10) adalah sebagai berikut:
“Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan dan keinginan tertentu yang sama, yang mungkin bersedia dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan.”

Konsep pemasaran diperbaharui oleh Philip Kotler dan Gary Armstrong yang ditulis dalam bukunya. Mereka mengatakan bahwa dewasa ini, pemasaran harus dipahami tidak dalam arti lama yaitu melakukan penjualan ” bercerita dan menjual” tetapi dalam arti baru, yaitu memuaskan kebutuhan pelanggan (Philip Kotler dan Gary Armstrong,2001:5).
Sedangkan pengertian pemasaran menurut Murti Sumarni - John Soeprihanto (1998:261) adalah:
“Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.”
Jadi dari definisi - definisi di atas yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut pada dasarnya adalah sama yakni untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan dari konsumen akan barang dan jasa dengan menciptakan produk barang dan jasa yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Bila pemasar melakukan tugas memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan baik, mengembangkan produk yang memberikan nilai, bersifat superior, dan menetapkan harga, mendistribusikan, serta mempromosikannya secara efektif, produk atau jasa ini akan dijual dengan sangat mudah.

6.2 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran mempakan konsep utama dalam pemasaran modern yang lebih dikenal dengan marketing mix. Bauran pemasaran (marketing mix), menurut Philip Kotler (2002:18) yaitu : ” Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus - menerus mencapai pemasarannya di pasar sasaran.”
Menurut Murti Sumarni - John Soeprihanto (1998:274) adalah sebagai berikut: “Bauran Pemasaran ( niarketing mix ) adalah kombinasi dari variable atau kegiatan yang merupakan inti dari system pemasaran yaitu : produk, harga, saluran distribusi dan promosi.”
Bauran pemasaran terdiri dari empat variabel yaitu produk, harga, tempat/saluran distribusi dan promosi. Dimana keempat variabel saling mempengaruhi satu sama lainnya. Berikut ini akan dijelaskan elemen - elemen pokok yang ada dalam marketing mix antara lain :
1. Produk
Adalah sesuatu yang ditawarkan kepada pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dimiliki, digunakan ataupun dikonsumsi untuk memenuhi suatu kebutuhan atau keinginan. Elemen - elemen dari produk mencakup tentang : merek, bentuk, kemasan, garansi, kualitas, ukuran, design, pilihan dan servis sesudah penjualan.
2. Harga
Adalah nilai suatu barang atau jasa yang ditawarkan , yang ditentukan dengan berbagai pertimbangan yang menyangkut biaya, tenaga kerja dan lain - lain. Elemen - elemen dari harga mencakup : diskon, daftar harga, pembayaran, kredit, dan rekomendasi.
3. Tempat/ distribusi
Adalah suatu tempat dimana kita dapat memasarkan produk -produk dan jasa– jasa yang kita miliki untuk sampai ke konsumen.
4. Promosi
Adalah suatu tindakan yang memperkenalkan produk kita kepada masyarakat luas agar mengetahui keberadaan produk kita. Elemen - elemen promosi mencakup publikasi, iklan, promosi penjualan, dan pemasaran langsung.

6.3 Pengertian Pariwisata
Pengertian tentang pariwisata sangat beragam tetapi sebagian besar menjelaskan bahwa pariwisata berkaitan dengan wisatawan yang memiliki keragaman motivasi, sikap dan pengaruh. H. Kodyat (1983:4) mendefinisikan pariwisata sebagi perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan seni.
Menurut Gamal Suwantoro (1973:3), pariwisata merupakan suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju ke tempat lain di luar tempat tinggalnya, dorongan kepergiannya adalah untuk berbagai kepentingan, baik kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti sekedar ingin tahu, menambah pengalaman maupun untuk belajar.

Penjabaran tentang pariwisata secara luas dikemukakan oleh Wahab (1998:47), bahwa pariwisata merupakan salah satu industri gaya baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan, selanjutnya sebagai sektor yang kompleks pariwisata juga meliputi industri-industri klasik yang sebenarnya seperti kerajinan tangan dan cindera mata, penginapan dan transportasi juga bisa dipandang sebsagai industri pariwisata.

Di dalam Undang-Undang Kepariwisataan Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2000, dijelaskan bahwa pariwisata ”adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.”

6.4 Pengertian Produk Wisata
Produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan dari berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial) dan jasa alam.
Menurut Suswantoro (2007:75) pada hakekatnya pengertian produk wisata “adalah keseluruhan palayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya sampai ke daerah tujuan wisata yang dipilihnya dan sampai kembali kerumah dimana ia berangkat semula”

Produk wisata sebagai salah satu obyek penawaran dalam pemasaran pariwisata memiliki unsur-unsur utama yang terdiri 3 bagian (Oka A. Yoeti, 2002:211) :
1. Daya tarik daerah tujuan wisata, termasuk didalamnya citra yang dibayangkan oleh wisatawan
2. Fasilitas yang dimiliki daerah tujuan wisata, meliputi akomodasi, usaha pengolahan makanan, parkir, trasportasi, rekreasi dan lain-lain.
3. Kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata tersebut.

Mason (2000:46) dan Poerwanto (1998:53) telah membuat rumusan tentang komponen-komponen produk wisata yaitu :
1. Atraksi, yaitu daya tarik wisata baik alam, budaya maupun buatan manusia seperti festival atau pentas seni
2. Aksesbilitas, yaitu kemudahan dalam memperoleh atau mencapai tujuan wisata seperti organisasi kepariwisataan (travel agent)
3. Amenities yaitu fasilitas untuk memperoleh kesenangan. Dalam hal ini dapat berbentuk akomodasi, kebersihan dan keramahtamahan
4. Networking, yaitu jaringan kerjasama yang berkaitan dengan produk yang ditawarkan baik lokal, nasional maupun internasional.

6.5 Pengertian Wisatawan
Dalam Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 9 tahun 2000, wisatawan didefinisikan sebagai orang yang melakukan kegiatan wisata. Jadi menurut pengertian ini, “semua orang yang melakukan perjalanan wisata disebut “wisatawan” apapun tujuannya yang penting perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi.”
Menurut IUOTO (International Union of Official Travel Organization) sebagaimana disebutkan dalam Annex II, kata tourist atau wisatawan haruslah diartikan sebagai (RS. Damardjati, 2001:88):
1. Orang yang bepergian untuk bersenang-senang (pleasure), untuk kepentingan keluarga, kesehatan dan lain sebagainya.
2. Orang-orang yang bepergian untuk kepentingan usaha.
3. Orang-orang yang datang dalam rangka perjalanan wisata walaupun mereka singgah kurang dari 24 jam.

6.6 Analisis Regresi Linier Berganda
Metode Analisis merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini digunakan analisis data statistik, dimana salah satu fungsi pokok statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah untuk dipahami.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif, yaitu analisis terhadap data yang telah diberi skor sesuai dengan skala yang telah ditetapkan dengan menggunakan formula-formula statistik. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran ordinal (bertingkat) dengan skala likert. Skala ini mengurutkan data dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi. Oleh karena itu analisis data yang dipergunakan adalah analisis Regresi Linier Berganda. Regresi Linier Berganda ini dipergunakan untuk mengukur arah dan besar pengaruh antara variabel bebas (atraksi, fasilitas dan aksesbilitas) dengan variabel terikatnya (kepuasan wisatawan) Anto Dajan (1996 : 325).
6.7 Analisis Determinasi dan Korelasi
Abdul Hakim dalam bukunya Statistik Induktif (2000:366) menjelaskan bahwa “Analisis Determinasi mempunyai tujuan untuk mencari seberapa jauh pengaruh atribut produk wisata terhadap tingkat kepuasan wisatawan”.
Koefisien korelasi dapat dikatakan sebagai hubungan antara variabel terikat atau dependen dengan variabel bebas atau independen. Yang termasuk variabel bebas adalah atraksi wisata, fasilitas, aksesbilitas, sedangkan yang termasuk variabel terikat adalah tingkat kepuasan wisatawan.
6.8 Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian ditentukan sebagai berikut:
“Bahwa ada pengaruh antara atribut produk wisata dengan tingkat kepuasan wisatawan di Taman XXX XXX”.
Untuk menguji hipotesis tersebut, maka digunakan uji sebagai berikut:
1) Uji F (Uji Fisher)
Uji F ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (atraksi, fasilitas dan aksesbilitas) terhadap variabel terikat (kunjungan wisatawan) secara simultan atau bersama-sama (Anton Dajan 1996 : 335)
2) Uji T (Parsial)
Uji t ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (atraksi, fasilitas dan aksesbilitas) terhadap variabel terikat (kunjungan wisatawan) secara parsial atau sendiri-sendiri (Anton Dayan 1996 : 336) .

7. Metode Penelitian
7.1 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian pada kawasan wisata Taman XXX yang terletak di desa Kemiren, XXX. Pertimbangan pemilihan lokasi ini lebih didasari pada kepopuleran obyek wisata Taman XXX sebagai salah satu ikon wisata di XXX di antara sekian banyak obyek wisata yang tersebar di XXX. Selain itu, obyek wisata Taman XXX dikelola oleh pihak swasta dengan manajemen modern dan berorientasi terhadap profit.

7.2 Metode Pengumpulan data
Dalam rangka mendapatkan data-data yang dibutuhkan bagi kegiatan penelitian ini, maka data-data yang berada di lapangan dikumpulkan dengan cara sebagai berikut :
1) Observasi yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung serta mengadakan pencatatan atas segala sesuatu yang terkait dengan yang diteliti.
2) Kuisioner yaitu suatu metode pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden baik secara langsung maupun tidak langsung.
3) Wawancara yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak terkait.

7.3 Metode Pengambilan Sampel
Sampel meliputi sebagian atau wakil populasi yang diobservasi. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Jika sampel = n merupakan bagian dari populasi = N, maka n ≤ N (nilai n lebih kecil dan bisa juga sama dengan N, tetapi pada umumnya selalu lebih kecil) kalau jumlah populasi = 1000, maka sampel bisa terdiri dari 100, 200, dan atau 500, yaitu suatu jumlah elemen yang lebih kecil dari 1000. Jumlah elemen dalam sampel tergantung antara lain pada biaya yang tersedia serta tingkat ketelitian informasi atau data yang akan diperoleh
Sampel yang menjadi responden ditentukan berdasarkan Eksidental Sampling, yakni metode pengambilan sample yang didasarkan atas keberadaan responden yang secara kebetulan berada dalam populasi penelitian. Pertimbangannya bahwa karakteristik responden sulit diketahui atau belum diketahui. Selain itu waktu kunjungan relatif singkat, dan untuk menemuinya relatif sulit. Adapun jumlah responden yang digunakan sebagai sampel adalah 100 orang, dengan dasar pengukuran menurut Maholtra (1999:46) yaitu minimal lima kali jumlah variabel yang diteliti.

7.4 Pengukuran Variabel Penelitian
Pengukuran berfungsi untuk menunjukkan angka-angka pada suatu variabel menurut metode tertentu. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran ordinal (bertingkat) dengan skala likert. Dimana skala ini mengurutkan data dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi atau sebaliknya dengan interval yang tidak harus sama.
Skala Likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya puas-tidak puas, senang-tidak senang dan baik-tidak baik. Melalui daftar pertanyaan yang ada diperoleh masing-masing item dari setiap variabel.
Untuk setiap item dalam variabel dalam daftar pertanyaan menggunakan kriteria sebagai berikut :
Untuk Variabel X:
1. Jawaban A bernilai 5 = Sangat setuju
2. Jawaban B bernilai 4 = setuju
3. Jawaban C bernilai 3 = Kurang setuju
4. Jawaban D bernilai 2 = Tidak setuju.
5. Jawaban E bernilai 1 = Sangat tidak setuju.
Untuk Variabel Y:
1. Jawaban A bernilai 5 = Sangat puas
2. Jawaban B bernilai 4 = puas
3. Jawaban C bernilai 3 = Kurang puas
4. Jawaban D bernilai 2 = Tidak puas.
5. Jawaban E bernilai 1 = Sangat tidak puas.

8. Metode Analisis Data
8.1 Uji Validitas
Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur betul-betul mengukur apa yang perlu diukur atau sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dikatakan valid apabila terdapat kesesuaian antara data yang dikumpulkan dengan data yang sesungguhnya. Untuk menguji tingkat validitas data,dalam penelitian ini digunakan uji validitas konstruk (construct validity) yaitu pengujian validitas dimana skor dari semua pertanyaan atau pernyataan yang disusun berdasarkan dimensi konsep korelasi dengan skor total. Teknik yang digunakan adalah mengkorelasikan antara skor yang diperoleh dengan masing-masing item (pertanyaan atau pernyataan) dengan skor total. Skor total adalah nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan semua skor item. Dengan rumus yang digunakan yaitu Product Moment.

Dimana :
N = Jumlah Responden.
X = Skor total tiap-tiap item.
Y = Skor total.
Kreteria pengujian test validitas :
 Jika koefisien korelasinya > r-tabel,maka hasilnya dapat dikatakan valid.
 Jika nilai signifikansi  0,05 , maka hasilnya dapat dikatakan valid.
8.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dapat diandalkan/dipercaya, atau sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali/lebih terhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yang sama.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dikatakan reliabel apabila hasil penelitian tersebut mendapatkan hasil yang sama jika dilakukan penelitian berulang atau mampu mengungkap data yang dapat dipercaya. Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus Cronbach Alpha ( ) sebagai berikut :

Dimana :
ri = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Si2 = Jumlah varians total
St2 = Varians total
Rumus untuk varians total dan varians item yaitu :

Dimana :
JKi = Jumlah kuadrat seluruh skor item.
JKs = Jumlah kuadrat subyek.
Kreteria pengujian test reliabilitas :
 Jika nilai alpha > r-tabel, maka hasilnya dapat dikatakan reliabel.

8.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi Linier Berganda ini dipergunakan untuk mengukur arah dan besar pengaruh antara variabel bebas (atraksi, fasilitas dan aksesbilitas) dengan variabel terikatnya (kepuasan wisatawan).
Adapun rumus yang digunakan:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3
Dimana :
Y = Kepuasan Wisatawan
X1 = Variabel atraksi
X2 = Variabel fasilitas
X3 = Variabel aksesbilitas
a = Konstanta
b = Koefisien regresi

8.4 Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi (r2)
8.4.1 Analisis Koefisien Korelasi ( r )
Untuk menentukan Koefisien Korelasi dirumuskan sebagai berikut :

Dimana:
r = koefisien korelasi
x = atribut wisata
y = kepuasan wisatawan
8.4.2 Analisis Koefisien Determinasi (r2)
Untuk mencari seberapa jauh pengaruh personal selling dan periklanan terhadap pengumpulan dana tabungan. Hal ini akan diperoleh dengan menggunakan Analisis Determinasi.
Koefisien determinasi disimbolkan dengan tanda (r2) dan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

8.5 Uji Hipotesis
8.5.1. Uji F (Uji Fisher)
Uji F ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (atraksi, fasilitas dan aksesbilitas) terhadap variabel terikat (kunjungan wisatawan) secara simultan atau bersama-sama.
Langkah-langkah dalam Uji F sebagai berikut :
 Ho : 1= 2 = 3 = 0 artinya variabel atraksi, fasilitas dan aksesbilitas secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel wisatawan.
 Ha : 1 = 2 = 3  0 artinya variabel atraksi, fasilitas dan aksesbilitas secara simultan berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan.
Perhitungan dengan menggunakan rumus :

Dimana :
n = Jumlah sampel.
k = Jumlah variabel bebas.
r2 = Koefisien determinasi.

8.5.2 Uji t (Parsial)
Uji t ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (atraksi, fasilitas dan aksesbilitas) terhadap variabel terikat (kepuasan wisatawan) secara parsial atau sendiri-sendiri.
Langkah-langkah dalam Uji t sebagai berikut :
 Ho : 1 = 0 artinya variabel atraksi wisata, fasilitas dan aksesbilitas secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel kepuasan wisatawan.
 Ha : 2  0 artinya variabel atraksi, fasilitas dan aksesbilitas secara parsial berpengaruh terhadap variabel kunjungan wisatawan..
Perhitungan dengan menggunakan rumus :

Dimana :
Sb = Simpangan Baku dari b1, b2…..bn
bi = Koefisien Regresi dari X1,X2…..Xn

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim, 2000, Statistik Induktif, Edisi Pertama – Yogyakarta
Dajan, Anto, 1986, Pengantar Metode Statistik. Jilid II. LP3ES. Jakarta,
Damardjati, RS, Istilah-istilah Dunia Pariwisata, Edisi Revisi, Cetakan Keenam, Pradnya Paramita, Jakarta, 2001
Kodyat, RA, Statistik Induktif Terapan, Edisi Keempat, BPFE UGM, 2001
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary, Prinsip - prinsip Pemasaran, Jilid 2, Edisi Kedelapan,Penerbit Erlangga, Jakarta, 2001
Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi Indonesia, Edisi Milenium,Edisi Kesepuluh , Penerbit PT. Prenhallindo, Jakarta, 2002
Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, Jilid II, Edisi Indonesia, Edisi Milenium,Edisi Kesepuluh, Penerbit PT. Prenhallindo, Jakarta, 2002
Maholtra dan Lind AD, Statistik Induktif “For Business Economic” Edisi kesembilan, Erlangga, Jakarta, 1999
Mason, Robert, D, Teknik Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi Kesembilan, Erlangga, Jakarta, 2000
Poerwanto, Geografi Pariwisata dalam Diktat Kuliah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Universitas Jember.
Saleh, Wahab, Manajemen Pariwisata, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1988
Sumarni, Murti dan Soeprihanto, John, Pengantar Bisnis (Dasar - Dasar Ekonomi Perusahaan), Edisi Kelima, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1998
Suswantoro, G, Dasar-Dasar Pariwisata, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta, 1997
Sutojo, Siswanto dan Kleinsteuber, Friz, Strategi Manajemen Pemasaran, Edisi Pertama, Penerbit PT. Damair Mulia Pustaka, Jakarta, 2002
Swastha, Basu, Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Ketiga, Penerbit Liberty, Yogyakarta,1998
Yoeti, Oka, Pemasaran Pariwisata Terpada, Penerbit Angkasa, Bandung 1996.

sumber : http://skripsimudah.blogdetik.com/2009/01/20/atribut-produk-wisata-sebagai-faktor-kepuasan-wisatawan-guna-meningkatkan-wisatawan-pada-tempat-wisata-taman-x/

di 09.27 , 1 Comment

Ilmu Pariwisata

BAB I

PENDAHULUAN

Gejala pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat lain, selain dimana ia tinggal menetap. Semenjak itu pula ada kebutuhan –kebutuhan manusia yang harus dipenuhi selama perjalanannya.

Dengan meningkatkan peradaban manusia, dorongan untuk melakukan perjalanan, semakin kuat, kebutuhan yang harus dipenuhi semakin komplek. Pada saat ini melakukan perjalanan wisata telah merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi.

Manfaat – manfaat dan peranan pariwisata, bagi suatu wilayah , negara maupun internasional sudah banyak diakui. Sehingga pariwisata telah menjadi salah satu bidang yang cukup penting di samping bidang –bidang lainnya, seperti bidang pertanian, pertambanggan, industri, politik dan sosial budaya.

Namun demikian , pengembangan pariwisata relatif masih baru dibanding dengan bidang –bidang lainnya yang telah disebutkan diatas. Adalah menjadi tantangan para ahli pariwisata untuk terus menggali, meneliti dan memikirkan sejauh mana pariwisata akan menjadi suatu disiplin ilmiah yang berdiri sendiri.

BEBERAPA PENGERTIAN POKOK

Untuk membicarakan pariwisata, ada beberapa pengertian pokok yang terlebih dahulu perlu diketahui. Kegunaan dari suatu batasan adalah sebagai titik tolak pembahasan.

Istilah – istilah yang diberikan untuk batasan –batasan dalam buku ini adalah :

1. Pariwisata ( Tourism )

2. Wisatawan ( Tourist)

3. Produk Wisata

4. Atraksi Wisata

5. Sarana Wisata

6. Prasarana Wisata



1.Pariwisata ( tourism)

Arti dari istilah pariwisata belum banyak diungkapkan oleh para ahli bahasa dan pariwisata di Indonesia.

Yang jelas kata pariwisata berasal dari bahasa Sangsakerta , terdiri dari dua suku kata, yaitu “ pari” dan “ wisata” . Pari berarti banyak, berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali atau berkeliling.

Dalam Bahasa Inggris untuk Pariwisata digunakan istilah “ Tourism”.

Menurut seorang Ahli Ekonomi berkebangsaan Austria Norval, Pariwisata atau Tourism adalah “ the sum total of operations, mainly of an economic nature which directly relate to the entry, stay and movement of foreigners inside and outside a certain country, city or region.” ( Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan, yang berhubungan dengan masuk, tinggal dan pergerakkan penduduk asing di dalam atau di luar suatu negara, kota atau wilayah tertentu.)

Definisi pariwisata yang lebih lengkap dikemukakan oleh Prof. Hunziker dan Kraft (1942) sebagai berikut : “ Tourism is the totality of relationships and phenomena arising from the travel and stay of strangers, provided the stay does not imply the establishment of a permanent residence and is not connected with a remunerated activity”. ( Pariwisata adalah keseluruhan hubungan dan gejala –gejala atau peristiwa – peristiwa yang timbul dari adanya perjalanan dan tinggalnya orang asing, dimana perjalanannya tidak untuk bertempat tinggal menetap dan tidak ada hubungan dengan kegiatan untuk mencari nafkah.)

Sedangkan menurut Keputusan R. I. No. 19 tahun 1969 , Kepariwisataan adalah “ merupakan kegiatan jasa yang memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan hidup yang khas, seperti hasil budaya, peninggalan sejarah, pemandangan alam yang indah dan iklim yang nyaman.”
Dari ketiga batasan tersebut penulis dapat menarik kesimpulan , bahwa pariwisata mencakup hal – hal sebagai berikut :

¯ Keseluruhan fenomena alam maupun buatan manusia yang di manfaatkan untuk wisatawan.

¯ Kegiatan –kegiatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama melakukan perjalanan.


Ruang lingkup kegiatan pariwisata mencakup kegiatan –kegiatan sebagai berikut :

¯ Kegiatan yang berhubungan dengan angkutan dari tempat asal wisatawan sampai temapat tujuan selama di tempat tujuan dan kembali ke tempat asalnya.

¯ Kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan , pengelolaan dan pengembangan atraksi, sarana , prasarana dan amenitas pariwisata.

¯ Kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan dan pelayanan informasi tentang atraksi , sarana , prasarana dan segala sesuatu yang diperlukan wisatawan.


2.Wisatawan ( Tourist)

Kata wisatawan berassal dari bahasa Sangsakerta, dari asal kata “ wisata” yang berarti perjalanan ditambah dengan akhiran “ wan” yang berarti orang yang melakukan perjalanan wisata.
Dalam bahasa Inggris, orang yang melakukan perjalanan disebut traveller. Sedangkan orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan wisata disebut Tourist.
Definisi mengenai tourist, diantara berbagai ahli atau Badan Internasional, masih belum ada keseragaman pengertian. Perbedaan pengertian atau batasan di sebabkan karena perbedaan latar belakang pendidikan atau keahlian, perbedaan kepentingan dan perbedaan pandangan dari para ahli atau badan tersebut. Baik mengenai batasan wisatawan internasional maupun wisatawan domestik.

Dibawah ini akan dikemukakan batasan dari beberapa ahli dan badan internasional di bidang pariwisata :

A. Wisatawan Internasional

Norval, seorang ahli ekonomi Inggris, memberi batasa mengenai wisatawan internasional sebagai berikut : “ Every person who comes to a foreign country for a reason than to establish his permanent residence or such permanent work and who spends in the country of his temporary stay, the money he has earned else where”.
(Wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara , dengan tujuan tidak untuk menetap atau bekerja tetap, dan membelanjakan uangnya di tempat tersebut dengan uang yang diperolehnya di tempat lain.)
Dari definisi tersebut, Norval lebih menekankan pada aspek ekonominya, sementara aspek sosiologi kurang mendapat perhatian.
Pada tahun 1937 , Komisi Ekonomi Liga Bangsa- Bangsa ( Economis Commission of The league of Nations), pertama kali memberikan batasan pengertian mengenai internasional tourist pada forum international . Rumusan tersebut adalah sebagai berikut :
“ The term tourist shall , in principle, be interpreted to mean any person travelling for a period of 24-hours or more in a country other than in which he usually resides”. ( Istilah Wisatawan pada dasarnya diartikan sebagai seseorang yang melakukan perjalanan selama 24 jam atau lebih di negara lain, selain dimana yang bersangkutan bertempat tinggal.)

Hal pokok yang penting dari batasan Liga Bangsa – Bangsa tersebut yang perlu dicatat adalah :

¯ Perjalanan dari satu negara ke negara lain

¯ Lama perjalanan sekurang-kurangnya 24 jam


Untuk selanjutnya Komisi Liga Bangsa-Bangsa ini, menyempurnakan batasan pengertian tersebut, dengan mengelompokkan orang –orang yang dapat disebut sebagai wisatawan dan bukan wisatawan.


Yang termasuk wisatawan adalah :

¯ Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan bersenang-senang, mengunjungi keluarga, dll.

¯ Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuan –pertemuan atau karena tugas tertentu , seperti dalam ilmu pengetahuan, tugas negara, diplomasi, agama , olah raga dll.

¯ Mereka yang mengadakan perjalanan untuk tujuan usaha.

¯ Mereka yang melakukan kunjungan mengikuti perjalanan kapal laut, walaupun tinggal kurang dari 24 jam.



Yang dianggap sebagai bukan wisatawan :

¯ Mereka yang berkunjung dengan tujuan untuk mencari pekerjaan atau melakukan kegiatan usaha.

¯ Mereka yang berkunjung ke suatu negara dengan tujuan utuk bertempat tinggal tetap.

¯ Penduduk di daerah tapal batas negara dan bekerja di negara yang berdekatan.

¯ Wisatawan yang hanya melewati suatu negara tanpa tinggal di negara yang dilaluinya itu.

Batasan tersebut tidak dapat diterima oleh Komisi Statistik dan Komisi Fasilitas Internasional Civil Aviation Organization, PBB. Komisi ini membuat rumusan baru. Istilah Tourist diganti dengan Foreign Tourist, dan memasukkan kategori Visitor di dalamnya.

Dalam rumusan Komisi Statistik ini dicantumkan batas maksimal kunjungan selama 6 bulan, sedangkan batas minimum 24 jam dikesampingkan. Selanjutnya batasan yang semula berdasarkan kebangsaan ( nationality) , diganti dengan berdasarkan tempat tinggal sehari –hari wisatawan. ( Country of Residence).

Menyadari ketidakseragaman pengertian tersebut Internasional Union of Official Travel Organization ( IUOTO), sebagai badan organisasi pariwisata internasional yang memiliki anggota lebih kurang 90 negara telah mengambil inisiatif dan memutuskan batasan yang sifatnya seragam melalui PBB pada tahun 1963 di Roma.

Visitor adalah “ Any person travelling to country other than that of his usual place of residence, for any reason other than the exercise of a remunerated activity”. ( Setiap orang yang mengadakan perjalanan ke suatu negara lain, di luar tempat tinggal biasanya, dengan alasan apapun, selain melakukan kegiatan untuk mendapat upah ).



Batasan tersebut mencakup dua kategori pengertian Tourist dan Excursionists.

Tourist are temporary visitors staying at least 24 hours in the country visited and whose motives for travel are :

¯ Leisure ( pleasure, holidays, health, studies, religion and sports)

¯ Business , family, mission, meetings


(Wisatawan adalah pengunjung sementara, tinggal sekurag-kuragnya 24 jam di negara yang dikunjungi dan motif perjalanannya adalah :

¯ Kesenangan, liburan, kesehatan, belajar, keagamaan dan olah raga

¯ Usaha, kunjungan keluarga, missi, pertemuan-pertemuan


Excursionists are temporary visitors staying only on one day in the country visited without staying overnight (including cruise passenger).
(Excursionists adalah pengunjung sementara, tinggal satu hari di negara yang dikunjungi tanpa menginap, termasuk penumpang kapal pesiar).


B.Wisatawan Domestik

Wisatawan Domestik adalah seseorang penduduk suatu negara yang melakukan perjalanan ke tempat selain dimana ia tinggal menetap. Perjalanan tersebut dilakukan dalam ruang lingkup negara dimana yang bersangkutan tinggal, dengan lama perjalanan sekurag-kurangnya 24 jam, dengan tujuan tidak untuk mendapatkan nafkah.


3.Produk Wisata
Produk wisata adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh wisatawan dari mulai ia meninggalkan tempat tinggalnya sampai kembali ke tempat tinggalya semula. Atau dapat diartikan pula keseluruhan pengalaman yang dialami wisatawan dari mulai keberangkatan, selama perjalanannya sampai kembali ke tempat tinggalnya.


4.Atraksi Wisata
Istilah atraksi wisata yang digunakan oleh penulis adalah sebagai terjemahan dari Attraction dalam bahasa Inggris, yang berarti segala sesuatu yang memiliki daya tarik, baik benda yang berbentuk pisik maupun non-pisik.
Pengertian atraksi seing diartikan sempit yakni “pertunjukan”. Sedangkan attraction diterjemahkan dengan “obyek” wisata.
Oleh karena segala sesuatu yang dapat menarik, dalam bahasa Inggris menggunakan istilah attraction, maka penulis memilih menggunakan atraksi wisata daripada obyek wisata. Konotasi pengertian obyek wisata lebih besar kepada benda-bedna mati dan belum tentu memiliki daya tarik.


5.Sarana Wisata
Adalah sarana ekonomi yang diperlukan langsung oleh wisatawan, seperti : Transportasi, Akomodasi, Restoran, Atraksi Wisata, Souvenir dan lain-lain.


6.Prasarana Wisata
Prasarana wisata adalah sarana ekonomi yang secara tidak langsung dibutuhkan oleh wisatawan . Seperti pelabuhan , jalan raya, instalasi air dan lain-lain.

di 09.06 , 1 Comment

GEJALA DAN PERKEMBANGAN PARIWISATA

1. GEJALA PARIWISATA


A. Kondisi –kondisi yang menimbulkan gejala pariwisata



Pariwisata merupakan gejala dari pergerakan manusia secara temporer dan spontan di dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu. Gejala-gejala tersebut mendorong dan menumbuhkan kegiatan-kegiatan dalam bidang konsumsi dan produksi barang dan jasa-jasa yang diperlukan oleh wisatawan.



Timbulnya keinginan wisatawa tersebut, biasanya timbul karena pengaruh kondisi dan sifat-sifat lingkungan dimana wisatawan tersebut berada. Kebutuhan atau keinginan ini kadang –kadang sangat mendalam. Misalnya : keinginan untuk mendapatkan pengalaman baru, keinginan untuk melepaskan diri dari kekangan-kekangan dan lain – lain.



Faktor-faktor fisik lingkungan biasanya mempengaruhi langsung “sikap” dari wisatawan dan menumbuhkan motivasi tertentu. Motivasi ini merupakan dasar penyebab dari timbulnya kegiatan wisatawan yang sering disebut dengan dengan “motif” yakni motif perjalanan. Motif merupakan perwujudan konkrit dari keinginan-keinginan yang harus dipenuhi. Sebagai contoh : kehidupan santai, yaitu keinginan yang disebabkan oleh akibat kelelahan badan ,keresahan jiwa dan tekanan hidup di kota.



Motivasi dapat dibagi kedalam dua kelompok , yaitu :

¯ Motivasi yang disebabkan oleh adanya dorongan dari dalam jiwa dan kehidupan alami

¯ Motivasi yang disebabkan oleh adanya dorongan dari luar , yang disebabkan oleh kondisi lingkungan.


B. Motivasi Perjalanan

bal2

bal10




Motivasi dan motif dari keinginan wisatawan ( tourist interest) belum terungkap secara jelas, apakah terdapat hubungan satu sama lainnya atau tidak.

Motivasi yang disebabkan oleh kondisi lingkungan , memperlihatkan perubahan yang lebih jelas terhadap sikap wisatawan dibanding dengan motivasi yang disebabkan oleh dorongan dari dalam jiwa.

Motivasi –motivasi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut :



1. Motivasi yang disebabkan oleh dorongan dari dalam jiwa, yang berupa kebutuhan jiwa dan fisik.



Kebutuhan utama (primer) :

¯ Dorongan hati

¯ Kebutuhan jasmani

¯ Kebutuhan akan udara bersih

¯ Kebutuhan akan sinar matahari

¯ Kebutuhan akan kebebasan bergerak

¯ Kebutuhan untuk istirahat



Kebutuhan sekunder :



¯ Kebutuhan untuk kesenangan

¯ Kebutuhan untuk penguatan pribadi

¯ Kebutuhan untuk maju

¯ Kebutuhan untuk menikmati sesuatu

¯ Kebutuhan akan perlindungan

¯ Keingintahuan ( curiosity)



1. Motivasi yang disebabkan dari luar jiwa



Keadaan lingkungan alam, berupa :



¯ Iklim

¯ Lingkungan yang kurang baik

¯ Pencemaran dan kerusakan lingkungan

¯ Rusaknya keseimbangan alam dan pemandangannya

¯ Kondisi negatif daru tempat tinggal

¯ Menurunya kondisi kesehatan

¯ Kebisingan dan bau lingkungan

¯ Pemandangan kota yang membosankan

¯ Kondisi sosial yang membosankan








Kondisi Sosial Budaya



¯ Langkanya fasilitas / sarana rekreasi

¯ Kegiatan masyarakat yang membosankan

¯ Tekanan dari kelompok masyarakat yang menuju kepada tata kehidupan yang teratur

¯ Kehidupan yang teratur

¯ Terlalu banyak atau sedikit kerja fisik atau mental

¯ Terlalu banyak atau sedikit kegiatan sosial

¯ Sifat bebas dari remaja

¯ Perkembangan sosial masyarakat

¯ Perbedaan sosial di dalam masyarakat



Kondisi dan Keadaan Ekonomi



¯ Konsumsi yang tinggi dari masyarakat

¯ Biaya hidup yang tinggi di tempat

¯ Tingkat daya beli yang tinggi

¯ Meningkatnya kehidupan mewah

¯ Adanya kemudahan dalam peminjaman uang

¯ Meningkatnya waktu luang

¯ Penurunan dan rendahnya pajak

¯ Penurunan dan rendahnya ongkos angkutan


Kegiatan Pariwisata



¯ Meningkatnya kegiatan tourist publicity

¯ Meningkatnya penyebaran informasi pariwisata

¯ Prestise sosial dari pariwisata



Dari uraian-uraian di atas, jelas bahwa motivasi baik yang disebabkan oleh dorongan dari dalam jiwa maupun sebagai pengaruh dari lingkungan, merupakan dasar utama yang menyebabkan seseorang berkeinginan untuk melakukan perjalanan wisata. Pada saat ini, terutama di negara- negara yang telah maju, melakukan perjalanan wisata merupakan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi.









Ada beberapa alasan bagi orang –orang tertentu, yang tidak dapat melakukan perjalanan secara intensif, atau sama sekali tidak dapat melakukan perjalanan. Alasan – alasan yang merupakan faktor tidak atau sama sekali tidak melakukan perjalanan antara lain disebabkan :


Alasan biaya untuk melakukan perjalanan



Setiap menusia selalu dihadapkan kepada masalah keuangan, dan melakukan perjalanan selalu memerlukan tersedianya uang.


Alasan ketiadaan waktu



Halangan ketiadaan waktu, pada umumnya merupakan alasan bagi kebanyakan orang yang tidak dapat meninggalkan pekerjaannya, profesinya atau kegiatan usahanya.


Alasan kondisi kesehatan



Gangguan kesehatan atau kelemahan fisik seseorang , sering merupakan hambatan atau halangan untuk melakukan perjalanan. Sebagai contoh : orang-orang lanjut usia lebih banyak tinggal dirumah daripada melakukan perjalanan dikarenakan kondisi pisik dan kesehatan yang tidak mengizinkan.


Alasan keluarga



Keluarga yang mempunyai anak-anak yang masih kecil dan banyak., sering merupakan hambatan atau halangan bagi seseorang yang melakukan perjalanan, yang disebabkan oleh adanya beban dan kewajiban untuk memelihara anak-anaknya.


Alasan tidak ada minat



Yang menimbulkan ketiadaan minat seorang untuk melakukan perjalanan, antara lain karena kurangnya pengetahuan tentang daerah-daerah tujuan wisata yang menarik, yang disebabkan kelangkaan dan kurangnya informasi.


















C. Klasifikasi motif perjalanan



Motif –motif dari tourist interest, yang berupa perwujudan konkrit dari keinginan-keinginan, dapat diklasifikasikan sebagai berikut :



1). Motif perjalanan untuk menikmati atraksi –atraksi wisata berupa :

a. Atraksi alam

¯ Pemandangan

¯ Laut

¯ Pantai

¯ Pegunungan

¯ Sinar matahari

¯ Flora

¯ Fauna

b. Atraksi sosial budaya

¯ Atraksi sejarah

¯ Atraksi kesenian

¯ Cara hidup masyarakat

¯ Yang berkaitan dengan kehidupan politik

¯ Yang berkaitan dengan antropologi

¯ Yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan

¯ Yang berkaitan dengan keagamaan



c. Atraksi yang berkaitan dengan pendidikan



¯ Kebudayaan umum

¯ Kehidupan dan mempelajari ilmu di perguruan

¯ Mengikuti seminar



d. Atraksi perdagangan , berupa :



¯ Berbelanja ( shopping)

¯ Mengunjungi pameran, pekan raya

¯ Konferensi, rapat, pertemuan, seminar, dll.











1. Motif kedua berupa penjelmaan dalam aspirasi-aspirasi , seperti :



a. Melalui rekreasi pisik, untuk tujuan :

¯ Kesehatan

¯ Olah Raga

¯ Hidup diudara terbuka, air, laut, pegunungan

¯ Istirahat

¯ Melakukan kegiatan-kegiatan

¯ Pemuasan hati



b. Melalui rekreasi spiritual :



¯ Merenung-renung



Disamping tipe-tipe diatas, tipe pariwisata lainnya dapat disebutkan : pariwisata marina, pariwisata rimba, pariwisata remaja, pariwisata berburu dan lain-lain.



D. Bentuk –bentuk Pariwisata ( The form of tourism )



Pengelompokan pariwisata menurut bentuknya berdasarkan pada lama kunjungan dan efek ekonomi dari pariwisata yang diperinci sebagai berikut :



1. Pariwisata Perorangan ( individual) dan kolektif ( organized)



Yang dimaksud dengan pariwisata perorangan (individual) adalah dimana seorang wisatawan atau satu group wisatawan yang dalam melakukan perjalanan dengan cara mengatur sendiri. Mereka mengatur tentang programnya, menentukan tujuan, dan mengatur kebutuhan-kebutuhan selama perjalanan.


Sedangkan yang dimaksud dengan dengan pariwisata yang diorganisir ( organized tourism) adalah para wisata dimana cara pengaturan perjalanannya , baik program maupun penentuan waktunya dilaksanakan oleh travel agent atau tour operator.



1. Pariwisata jangka pendek dan jangka panjang



Yang dimaksud dengan pariwisata jangka pendek dimana lama perjalanannya diantara satu minggu sampai sepuluh hari.











2. PERKEMBANGAN PARIWISATA



Pariwisata berkembang sesuai dengan perkembangan sosial budaya masyarakat. Oleh karena itu pariwisata telah ada sejak adanya motivasi yang mendorong manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.



Motivasi dan motif perjalanan dari jaman ke jaman berbeda-beda tingkatannya, sesuai dengan perkembangan dan tingkat sosial budaya , ekonomi dan lingkungan dari masyarakat itu sendiri.



Motivasi dan motif perjalanan masyarakat pada jaman pra sejarah berbeda dengan motivasi dan motif perjalan masyarakat pada jaman modern.



Cara perjalanan dan fasilitas yang digunakan masyarakat masih sederhana kebutuhannya berbeda dengan masyarakat yang lebih maju. Motivasi, motif dan cara perjalanan masyarakat pada jama Majapahit berbeda dengan masyarakat Indonesia pada saat ini.



World Tourism Organization , secara sepintas membagi perkembangan atau sejarah pariwisata ini ke dalam 3 ( tiga) jaman, yakni :

¯ Jaman Kuno

¯ Jaman pertengahan dan

¯ Jaman modern


A. Zaman Kuno



Pariwisata pada zaman kuno, ditandai oleh motif perjalanan yang masih terbatas dan sederhana, yaitu:



¯ Adanya dorongan karena kebutuhan praktis dalam bidang politik dan perdagangan

¯ Dambaan ingin mengetahui adat istiadat dan kebiasaan orang lain atau bangsa lain

¯ Dorongan yang berhubungan dengan keagamaan, seperti melakukan ziarah dan mengunjungi tempat-tempat ibadat.



· Sarana dan fasilitas yang digunakan selama perjalanan, pada zaman kuno inipun masih sederhana. Alat angkutan dengan menggunakan binatang, seperti kuda, onta, atau perahu-perahu kecil yang menyusuri pantai merupakan alat transportasi yang paling popular.

· Akan tetapi perjalanan dengan jalan kaki untuk menempuh jarak berpuluh-puluh atau beratus-ratus kilometer paling banyak dilakukan.



· Contoh perjalanan pada zaman kuno : seperti yang dilakukan oleh pedagang – pedagang Arab ke Cina untuk membeli barang berharga, pedagang Yunani ke Laut Hitam, pedagang Vinisia ke Afrika. Perjalanan kaum Buddhis Cina ke India, kaum Muslimin yang melakukan ibadah Haji ke Mekkah atau kaum Nasrani ke Yerusalem.



· Badan atau organisasi yang mengatur jasa – jasa perjalanan pada jaman ini belum ada. Pengaturan perjalanan ditentukan secara individu, baik oleh perorangan atau kaum-kaum. Akomodasi yang digunakan masih sederhana. Para pelancong membangun tenda-tenda sendiri, atau tinggal di rumah-rumah saudagar, pemuka-pemuka masyarakat, pemuka agama atau tempat-tempat beribadah, seperti mesjid dan gereja. Akomodasi yang dikelola secara komersil belum ada.




B. Zaman Pertengahan



· Motivasi dan motif perjalanan pada abad pertengahan , lebih luas dari motivasi dan motif perjalanan pada jaman kuno. Disamping motif perjalanan untuk keperluan perdagangan, keagamaan dan dambaan ingin tahu, pada jaman ini telah berkembang motif untuk tujuan yang berhubungan dengan kepentingan negara (mission) dan motif untuk menambah pengetahuan.

· Para pedagang tidak lagi melakukan pertukaran secara barter. Para pedagang cukup dengan membawa contoh barang yang ditawarkan melalui pekan-pekan raya perdagangan. Seperti di St. denis, Champagne atau Aix-la-Cappalle.

· Untuk menjaga hubungan antar negara, baik negara penjajah maupun yang dijajah atau antar negara merdeka, dilakukan saling kunjungan petugas-petugas negara.

· Pada jaman pertengahan telah ada perguruan-perguruan Tinggi seperti Al Azhar di Kairo, di Paris, Roma, Salamanca, dll. Para mahasiswa dari berbagai negara melakukan kunjungan ke universitas-universitas ini untuk menamban memperdalam pengetahuannya, dengan mendengarkan kuliah-kuliah yang diberikan oleh guru-guru besar.

· Dengan semakin banyaknya yang melakukan perjalanan antar engara, berbagai negara mulai mengeluarkan peraturan-peraturan, guna melindungi kepentingan negara dan pendudukanya serta kepentingan para wisatawan.

· Akomodasi yang bersifat komersil mulai bermunculan walaupun masih sederhana. Demikian pula restoran –restoran, yang menyediakan makanan untuk keperluan para pelancong.

· Alat angkut tidak hanya dengan menunggan kuda, keledai atau onta, tetapi telah meningkat dengan menambah kereta yang ditarik kuda atau keledai. Angkutan laut telah menggunakan kapal-kapal yang lebih besar.










C. Jaman Modern



· Perkembangan pariwisata pada jaman modern, ditandai dengan semakin beraneka ragamnya motif dan keinginan wisatawab yang harus dipenuhi, sebagai akibat meningkatnya budaya manusia.

· Formalitas atau keharusan para pelancong untuk membawa identitas diri bila mengunjungi suatu negara mulai diterapkan.

· Tempat –tempat penginapan (akomodasi) yang dikelola secara komersil tumbuh dengan subur. Fasilitas yang digunakan semakin lengkap.

· Timbulnya revolusi industri di negara –negara Barat telah menciptakan alat angkut yang sangat penting dalam perkembangan pariwisata. Diketemukannya mesin uap, mulai diperkenalkan angkutan kereta api dan kapal uap, dan menggantikan alat angkut yang menggunakan binatang.

· Perkembangan selanjutnya ditemukan alat angkut yang mengguna mesin motor, yang jauh lebih cepat dan fleksibel dalam angkutan melalui darat. Teknologi mutakhir yang sangat penting dalam jaman modern adalah dengan digunakannya angkutan udara, yang dapat menempuh jarak jauh dalam waktu yang lebih cepat.

· Sejak permulaan abad modern, ditandai pula oleh adanya badan atau organisasi yang menyusun dan mengatur perjalanan.



Pada tahap selanjutnya badan atau organisasi ini memegang peranan penting sebagai pengatur / penyelenggara perjalanan, juga sebagai perantara dari wisatawan dan pemasok (industri wisata). Dan berubah menjadi suatu usaha komersil di bidang industri wisata yang sangat dominan. Yang disebut dengan Biro Perjalanan Umum (BPU).

sumber : http://inan56.wordpress.com/category/pengantar-pariwisata/

di 09.02 , 0 Comments

Tentang Pariwisata

Pariwisata

1.1.1. Pengertian Pariwisata

Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata ”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata ”Pariwisata” dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Tour”. (Yoeti, 1991:103).

Sedangkan menurut RG. Soekadijo (1997:8), Pariwisata ialah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.

Ahli lain, Agus Budiyanto (1997:7) menyebutkan bahwa Wisata berarti perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud mencari kesenangan.

1.1.2. Pengertian Wisatawan

Wisatawan adalah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya atau hanya untuk sementara waktu tinggal di tempat yang didatanginya. (Soekadijo, 1997:3)

Lebih lanjut Suyitno (2001) tentang Pariwisata sebagai berikut:

· Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya.

· Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi, akomodasi, restoran, obyek wisata, souvenir dan lain-lain.

· Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan

· Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat memberikan kontribusi pendapatan baga masyarakat atau daerah yang dikunjungi, karena uang yang idbelanjakannya dibawa dari tempat asal.

1.1.3. Jenis Wisata

Samsuridjal (1997:24) mengemukakan bahwa jenis-jenis wisata antara lain:

· Wisata Rekreasi, wisata yang dilakukan orang untuk memanfaatkan waktu libur di luar rumah. Kebanyakan wisata jenis ini dilakukan untuk menikmati keindahan alam.

· Wisata Bahari, Wisata dengan obyek kawasan laut misalnya menyelam, berselancar, berlayar, memancing dan lain-lain.

· Wisata Alam, wisata dengan obyek Alam. Obyek gunung yang tinggi, gua, sungai yang deras, tebing terjal. Pada umumnya peminat obyek ini adalah para remaja dan petualang.

· Wisata Budaya, wisata yang menawarkan obyek yang berupa tradisi dan budaya serta adat istiadat masyarakat yang unik.

· Wisata Olahraga, Wisata yang dilakukan dengan tujuan pertandingan dan meningkatkan prestasi olah raga.

· Wisata Bisnis, Perjalanan yang dilakukan untuk tujuan bisnis. Wisata jenis ini membutuhkan sarana penunjang bisnis yang baik.

· Wisata Konvensi, Wisata yang dilakukan ke suatu negara untuk keperluan rapat atau sidang.

· Wisata Jenis lain, keinginan dan ketertarikan masyarakat beraneka ragam. Perkembangan jenis wisata juga semakin banyak. Kini mulai populer dengan apa yang disebut dengan wisata sejarah, arkeologi, berburu, safarai, fotografi, bulan madu dan sebagainya.

1.1.4. Komponen Wisata

Komponen wisata merupakan sektor-sektor yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan industri pariwisata. Menurut Suyitno (2001:18) komponen wisata terdiri atas:

· Sarana Transportasi

· Sarana Akomodasi

· Sarana makan-Minum (Restoran)

· Obyek Wisata dan Atraksi

· Sarana Hiburan

· Toko Cindera Mata

· Pramuwisata dan Pengatur Wisata

1.1.5. Paket Wisata

Paket wisata adalah acara perjalanan wisata yang telah tersusun secara tetap dengan harga tertentu, mencakup biaya transportasi, akomodasi, darmawisata (sight seeing) di kota-kota, tur ke obyek-obyek wisata dan atraksi serta fasilitas-fasilitas lain (Ramaini, 1992:84)

Yoeti (1993:104) mengemukakan bahwa paket wisata adalah suatu Tour yang direncanakan dan diselenggarakan oleh suatu Travel Agent atau Tour Operator atas resiko dan tanggung jawab sendiri, yang acara, lamanya waktu tour, tempat-tempat yang akan dikunjungi, akomodasi, transportasi serta makanan dan minuman telah ditentukan dalam suatu harga yang sudah ditentukan pula jumlahnya.

sumber : http://mas-hata.blogspot.com/2007/11/tentang-pariwisata.html

di 08.58 , 0 Comments