Ekowisata, ekoturisme, ecotourism
Ekowisata menurut The Ecotourism Society (1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah
suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan
mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk
setempat.
PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR EKOWISATA
I. Pendahuluan
Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal memiliki
kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Para explorer dari dunia barat maupun
timur jauh telah mengunjungi Indonesia pada abad ke lima belas vang lalu. Perjalanan
eksplorasi yang ingin mengetahui keadaan di bagian benua lain telah dilakukan oleh
Marcopollo, Washington, Wallacea, Weber, Junghuhn dan Van Steines dan masih banyak
yang lain merupakan awal perjalanan antar pulau dan antar benua yang penuh dengan
tantangan. Para adventnrer ini melakukan perjalanan ke alam yang merupakan awal dari
perjalanan ekowisata. Sebagian perjalanan ini tidak memberikan keuntungan konservasi
daerah alami, kebudayaan asli dan atau spesies langka (Lascurain, 1993).
Pada saat ini, ekowisata telah berkembang. Wisata ini tidak hanya sekedar untuk
melakukan pengamatan burung, mengendarai kuda, penelusuran jejak di hutan belantara,
tetapi telah terkait dengan konsep pelestarian hutan dan penduduk lokal. Ekowisata ini
kemudian merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan
terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan
konservasi. Oleh karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata
bertanggungjawab.
Belantara tropika basah di seluruh kepulauan Indonesia merupakan suatu destinasi.
Destinasi untuk wisata ekologis dapat dimungkinkan mendapatkan manfaat sebesarbesarnya
aspek ekologis, sosial budaya dan ekonomi bagi masyarakat, pengelola dan
pemerintah.
Destination areas elect to become involved in tourism primarily for economic reasons: to
provide employment opportunities, to increase standard of leaving and, in the case of
international tourism to generate foreign exchange. Tourism is viewed as a development
tool and as a means of diversifying economics (Wall, 1995: 57).
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi.
Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi konservasi.
Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan
keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata
pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari para
eco-traveler.
II. Pengertian Ekowisata
Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan terjemahan yang
seharusnya dari istilah ecotourism, yaitu ekoturisme. Terjemahan yang seharusnya dari
ecotourism adalah wisata ekologis. Yayasan Alam Mitra Indonesia (1995) membuat
terjemahan ecotourism dengan ekoturisme. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah
ekowisata yang banyak digunakan oleh para rimbawan. Hal ini diambil misalnya dalam
salah satu seminar dalam Reuni Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (Fandeli,
1998). Kemudian Nasikun (1999), mempergunakan istilah ekowisata untuk
menggambarkan adanya bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan puluhan.
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun,
pada hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang
bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural aren), memberi
manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budava bagi masyarakat
setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk
gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Eco-traveler ini pada
hakekatnya konservasionis.
Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society
(1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami
yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan
dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan
pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di
samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.
Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena
banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat
menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut:
Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan
berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999). Dari kedua
definisi ini dapat dimengerti bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat pesat.
Ternyata beberapa destinasi dari taman nasional berhasil dalam mengembangkan
ekowisata ini.
Bahkan di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan
pengertian ekowisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini. Hal ini
seperti yang didefinisikan oleh Australian Department of Tourism (Black, 1999) yang
mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek
pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan
pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi penegasan bahwa aspek yang
terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat
dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest tourism dengan
obyek dan daya tarik wisata alam.
III. Pendekatan Pengelolaan Ekowisata
Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi.
Apabila ekowisata pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian
dan kesejahteraan, sementara konservasi merupakan upaya menjaga kelangsungan
pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa mendatang. Hal ini sesuai
dengan definisi yang dibuat oleh The International Union for Conservntion of Nature and
Natural Resources (1980), bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan
biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini
dan mendatang.
Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan ecotour adalah daerah alami. Kawasan
konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman Nasional, Taman Hutan
Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata dan Taman Buru. Tetapi kawasan
hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam
sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata.
Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara
sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus dilaksanakan
adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam.
Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan. Maksud
dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi (UNEP, 1980) sebagai
berikut:
1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem
kehidupan.
2. Melindungi keanekaragaman hayati.
3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.
Di dalam pemanfaatan areal alam untuk ekowisata mempergunakan pendekatan
pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan menitikberatkan
pelestarian dibanding pemanfaatan. Pendekatan ini jangan justru dibalik.
Kemudian pendekatan lainnya adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat
setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan
kesejah-teraannya. Bahkan Eplerwood (1999) memberikan konsep dalam hal ini:
Urgent need to generate funding and human resonrces for the management of protected
areas in ways that meet the needs of local rural populations
Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur conservation tax untuk
membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan masyarakat lokal.
IV. Konsep Pengembangan Ekowisata
Untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan pariwisata
pada umumnya. Ada dua aspek yang perlu dipikirkan. Pertama, aspek destinasi,
kemudian kedua adalah aspek market. Untuk pengembangan ekowisata dilaksanakan
dengan konsep product driven. Meskipun aspek market perlu dipertimbangkan namun
macam, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan
untuk menjaga kelestarian dan keberadaannya.
Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya
masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan. Pembangunan
ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam
dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab ekowisata tidak melakukan
eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan pengetahuan, fisik/ dan psikologis wisatawan. Bahkan dalam berbagai aspek
ekowisata merupakan bentuk wisata yang mengarah ke metatourism. Ekowisata bukan
menjual destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilah ekowisata tidak akan
mengenal kejenuhan pasar.
V. Prinsip Ekowisata
Pengembangan ekowisata di dalam kawasan hutan dapat menjamin keutuhan dan
kelestarian ekosistem hutan. Ecotraveler menghendaki persyaratan kualitas dan keutuhan
ekosistem. Oleh karenanya terdapat beberapa butir prinsip pengembangan ekowisata
yang harus dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini dilaksanakan maka ekowisata menjamin
pembangunan yang ecological friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan
(commnnity based). The Ecotourism Society (Eplerwood/1999) menyebutkan ada
delapan prinsip, yaitu:
Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan
budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan
budaya setempat.
Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan
pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam.
Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk
ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung
penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara
langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian
alam.
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan
pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan, peran masyarakat
diharapkan ikut secara aktif.
Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari
kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam.
Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk
pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam.
Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk wisata ekologis ini.
Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta
menjaga keaslian budaya masyarakat.
Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung
yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan
sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi.
Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu kawasan
pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong
sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pemerintah daerah
setempat.
VI. Penutup
Ekowisata mempunyai pengertian suatu perjalanan wisata ke daerah yang masih alami.
Meskipun perjalanan ini bersifat berpetualang, namun wisatawan dapat menikmatmya.
Ekowisata selalu menjaga kualitas, keutuhan dan kelestarian alam serta budaya dengan
rnenjamin keberpihakan kepada masyarakat. Peranan masyarakat lokal sangat besar
dalam upaya menjaga keutuhan alam. Peranan ini dilaksanakan mulai saat perencanaan,
saat pelaksanaan pengembangan dan pengawasan dalam pemanfaatan.
*) Sumber : Pengusahaan Ekowisata (2000), Chafid Fandeli., Mukhlison., Fakultas
Kehutanan Univ. Gadjah Mada Yogyakarta
Ekowisata menurut The Ecotourism Society (1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah
suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan
mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk
setempat.
PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR EKOWISATA
I. Pendahuluan
Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal memiliki
kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Para explorer dari dunia barat maupun
timur jauh telah mengunjungi Indonesia pada abad ke lima belas vang lalu. Perjalanan
eksplorasi yang ingin mengetahui keadaan di bagian benua lain telah dilakukan oleh
Marcopollo, Washington, Wallacea, Weber, Junghuhn dan Van Steines dan masih banyak
yang lain merupakan awal perjalanan antar pulau dan antar benua yang penuh dengan
tantangan. Para adventnrer ini melakukan perjalanan ke alam yang merupakan awal dari
perjalanan ekowisata. Sebagian perjalanan ini tidak memberikan keuntungan konservasi
daerah alami, kebudayaan asli dan atau spesies langka (Lascurain, 1993).
Pada saat ini, ekowisata telah berkembang. Wisata ini tidak hanya sekedar untuk
melakukan pengamatan burung, mengendarai kuda, penelusuran jejak di hutan belantara,
tetapi telah terkait dengan konsep pelestarian hutan dan penduduk lokal. Ekowisata ini
kemudian merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan
terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan
konservasi. Oleh karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata
bertanggungjawab.
Belantara tropika basah di seluruh kepulauan Indonesia merupakan suatu destinasi.
Destinasi untuk wisata ekologis dapat dimungkinkan mendapatkan manfaat sebesarbesarnya
aspek ekologis, sosial budaya dan ekonomi bagi masyarakat, pengelola dan
pemerintah.
Destination areas elect to become involved in tourism primarily for economic reasons: to
provide employment opportunities, to increase standard of leaving and, in the case of
international tourism to generate foreign exchange. Tourism is viewed as a development
tool and as a means of diversifying economics (Wall, 1995: 57).
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi.
Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi konservasi.
Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan
keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata
pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari para
eco-traveler.
II. Pengertian Ekowisata
Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan terjemahan yang
seharusnya dari istilah ecotourism, yaitu ekoturisme. Terjemahan yang seharusnya dari
ecotourism adalah wisata ekologis. Yayasan Alam Mitra Indonesia (1995) membuat
terjemahan ecotourism dengan ekoturisme. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah
ekowisata yang banyak digunakan oleh para rimbawan. Hal ini diambil misalnya dalam
salah satu seminar dalam Reuni Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (Fandeli,
1998). Kemudian Nasikun (1999), mempergunakan istilah ekowisata untuk
menggambarkan adanya bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan puluhan.
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun,
pada hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang
bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural aren), memberi
manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budava bagi masyarakat
setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk
gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Eco-traveler ini pada
hakekatnya konservasionis.
Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society
(1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami
yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan
dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan
pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di
samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.
Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena
banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat
menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut:
Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan
berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999). Dari kedua
definisi ini dapat dimengerti bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat pesat.
Ternyata beberapa destinasi dari taman nasional berhasil dalam mengembangkan
ekowisata ini.
Bahkan di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan
pengertian ekowisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini. Hal ini
seperti yang didefinisikan oleh Australian Department of Tourism (Black, 1999) yang
mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek
pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan
pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi penegasan bahwa aspek yang
terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat
dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest tourism dengan
obyek dan daya tarik wisata alam.
III. Pendekatan Pengelolaan Ekowisata
Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi.
Apabila ekowisata pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian
dan kesejahteraan, sementara konservasi merupakan upaya menjaga kelangsungan
pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa mendatang. Hal ini sesuai
dengan definisi yang dibuat oleh The International Union for Conservntion of Nature and
Natural Resources (1980), bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan
biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini
dan mendatang.
Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan ecotour adalah daerah alami. Kawasan
konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman Nasional, Taman Hutan
Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata dan Taman Buru. Tetapi kawasan
hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam
sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata.
Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara
sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus dilaksanakan
adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam.
Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan. Maksud
dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi (UNEP, 1980) sebagai
berikut:
1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem
kehidupan.
2. Melindungi keanekaragaman hayati.
3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.
Di dalam pemanfaatan areal alam untuk ekowisata mempergunakan pendekatan
pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan menitikberatkan
pelestarian dibanding pemanfaatan. Pendekatan ini jangan justru dibalik.
Kemudian pendekatan lainnya adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat
setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan
kesejah-teraannya. Bahkan Eplerwood (1999) memberikan konsep dalam hal ini:
Urgent need to generate funding and human resonrces for the management of protected
areas in ways that meet the needs of local rural populations
Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur conservation tax untuk
membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan masyarakat lokal.
IV. Konsep Pengembangan Ekowisata
Untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan pariwisata
pada umumnya. Ada dua aspek yang perlu dipikirkan. Pertama, aspek destinasi,
kemudian kedua adalah aspek market. Untuk pengembangan ekowisata dilaksanakan
dengan konsep product driven. Meskipun aspek market perlu dipertimbangkan namun
macam, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan
untuk menjaga kelestarian dan keberadaannya.
Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya
masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan. Pembangunan
ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam
dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab ekowisata tidak melakukan
eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan pengetahuan, fisik/ dan psikologis wisatawan. Bahkan dalam berbagai aspek
ekowisata merupakan bentuk wisata yang mengarah ke metatourism. Ekowisata bukan
menjual destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilah ekowisata tidak akan
mengenal kejenuhan pasar.
V. Prinsip Ekowisata
Pengembangan ekowisata di dalam kawasan hutan dapat menjamin keutuhan dan
kelestarian ekosistem hutan. Ecotraveler menghendaki persyaratan kualitas dan keutuhan
ekosistem. Oleh karenanya terdapat beberapa butir prinsip pengembangan ekowisata
yang harus dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini dilaksanakan maka ekowisata menjamin
pembangunan yang ecological friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan
(commnnity based). The Ecotourism Society (Eplerwood/1999) menyebutkan ada
delapan prinsip, yaitu:
Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan
budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan
budaya setempat.
Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan
pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam.
Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk
ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung
penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara
langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian
alam.
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan
pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan, peran masyarakat
diharapkan ikut secara aktif.
Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari
kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam.
Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk
pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam.
Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk wisata ekologis ini.
Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta
menjaga keaslian budaya masyarakat.
Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung
yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan
sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi.
Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu kawasan
pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong
sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pemerintah daerah
setempat.
VI. Penutup
Ekowisata mempunyai pengertian suatu perjalanan wisata ke daerah yang masih alami.
Meskipun perjalanan ini bersifat berpetualang, namun wisatawan dapat menikmatmya.
Ekowisata selalu menjaga kualitas, keutuhan dan kelestarian alam serta budaya dengan
rnenjamin keberpihakan kepada masyarakat. Peranan masyarakat lokal sangat besar
dalam upaya menjaga keutuhan alam. Peranan ini dilaksanakan mulai saat perencanaan,
saat pelaksanaan pengembangan dan pengawasan dalam pemanfaatan.
*) Sumber : Pengusahaan Ekowisata (2000), Chafid Fandeli., Mukhlison., Fakultas
Kehutanan Univ. Gadjah Mada Yogyakarta
0 Comments to "Pengertian dan Konsep Ekowisata"