Country Profile

Nama negara
:

Indonesia

Bentuk pemerintahan
:

Republik

Ibu kota negara
:

Jakarta

Koordinat Geografis
:

5 00 LS, 120 00 BT

Lokasi
:

Asia Tenggara, kepulauan antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik

Batas Negara
:

Timor Timur (228 km), Malaysia (1,782 km), Papua Nugini (820 km)

Bahasa
:

Bahasa resmi : Bahasa Indonesia
Bahasa kedua : Inggris

Wilayah
:

Total: 1,919,440 km2
Luas perairan : 93,000 km2
Luas daratan : 1,826,440 km2
Panjang garis Pantai: 54,716 km
Batas teritorial laut : 12 mil
Zona Ekonomi Eksklusif : 200 mil

Jumlah Pulau
:

17.000 (6.000 tidak berpenghuni)

Iklim
:

Tropis

Musim
:

Kemarau (Juni ? Oktober)
Hujan (November ? Mei)

Populasi
:

234.893.453

Struktur Umur
:

0-14 tahun : 29.7% (laki-laki 35,437,274; perempuan 34,232,824)
15-64 tahun : 65.4% (laki-laki 76,743,613; perempuan 76,845,245)
65 tahun : 4.9% (laki-laki 5,086,465; perempuan 6,548,032)

Tingkat pertumbuhan populasi
:

1.52%

Tingkat harapan hidup
:

Laki-laki : 66.54 tahun
Perempuan : 71.47 tahun

Etnis
:

Jawa 45%, Sunda 14%, Madura 7.5%, Melayu 7.5%, lainnya 26%

Agama
:

Islam 88%, Kristen Protestan 5%, Katolik 3%, Hindu 2%, Budha 1%, lainnya 1% (1998)

Bentang lahan
:

Dataran pantai dan pegunungan

Elevasi
:

Titik terendah : Samudera Hindia 0 m;
Titik tertinggi : Puncak Jayawijaya 5,030 m

Sumber daya alam
:

Minyak, timah, gas alam, nikel, kayu, bauksit, tembaga, batubara, emas, dan perak
Keanekaragaman Hayati

Indonesia merupakan salah satu megadiverse country, yang terletak dalam lintasan distribusi keanekaragaman hayati benua Asia (Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan) dan benua Australia (Pulau Papua) serta sebaran wilayah peralihan Wallacea (Pulau Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara).



Walaupun hanya melingkupi 1,3% dari luas total daratan dunia, Indonesia memiliki keanekaragaman spesies satwa yang sangat tinggi yaitu 12% (515 spesies, 39% endemik) dari total spesies binatang menyusui; 7,3% (511 spesies, 150 endemik) dari total spesies reptilia; 17% (1531 spesies, 397 endemik) dari total spesies burung; 270 spesies amfibi, 100 endemik; 2827 spesies binatang tidak bertulang belakang selain ikan air tawar. Selain itu Indonesia memiliki 35 spesies primate, 18% endemik; 121 spesies kupu-kupu, 44% endemik; 1400 spesies ikan air tawar (Dephut 1994; Mittermeier dkk. 1997).



Dalam hal keanekaragaman tumbuhan, Indonesia memiliki lebih dari 38.000 spesies, 55% endemik. Keanekaragaman palem mencapai 477 spesies, 225 endemik. Spesies penghasil kayu bernilai ekonomi penting (dari famili Dipterocarpaceae ) mencapai 350 spesies, 155 endemik (Dephut, 1994; Newman 1999).



Keanekaragaman terumbu karang mencapai lebih dari 480 spesies karang keras mencakup sekitar 60% dari spesies karang yang telah diidentifikasi di dunia ( Dahuri dan Dutton, dalam Burke dkk. 2002). Keanekaragaman ikan karang mencapai lebih dari 1650 spesies (Suharsono dan Purnomohadi, dalam Burke dkk. 2002).



Keanekaragaman hayati memberikan nilai konsumsi dalam bentuk pangan, sandang maupun papan. Masyarakat Indonesia mengonsumsi tidak kurang dari 100 spesies tumbuhan biji-bijian dan ubi-ubian sebagai sumber karbohidrat. Tidak kurang dari 100 spesies kacang-kacangan, 450 spesies buah-buahan serta 250 spesies sayur-sayuran dan jamur juga digunakan dalam menu makanan masyarakat, sementara 940 spesies tanaman menghasilkan bahan untuk obat tradisional (KMNLH, 1997). Berbagai spesies liar dari hutan seperti Pasak bumi ( Euriycoma longifolia ), Tabat barito ( Ficus deltoidea ), dan Akar kuning ( Arcangelisia flava ), serta berbagai spesies budidaya seperti Jahe ( Zingiber officinale ), Kunyit ( Curcuma domestica ), Kencur ( Kaempferia galanga ), Kumis Kucing ( Orthosiphon aristatus ) dan Kapulaga ( Amomum cardamomum ) juga telah digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh masyarakat local. Beberapa spesies seperti Kayu angin dan Tapak dara bahkan telah digunakan sebagai bahan obat modern. Lebih dari 100 spesies kayu, 56 spesies bamboo dan 150 spesies rotan juga telah digunakan masyarakat untuk membangun rumah dan membuat peralatan rumah tangga (KMNLH, 1997)



Keanekaragaman hayati memberikan nilai pasar dari perdagangan baik di pasar lokal, nasional maupun internasional. Sepanjang dekade 1970-1980-an, ekspor produk kehutanan merupakan komoditas ekspor nonmigas serta sumber penerimaan negara yang penting (Resosudarmo, 2000). Sementara untuk tahun 1998 ekspor rumput laut menghasilkan devisa sebesar US$ 45 juta dan eskpor produk perikanan setara dengan US$ 2 miliar untuk tahun 2000 (Dirjen P3K-DKP 2001). Penjualan domestik produk jamu olahan mencapai Rp. 200-400 miliar pada tahun 1999 dan terus meningkat sebesar 10% setiap tahunnya (Putterman 1999). Penjualan domestic produk hutan non kayu seperti terpentin, minyak kayu putih, kopal dan sutera, memberikan kontribusi setara Rp. 41 miliar bagi perekonomian dalam negeri (Departemen Kehutanan, 2000)

Jumat, 30 April 2010 di 08.56

0 Comments to "Country Profile"

Posting Komentar